- Christian Eriksen kebingungan menyesuaikan diri dengan mekanisme Inter Milan.
- Skema 3-5-2 andalan Antonio Conte kurang cocok dengan karakter Eriksen.
- Modul berbasis empat pemain bertahan bisa menjamin kebebasan gelandang asal Denmark itu.
SKOR.id – Christian Eriksen didatangkan Januari lalu demi meningkatkan intesitas permainan lini tengah Inter Milan. Namun, yang didapati Inter Milan masih jauh panggang dari api.
Christian Eriksen kebingungan menyesuaikan diri dengan mekanisme rancangan Antonio Conte. Potensinya kurang terlihat di lapangan.
Situasi makin buruk dengan adanya karantina akibat pandemi virus Covid-19. Pelatih Inter Milan pun mencari cara agar Christian Eriksen jadi amunisi berbahaya.
Baca Juga: Manchester United Incar Bek Berpengalaman Milik Inter Milan
Awalnya Conte memasang gelandang Denmark tersebut di sebelah Marcelo Brozovic dalam skema 3-5-2. Namun, pola dengan dua playmaker tidak berfungsi secara maksimal.
Ketika menerapkan skema andalannya, allenatore tersebut membutuhkan satu elemen kunci tambahan.
Conte mendapatkan ide lebih jelas ketika menerapkan modul dengan empat pemain bertahan. Saat bertemu Ludogorets di babak 32 besar Liga Europa, dia menggunakan skema 4-4-2.
Baca Juga: Di Balik Transfer Eriksen ke Inter: Kesempatan Lebih Berharga dari Uang
Eriksen dibiarkan jadi gelandang kiri dan berkreasi di zona tiga perempat. Kebebasan bekerja sebagai trequartista klasik juga membuatnya lebih bisa mengeksplorasi kemampuan.
Pesepak bola yang dibajak dari Tottenham Hotspur itu rajin mencari bola dan lincah bergerak antarlini.
Alternatif modul yang bisa dipakai Conte saat memasukkan Eriksen ke lapangan adalah 4-3-1-2. Sebagai gelandang serang, dia sangat berbahaya ketika bisa bermanuver secara melebar dari kiri.
Keuntungannya tekanan dari sayap I Nerazzurri lebih mendalam. Selain itu, dia mampu membantu menjaga keseimbangan.