- Manchester City sedang bersiap banding atas vonis UEFA yang menghukum mereka karena melanggar Financial Fair Play (FFP).
- Jika banding itu berhasil dimenangkan Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS), FFP terancam mandul.
- Manchester City mendapat bantuan dari China dan Amerika Serikat untuk memenangi banding.
SKOR.id - Peraturan Financial Fair Play terancam mandul jika Manchester City menang banding atas keputusan UEFA yang menyebut mereka melakukan pelanggaran.
Manchester City mendapat hukuman dua musim larangan bertanding di kompetisi Eropa dan denda 30 juta euro (Rp444 miliar) karena disebut merekayasa angka pemasukan sponsor dalam laporan keuangannya.
Baca Juga: Kronologi Penyelidikan UEFA terhadap Manchester City yang Berujung Sanksi
Manchester City tidak membuang waktu dan menyatakan bakal banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) di Lausanne, Swiss. Mereka berharap CAS bsia mengeluarkan putusan yang "tidak memihak".
Menurut Profesor Simon Chadwick dari Pusat Studi Industri Olahraga Eurasian, jika CAS menerima banding City, peraturan FFP bakal mandul.
"UEFA harus bisa meyakinkan bahwa FFP sudah benar. Jika sebaliknya, FFP bisa mulai merenggang dan bahkan mandul," kata Chadwick kepada kantor berita Press Association.
Chadwick menilai UEFA seolah sedang melawan masing-masing lembaga sepak bola domestik. Dalam kasus City, misalnya menghadapi tata kelola Premier League di Inggris.
"Mereka tidak menghukum Wigan Athletic. Mereka melakukannya terhadap pemerintahan Asia, investor dari Amerika Serikat (AS), atau sebagian orang berbakat di dunia sepak bola," tuturnya.
Sejak kepemilikannya diambil alih Sheikh Mansour, pangeran kaya raya asal Uni Emirat Arab, pada 2008, City telah memenangi 10 trofi utama --empat di antaranya gelar juara EPL.
Namun, itu semua belum memuaskan Sheikh Mansour karena target utaramanya adalah menjuarai Liga Champions.
Baca Juga: Mengenal Lagi Financial Fair Play, Aturan yang Menjerat Man City
Itu sebabnya, City mendapat sejumlah dukungan untuk melawan UEFA. Misalnya bantuan dari pemerintah China dan dukungan dari perusahaan investasi AS, Silver Lake.
Mereka semua ingin memastikan ongkos untuk melawan keputusan UEFA tidak sia-sia.