- Wingman atau pembalap kedua biasanya bertugas mendukung pembalap pertama di tim untuk merebut gelar juara dunia.
- Namun, sepanjang sejarah ada tiga wingman yang nyaris jadi juara dunia F1.
- Eks pembalap Ferrari, Felipe Massa, merupakan salah satu wingman yang hampir rebut gelar juara F1.
SKOR.id - Istilah pembalap nomor satu dan pembalap nomor dua memang sudah menjadi hal biasa dalam balapan Formula One (F1).
Ada pembalap yang memang hanya diberikan peran sebagai "pembantu" untuk pembalap utama oleh timnya.
Sebutan Wingman kerap tersemat dalam diri pembalap yang hanya menjadi orang kedua di tim yang ia bela.
Pembalap Brasil, Rubens Barrichello adalah contoh pembalap yang dipekerjakan tim hanya untuk membantu pembalap utama. Selama berada di Ferrari, ia bertugas untuk mendukung Michael Schumacher.
Namun, dalam sejarah F1, ada beberapa wingman yang pada akhirnya justru bersaing dalam perebutan gelar juara dunia, bahkan hingga seri terakhir pada sebuah musim.
Setidaknya, ada tiga orang wingman yang justru tampil baik dan nyaris menjadi juara dunia F1.
Siapa sajakah mereka? berikut rangkuman Skor Indonesia:
2008: Felipe Massa (Ferrari)
Suka tidak suka, pada musim 2008, Felipe Massa merupakan orang yang berstatus pembalap kedua di Scuderia Ferrari.
Kimi Raikkonen yang saat itu menyandang predikat juara dunia F1 jelas lebih diutamakan Ferrari.
Namun siapa sangka, ternyata di musim tersebut Kimi Raikkonen justru jeblok setelah memimpin klasemen F1 2008 hingga seri keempat.
Usai menang di GP Spanyol, performa Raikkonen terus merosot. Justru Felipe Massa lah yang keluar sebagai andalan Ferrari.
Massa akhirnya bersaing ketat dengan pembalap McLaren, Lewis Hamilton.
Pada seri terakhir di GP Brasil, Felipe Massa berada di posisi kedua klasemen dengan 87 poin, sedangkan Hamilton memimpin dengan 94 angka.
Tanpa disangka, Hamilton jeblok di GP Brasil. Ia kesulitan menembus barisan depan.
Massa pun finis di peringkat pertama sehingga poinnya bertambah 10 jadi 97. Saat Massa finis, Hamilton masih tertahan di posisi keenam. Jika ini terus bertahan, maka ia hanya dapat tiga poin dan mendapat poin akhir 97, sama dengan Massa.
Karena Hamilton cuma meraih lima kemenangan di musim itu, kalah dari Massa yang mendapat enam kemenangan, finis di posisi keenam akan membuat Hamilton gagal meraih gelar juara dunia.
Namun secara mengejutkan, hanya beberapa detik setelah Massa finis, Hamilton mampu menyalip pembalap Toyota, Timo Glock dan kemudian finis kelima.
Kru tim Ferrari dan Massa akhirnya terbungkam setelah sempat berpesta pora.
1999: Eddie Irvine (Ferrari)
Pada GP Inggris 1999 di Sirkuit Silverstone, Inggris, pembalap utama Ferrari, Michael Schumacher mengalami nasib nahas. Ia kehilangan kendali mobilnya hingga menabrak ban pembatas.
Usai kecelakaan tersebut, kaki kanan Schumi patah sehingga harus absen di enam balapan. Impiannya merebut gelar juara dunia musim itu pun pupus.
Siapa sangka, wingman Schumi kala itu, Eddie Irvine ternyata mampu diandalkan Ferrari.
Pembalap Inggris ini sukses memberikan tantangan ke pembalap McLaren, Mika Hakkinen hingga akhir musim.
Bahkan, sebelum seri terakhir di Sirkuit Suzuka, Jepang, ia mempin klasemen dengan koleksi 70 poin berbanding 66 milik Hakkinen.
Sayangnya, pada balapan di Jepang, Irvine hanya finis ketiga sehingga cuma menambah empat angka. Hakkinen finis pertama.
Hakkinen pun juara dengan koleksi 76 poin. Irvine jadi runner up lewat 74 angka.
1994: Damon Hill (Williams)
Pada 1994, Damon Hill adalah wingman untuk Ayrton Senna di Williams F1 Team.
Saat itu, pemilik Williams, Sir Frank Williams sedang senang-senangnya karena bisa merekrut Senna yang merupakan pembalap idolanya.
Namun nasib malang menimpa Senna pada Seri ketiga F1 1994 di Sirkuit Imola, San Marino. Kecelakaan fatal dialaminya pada balapan sehingga sang legenda meninggal dunia.
Damon Hill yang tampil bagus sejak awal musim ternyata mampu menggantikan peran Senna sebagai andalan Williams.
Ia pun menantang Michael Schumacher yang ketika itu diandalkan Benetton.
Sayangnya, Damon Hill gagal meraih gelar juara dunia. Pada balapan terakhir di Sirkuit Adelaide, Australia, ia gagal finis karena bertabrakan dengan Schumacher.
Usai tabrakan, Schumacher langsung tak dapat melanjutkan balapan. Sedangkan Hill yang sempat meneruskan lajunya akhirnya masuk pit karena suspensi ban depannya rusak.
Ia pun tak dapat melanjutkan kiprahnya di Australia. Sebagai catatan, sebelum balapan di Negeri Kanguru, Michael Schumacher memimpin satu poin di depan Hill.
View this post on Instagram
Berita F1 Lainnya:
Jadwal F1 GP Arab Saudi 2021: Match Point Pertama untuk Max Verstappen
Valtteri Bottas Ungkap Keinginan Terakhir Sebelum Tinggalkan Mercedes