- Jelang Olimpiade Tokyo 2020, timnas bulu tangkis Indonesia terus mematangkan persiapan.
- Di sektor tunggal putra, pelatih Hendry Saputra Ho melihat anak asuhnya tak terlalu banyak kekurangan.
- Menu latihan lebih difokuskan untuk peningkatan teknik dan mental.
SKOR.id - Pelatih tunggal putra Indonesia, Hendry Saputra Ho, terus menggenjot teknik dan mental anak asuhnya jelang berlaga di olimpiade.
Kurang dari dua bulan tersisa sebelum penyelenggaraan Olimpiade Tokyo 2020 bergulir, tim bulu tangkis Indonesia terus meningkatkan konsistensi penampilan.
Skuad Merah Putih meloloskan tujuh wakil menuju Tokyo. Kontingen Indonesia pun terus mengebut persiapan, baik secara teknis maupun nonteknis.
Tak terkecuali sektor tunggal putra yang mengirim dua wakil ke Tokyo, yaitu Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie.
Dilansir dari laman resmi PBSI, kepala pelatih tunggal putra Pelatnas PBSI, Hendry Saputra Ho, mengungkapkan program persiapan yang disiapkannya sejak dua bulan lalu.
"Sejak dua bulan lalu hingga hari ini, kita sudah coba fokus untuk peningkatan fisik, stamina, power, strength, dan kecepatan," tutur Hendry.
"Semua sudah kita jalankan dan akan terus berjalan sampai kira-kira dua minggu sebelum keberangkatan nanti."
"Sejauh ini saya lihat hasilnya cukup bagus dan harusnya on target dengan kondisi yang kita mau," ujarnya menambahkan.
Lebih lanjut, Hendry mengatakan bahwa ia tidak melihat terlalu banyak kekurangan yang ada pada anak asuhannya.
"Sebenarnya kalau kekurangan tidak banyak. Mereka ini sudah berada di level yang sekarang kan sudah lama," katanya menuturkan.
"Hanya ada tingkat yang tidak maksimal, mungkin dari pikiran dan mental dengan kondisi seperti ini akibat jarang bertanding."
"Jadi kalau saya lihat bagaimana membuat tekniknya bisa lebih safe, lebih konsisten, dan lebih fokus untuk menerapkan pola main yang benar," ucap Hendry menjelaskan.
Melihat kondisi demikian, Hendri memutuskan untuk meningkatkan aspek teknik dan mental Jonatan dan Anthony.
"Kita ingin tingkatkan di teknik dengan cara mainnya, strateginya, pola pikir, dan juga mentalnya," ujarnya.
"Untuk mental saya kira itu yang paling penting karena mereka sudah cukup lama tidak bertanding."
"Makanya nanti seperti rencana PBSI yang akan menggelar simulasi, itu sebuah harapan supaya kita bisa tahu dimana kondisi keadaan mental mereka," kata Hendry.
Tidak bertanding dalam waktu relatif lama diakui Hendry cukup memengaruhi keadaan. Tetapi pelatih berusia 57 tahun itu berusaha menyiasatinya.
Ia mencoba menyesuaikan pola latihan dengan atmosfer pertandingan. Sebuah pertandingan simulasi pun telah disiapkan agar para pemain tidak deman panggung.
"Batalnya Malaysia Open dan Singapura Open itu cukup berpengaruh terhadap kondisi fisik dan mental anak-anak," ujarnya.
"Itu yang kita cermati untuk persiapan ke Olimpiade ini. Ada dua bulan ke depan, kita harus siap dengan keadaan apapun."
"Jadi bagaimana kita merancang dan mengatur agar nanti bila sudah tiba di sana kondisinya sudah maksimal," katanya memungkasi.
PBSI sendiri sudah menyiapkan pertandingan simulasi sebagai ajang pemanasan para atlet yang akan berlaga di Olimpiade Tokyo 2020.
Rencananya, simulasi tersebut akan digelar pada 18-19 Juni di Pelatnas Cipayung.
Ikuti juga Instagram, Facebook, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Lihat postingan ini di Instagram
Berita PBSI lainnya:
Ketum PBSI Jelaskan Detail Kerja Sama dengan Kapal Api
Gagal Tambah Wakil di Olimpiade Tokyo 2020, PBSI Legawa
Alasan Ketum PBSI Pilih Kapolda Metro Jaya Menjadi Sekjen Baru