- Bek sentral Juventus, Giorgio Chiellini, meluncurkan biografi berjudul 'Saya, Giorgio'.
- Dalam buku itu, secara blak-blakan, ia mengungkapkan kebencian terhadap Inter Milan, Mario Balotelli dan Felipe Melo.
- Setelah pensiun, Chiellini ingin bekerja di manajemen Juventus atau Asosiasi Klub Eropa.
SKOR.id – Baru dua kali tampil sejak pulih dari cedera ligamen cruciatum, Giorgio Chiellini terpaksa kembali memendam hasratnya beraksi di lapangan.
Kompetisi dihentikan akibat wabah virus corona. Selama vakum, bek Juventus itu menghabiskan waktu dengan keluarga. Momen yang jarang didapat akibat kesibukan sebagai pesepak bola.
Kapten I Bianconeri tersebut juga meluncurkan biografi berjudul ‘Io, Giorgio’ (Saya, Giorgio) yang akan beredar di toko buku mulai 12 Mei.
Dalam buku itu, Chiellini menceritakan kisah hidup, pengalaman dan mengungkapkan pandangannya secara blak-blakan.
Berikut petikan wawancara pemilik gelar master ekonomi dan bisnis itu kepada La Rebubblica.
Berita Giorgio Chiellini lainnya: Dibenci Giorgio Chiellini, Mario Balotelli dan Felipe Melo Menyerang Balik
Apakah Anda ingin mulai beraktivitas lagi?
Saya harus berkata jujur, di rumah, dengan tiga wanita: istri dan dua putri, saya merasa baik-baik saja. Ketika Juventus memanggil lagi ke Continassa, saya merasa sedih.
Saya cukup pergi dengan mobil ke perempatan Venaria karena saya harus menyalakan lagi sesuatu secepatnya. Sungguh indah memulai semuanya kembali.
Bagaimana dengan turnamen yang akan digulirkan kembali?
Saya tidak tahu. Pandemi ini mengajarkan untuk menikmati hidup saat ini, beradaptasi dengan perubahan yang terjadi setiap hari, memikirkan masa depan untuk dua bulan maksimal.
Bagaimanapun kami perlu untuk bangkit, tidak mudah dan saya mngingatkan itu kepada para pemain muda. Saat memikirkan tiga bulan tanpa tifosi, saya kurang bersemangat.
Kami perlu kekuatan mental manusia super dan saya bertanya pada diri sendiri, ‘kenapa saya melakukan ini?’ Dan juga, ‘kenapa tidak?’ Ini pekerjaan kami dan kami harus menyesuaikan diri, seperti yang lainnya.
Wacana pemotongan gaji….
Saya sebagai perantara. Harapannya menemukan solusi untuk membantu klub dalam kondisi sulit dan jadi contoh di negara. Kami ingin membuktikan tidak benar jika pesepak bola hidup di dunia sendiri.
Tidak mudah membuat 25 pemain setuju, tapi itu adalah gestur kematangan kami.
Pendapat Anda tentang Mario Balotelli dan Felipe Melo?
Mereka membuat saya kecewa. Saya menjelaskan apa yang tertulis di buku biografi saya. Balotelli seorang yang negatif, tak menghormati grup.
Pada Piala Konfederasi lawan Brasil, pada 2013, dia tidak menjabat tangan kami, banyak yang ingin menamparnya.
Bagi seseorang, dia salah satu di antara lima pemain terbaik dunia, saya kira dia tidak mungkin ada di antara 10 atau 20 terbaik. Satu pemain yang buruk dari yang terburuk adalah Felipe Melo.
Saya tak tahan dengan orang-orang yang tanpa respek, mereka yang selalu ingin berselisih dengan lainnya.
Dengannya selalu ada risiko bertengkar. Saya juga mengatakan itu kepada direksi: sebuah apel busuk.
Saya tidak dendam, kalau ada yang mesti dibagi dengan mereka, saya akan melakukannya. Saya bukan sahabat semua orang, tapi hanya mereka berdua yang melewati batas.
Masalahnya bukan Anda bermain baik, buruk atau sesekali Anda keluar malam, melainkan Anda tidak punya rasa hormat. Sekali waktu tidak apa-apa, kalau terus berulang, tidak bisa.
Berita Juventus: PSG Masih Tertarik Rekrut Mattia De Sciglio dari Juventus
Bagaimana Anda bisa terus berada di lapangan?
Di awal karier, saya adalah kuda gila, semua pertandingan saya berlari dan bertarung, sebuah duel di seluruh lapangan karena fisik yang kuat.
Hanya setelah itu, laga berubah jadi sebuah pertarungan yang nyata dengan penyerang. Saya bisa jadi gila, tapi tidak jahat, mereka juga melakuakn pelanggaran terhadap saya.
Terhadap Gonzalo Bergessio, pada 2013, saya melakukan tekel yang kasar dan saya sangat menyesal.
Saya minta maaf kepadanya ribuan kali walau tidak bisa mengembalikan bagian yang saya patahkan.
Dia absen tiga bulan, ketika kembali dia seperti melakukan perburuan terhadap saya, hingga dia diusir karena menyikut.
Meski dalam kondisi adrenalin mengalir deras, saya tidak pernah berpikir,”Sekarang saya masuk dan saya akan melukainya.”
Saat ada provokasi dari lawan, bagaimana agar tidak terpancing?
Selama 90 menit tidak ada teman. Saya ingat suatu laga lawan Giampaolo Pazzini, salah satu pemain yang tumbuh bersama.
Ia mengenakan masker pelindung wajah dan sepanjang laga saya terus mengganggunya, menyentuh maskernya.
Ia mengirim saya ke neraka tapi tahu lebih baik daripada saya bahwa itu akan terjadi. Pada akhirnya, kami bicara seolah tak terjadi apa-apa.
Berita Juventus lainnya: Presiden Lyon Konfirmasi Jadwal Leg Kedua Liga Champions Kontra Juventus
Di buku, Anda menulis benci Inter Milan….
Saya kira orang paham apa maksud saya, tidak bisa diintepretasikan dengan buruk. Secara olahraga, saya benci Inter seperti Michael Jordan tidak suka Detroit Pistons. Saya tidak bisa tidak benci mereka.
Tapi 99,9 persen ketika saya bertemu pemain yang berbenturan dengan saya di lapangan, kami tertawa-tawa seusai itu.
Faktanya, ada pesan yang membahagiakan dari Javier Zanetti ketika saya mengalami retak lutut. Kebencian dari sisi olahraga mendorong untuk menungguli lawan.
Apa pendapat Anda tentang Gonzalo Higuain?
Mayoritas pemain nomor 9 itu egois, bekerja sendiri, tapi ia punya sisi murah hati dan ceria. Ia suka menuntut karena Anda harus memanjakannya, menstimulasi.
Higuain perlu gairah untuk menjaga potensi hebat yang dimiliki. Ia kembali? Kami menunggunya.
Berita Juventus lainnya: Juventus Latihan, Federico Bernardeschi dan Rodrigo Bentancur Curi Perhatian
Sudah memikirkan profesi setelah menyelesaikan karier sebagai pemain?
Saya punya visi bagaimana sepak bola berevolusi, tidak tahu antara 5 atau 10 tahun, tapi belum ada kompetensi untuk mengembangkannya.
Saya melihat diri saya di belakang meja, bukan seperti direktur olahraga atau pencari bakat tapi peran dalam manajemen.
Saya ingin berurusan dengan kebijakan olahraga, asalkan itu bukan kata yang menakutkan dan itu sebuah zona ranjau.
Saya mau bekerja di ECA (Asosiasi Klub Eropa), tapi itu hanya memberi ide, yang jelas saya ingin berkontribusi kepada sepak bola.
Apa ritual Anda sebelum laga?
Saya mandi sangat lama. Itu ritual untuk mengelola stres. Momen terakhir untuk sendirian dan mendengarkan tubuh saya.