- Sandi Sute sedang merancang bisnis untuk masa depan.
- Sang istri ingin anak laki-lakinya meneruskan karier ayahnya sebagai pesepak bola.
- Tanah menjadi investasi yang dilakukan gelandang Persia Jakarta itu.
SKOR.id - Pesepak bola jadi salah satu yang terdampak dari penyebaran virus corona. Mereka yang biasanya bertanding setiap pekan, kini hanya berlatih mandiri tanpa tahu kapan akan kembali berkompetisi.
Sandi Darman Sute salah satunya. Gelandang "perusak" milik Persija Jakarta itu, saat ini sudah berada di tanah kelahirannya, Palu, Sulawesi Tengah.
Baca Juga: Sergio Aguero, Pemain yang Paling Sulit Dikawal Virgil van Dijk
Untuk mengatasi rasa jenuh, selain berlatih, sejumlah kegiatan dilakukan pemain 27 tahun tersebut.
"Sambil mengisi kekosongan, saya dan istri sedang melihat peluang berbisnis lainnya," kata Sandi kepada Skor.id Selasa (31/03/10).
Berikut petikan wawancara lengkap Skor.id bersama Sandi Sute.
Apa kegiatan Anda di tengah ketidakjelasan kompetisi?
Ya, sebagai pemain pasti sedih dengan kondisi saat ini. Hanya saja ini semua demi kebaikan bersama kan. Demi kesehatan orang banyak. Saya hanya berharap semoga virus corona ini segera berakhir dan kami bisa berkompetisi lagi di liga.
Apa instruksi pelatih setelah manajemen memperpanjang waktu libur?
Pastinya saya harus tetap latihan, menjaga kondisi agar tetap stabil. Jadi ketika tiba-tiba kompetisi kembali digulirkan dan balik lagi ke Jakarta, saya enggak kaget. Tinggal nambah lagi latihan.
Program latihan dirancang oleh tim pelatih dalam hal ini pelatih fisik?
Tidak ada arahan khusus dari tim pelatih fisik. Kamu harus latihan ini, harus latihan itu, tidak. Inisiatif sendiri saja. Sebagai pemain profesional ya jaga kondisi kita pintar-pintar.
Kalau saya, satu hari latihan, satu hari libur, selang-seling.
Tidak jenuh dengan waktu hanya diisi dengan latihan?
Tidak, asal kita isi dengan beragam kegiatan positif. Saya ambil hikmahnya jadi lebih sering berinteraksi dengan istri dan anak-anak. Sesekali saya dan istri kerap ngobrol tentang persiapan masa depan.
Maksudnya?
Saya sadar sebagai pemain bola tidak akan selamanya. Ada masanya. Jadi kami berdua sedang merancang, melihat peluang untuk berbisnis. Apa saja yang penting bisa dilakukan bersama-sama.
Bagaimana Anda mempersiapkan masa setelah pensiun?
Alhamdulillah, lewat sepak bola saya sudah bisa berinvestasi. Saat ini saya sudah menginvestasikan penghasilan dari sepak bola dengan membeli tanah. Saya sudah memiliki tiga bidang tanah dengan ukuran ada yang satu hektar, setengah hektar.
Mengapa memilih investasi tanah?
Ya karena harga tanah kan stabil, bahkan bisa melonjak sewaktu-waktu tergantung perkembangan yang terjadi di sekitar tanah yang kita beli. Ya semoga bermanfaat buat anak istri.
Kegiatan selain berlatih di rumah?
Saya cuma main sama anak-anak di rumah. Sambil mengajarkan mereka sedikit-sedikit tentang kehidupan. Di Palu juga kan sudah dua orang positif Corona. Jadi kami takut juga kan kalau ke mana-mana, jadi #dirumahaja.
Anak lelaki Anda siapkan meneruskan karier sebagai pesepak bola?
Mengalir aja enggak dipaksakan. Tapi istri saya bilang, yang laki -laki (Habib) ingin jadi pemain profesional dan harus lebih dari bapaknya, kalau bisa main di luar Indonesia. Lalu yang perempuan ibunya ingin dia jadi dokter.
Persija punya peluang juara tapi kompetisi dihentikan?
Iya ini kan berhentinya liga bukan dari PSSI atau siapa pun. Karena memang wabah virus yang hampir seluruh negara di dunia kena dampaknya. Sedih, tapi demi kebaikan semua orang karena lebih penting nyawa dan kesehatan kita dan keluarga.
Bagaimana melihat persaingan di lini tengah Persija musim ini?
Saya katakan di Persija tidak ada kata persaingan. Semua pemain dibutuhkan di Persija. Siapapun yang main memberikan yang terbaik buat Persija, harus 1.000 persen memberikan kontribusi buat tim tanpa tawar-menawar.
Banyak yang menyebut Anda memperebutkan satu tempat di lini tengah dengan Evan Dimas?
Kalau soal persaingan saya tidak melihat bersaing dengan siapa. Setiap pemain masuk ke Persija itu kan buat membawa tim ini lebih baik, bukan sebaliknya. Itu lagi tergantung pelatih, siapa yang diberikan kesempatan, pemain harus berikan yang terbaik.
Mimpi Anda soal timnas sudah habis?
Tentu tidak! Banyak pemain yang baru masuk ke timnas di usia 30an. Saya baru memasuki usia emas sebagai pemain.
Lalu?
Siapa sih pemain yang enggak mau bermain untuk timnas. Karena muaranya bermain di klub kan ujungnya di timnas. Kesempatan membela negara tercinta bagi pesepak bola kan lewat timnas. Di situ kita punya kesempatan untuk membalas apa yang sudah negara berikan buat kita.
Bagaimana dengan kondisi timnas saat ini di bawah asuhan Shin Tae-yong, Anda optimistis?
Mungkin saat ini masih banyak yang lebih baik dari saya, dan itu pecutan buat saya juga untuk bisa lebih baik. Mungkin saja pendapat dari pelatih, dari PSSI saya belum layak buat ke timnas.
Kan semua pelatih karakter berbeda-beda dan kesukaannya juga berbeda. Walaupun banyak yang bilang saya layak membela timnas. Kalau masyarakat yang jadi pelatih, kemungkinan saya masuk timnas (hahaha). Saya pernah di timnas U-23 2014 bersama coach Aji Santoso. Kalau senior memang belum.