- Muhammad Nasuha adalah bek kanan andalan timnas Indonesia di Piala AFF 2010.
- Sayang, Muhammad Nasuha kariernya terhenti pada usia yang masih produktif karena cedera.
- Trauma cedera tak lagi dirasakan, Muhammad Nasuha pun fokus melatih.
SKOR.id - Muhammad Nasuha adalah bek kanan timnas Indonesia andalan pelatih Alfred Riedl pada Piala AFF 2010.
Saat itu, timnas Indonesia mampu menembus final tetapi kalah dari timnas Malaysia.
Namun, nama Muhammad Nasuha adalah pemain yang selalu tampil bagi skuad Garuda dari fase awal sampai dua leg final.
Bahkan pada final di Jakarta saat timnas Indonesia menang 3-2 atas Malaysia, Nasuha membuat satu gol.
Sayang, Nasuha selepas membaka timnas Indonesia yang moncer di Piala AFF 2010 namanya meredup.
Cedera pada lutut kirinya membuat lelaki asli Serang, Banten ini tak lagi maksimal.
Nasuha selama aktif sebagai pesepak bola pada level senior pernah membela Pelita KS, Persikota Tangerang, Sriwijaya FC, Persija, Persib, dan Cilegon United.
Skor.id berkesempatan melakukan wawancara khusus dengan Muhammad Nasuha pada Minggu (24/1/2021).
Apa kabar Nasuha, apa kegiatan Anda sekarang?
Sehari-hari, saya mengurus keluarga termasuk membantu usaha istri di Serang. Kebetulan istri memiliki usaha dan saya ikut membantu.
Anda memiliki lisensi C AFC setelah memutuskan berhenti main, sejak kapan itu didapat...
Saya ikut lisensi C AFC pada 2018 dan Alhamdulillah sudah lulus. Sejak saat itu, saya bertekad mengaplikasikan ilmu kepelatihan tersebut.
Pada saat kompetisi vakum dan masa pandemi Covid-19 ini, apakah Anda tetap melatih?
Kebetulan sebelumnya saya adalah asisten pelatih Perserang Serang di bawahnya Pak Putut Wijanarko.
Karena kompetisi vakum, saya tetap melatih dan membantu Sekolah Sepak Bola (SSB) Gunung Pinang di Serang.
Status saya hanya diminta untuk membantu melatih saja. Kebetulan, anak pertama saya juga latihan di SSB itu.
Sedikit flashback, apakah cedera yang Anda alami menimbulkan trauma sampai kini?
Trauma cedera, saya rasa sudah tak ada lagi pikiran seperti itu. Saat ini, saya berpikir bahwa semua ini sudah takdir-Nya.
Saya sejak memutuskan tak bisa lagi main karena cedera juga tak terlalu berpikir panjang. Saya menerima ini dengan ikhlas.
Jadi, Anda resmi pensiun itu kapan?
Seingat saya, saya memutuskan untuk pensiun main pada usia 32 tahun. Tetapi, prosesnya itu sangat panjang dan terkait cedera juga.
Saya kena cedera pada 2012, ketika itu masih main untuk Persib dan lumayan parah. Saya butuh pemulihan sekitar dua tahun.
Lalu selepas itu, saya diajak coach Bambang Nurdiansyah gabung Cilegon United pada 2014 setelah cedera pulih.
Namun di sana, saya kena cedera lagi dan hampir setahun absen karena tak operasi.
Kapan Anda akhirnya melakukan operasi?
Saya melakukan operasi pada 2015 saat Pak Rahmad Darmawan dan yayasan beliau yang juga dikelola Pak Hendrik menawarkan operasi.
Sejauh ini, saya tiga kali operasi dan cedera itu sepertinya belum 100 persen pulih.
Lalu, saya memutuskan tak lagi aktif karena cedera masih sering terasa.
Apakah Anda selepas tak lagi berstatus pesepak bola tak lagi tampil di lapangan hijau?
Tidak. Cedera memang masih sedikit terasa, tetapi saya tetap bisa main untuk sepak bola yang fun.
Selain itu, saya juga rajin ke gym karena itu menjadi bagian penting untuk cedera ini.
Sebab dengan latihan fitness, maka cedera saya akan makin berkurang sakitnya dan otot-otot juga terlatih.
Kembali ke soal kepelatihan yang Anda tekuni sekarang. Apa filosofi melatih Anda?
Saya ini adalah bek kanan yang pernah main sebagai striker maupun gelandang pada saat masih usia muda.
Jadi, saya lebih menekankan ke pemain soal penguasaan bola. Jika bermain sepak bola sering kehilangan bola, maka permainan itu tak bisa dinikmati.
Mungkin, itu yang menjadi filosofi saya dalam melatih, terutama saat menangani pemain usia dini atau pembinaan.
Terakhir, pilih mana, melatih pemain usia dini atau menjadi asisten pelatih klub level senior seperti sekarang yang Anda jalani?
Kalau saat ini, saya masih ingin melatih tim di liga walau menjadi asisten pelatih.
Soalnya kalau melatih level grassroot, kami benar-benar harus memiliki kesabaran ekstra.
Jelas, ini berbeda dengan melatih pemain yang sudah masuk level kompetisi senior.
Ikuti juga Instagram, Facebook, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Barcelona Diambang Kebangkrutan, Utang Membengkak Hingga 20 Triliun https://t.co/VeoskUBMgr— SKOR Indonesia (@skorindonesia) January 25, 2021
Baca juga Wawancara Eksklusif Skor.id lainnya:
Wawancara Eksklusif Selamet Riadi: Shin Tae-yong Bisa Hidupkan Fighting Spirit Timnas Indonesia