- Menpora RI, Zainudin Amali, mengungkapkan progres maupun kendala yang dihadapi dalam persiapan Piala Dunia U-20 2021.
- Menpora menuturkan, masa persiapan menyesuaikan dengan kondisi di tengah pandemi Covid-19.
- Menpora juga menginginkan kota-kota yang menjadi tempat penyelenggaraan bisa memanfaatkan Piala Dunia U-20 untuk meningkatkan sport tourism mereka.
SKOR.id - Indonesia telah ditetapkan FIFA sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2021. Rencananya, ajang tersebut akan digelar pada 20 Mei-12 Juni 2021.
Untuk menjadi sukses sebagai penyelenggara maupun secara prestasi tentunya tak mudah bagi Indonesia. Hal itu pun disadari Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI, Zainudin Amali.
Maka itu, persiapan serius dilakukan dari segi pembenahan infrastruktur yang sesuai dengan standar FIFA.
Selain itu, timnas U-19 Indonesia juga dipersiapkan secara matang dengan latihan di luar negeri. Skuad yang dilatih Shin Tae-yong itu sudah menyelesaikan pemusatan latihan di Kroasia, beberapa waktu lalu.
Terdekat, kabarnya mereka akan terbang ke Spanyol untuk melakukan pemusatan latihan kembali.
Kepada Skor.id, Menpora RI, Zainudin Amali, pun mengungkapkan progres apa saja yang sudah dicapai maupun kendala yang dihadapi dalam mempersiapkan Piala Dunia U-20 2021.
Berikut petikan wawancara dengan lelaki berusia 58 tahun itu:
1. Sejauh mana persiapan penyelenggaraan Piala Dunia U-20?
Sudah ada Keppres (Keputusan Presiden)-nya ya, itu sudah ada pembagian tugas. Menpora kebagian menjadi penyelenggara, kemudian Menteri PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) kebagian tugas infrastruktur, dan Ketum PSSI untuk prestasi timnas. Jadi itu pembagiannya dari Keppres jelas.
Kemudian kalau Inpres (Instruksi Presiden) itu termasuk bagian tugas dari Kementerian dan Lembaga harus terbuka, Menteri apa harus apa dan apa, dan sebaliknya. Kalau persiapan sih jalan saja ya, karena yang menjadi bagian kita jalankan masing-masing.
Minggu lalu Menteri PUPR ada penandatanganan untuk renovasi stadion di beberapa tempat. Kebetulan acara utamanya di sini, dan saya menyaksikan. Menurut saya sih jalan ya, itu kan yang paling utama untuk persiapan-persiapan yang dikoordinasikan oleh Kementerian PUPR tentang fasilitas-fasilitas yang ada.
Kemudian tim nasional juga sama PSSI juga sudah melakukan tugasnya, terakhir TC (training center) di Kroasia, uji tanding dan lain sebagainya.
Dan untuk khusus kami penyelenggara, INAFOC, kan begini, Piala Dunia ini adalah propertinya FIFA. Oke kita sebagai negara tuan rumah iya, menyiapkan saja tempatnya kemudian segala sesuatunya diatur oleh FIFA. Kami penyelenggara, federasi dan juga PSSI, tentu itu merupakan sebagai perpanjangan tangan.
Berbeda dengan halnya kalau ada orang membandingkan dengan Asian Games. Asian Games itu kan pertama itu multievent dan kemudian IOC menyerahkan sebagian besar kecuali mungkin asistensi teknik itu ditangani oleh Federasi Internasional.
Kalau ini (Piala Dunia U-20) memang dipandu dari sana (FIFA). Jadi kita memang melaksanakan apa yang telah diberi FIFA arahan.
Jadi kalau ditanya bagaimana mengenai persiapan, ya kita jalan saja, kita jalan terus, kita komunikasi terus dengan FIFA. Karena ini propertinya mereka ya, kita sebagai pelaksana ya sudah apa yang arahan FIFA, itu yang kita lakukan.
2. Apakah struktur INAFOC sudah ada atau lengkap?
Yang baru ada kan ketuanya, itu pun kami harus komunikasikan. Seperti saya sampaikan tadi, ini propertinya FIFA, jadi berbeda dengan multievent yang Asian Games sehingga kita semua segala sesuatunya dikoordinasikan, komunikasikan, bahkan harus konsultasi.
Apa yang harus kami lakukan kami harus konsultasi dulu. Saya kira itu satu hal yang wajar saja. Kami memahami bahwa FIFA juga tidak mau sembarangan, mereka sangat ketat di rule (aturan)-nya.
Kita sebagai tuan rumah harus paham dan itu merupakan konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi itu kita sudah harus tahu ketika kita ikut bidding sebagai tuan rumah. Beda sebenarnya dengan PON, otoritas itu ada di kita, kalau ini tidak.
3. Sejauh ini kendala yang dihadapi seperti apa?
Sementara ini tidak ada kendala. Kami belum ada kendala yang berarti. PUPR menyatakan kesiapan dan kesanggupan mengenai renovasi mereka jalan. Kita berharap mudah-mudahan tidak ada gangguan cuaca, karena ada hal-hal yang sangat terpengaruh misalnya renovasi sampai penanaman rumput itu kan tidak bisa kayak orang masang karpet. Itu ada acara waktu dari mulai dikupas, kemudian sampai penanaman dan pemeliharaan. Saya berharap secara teknis itu tidak ada masalah.
Jadi sampai hari ini sih enggak ada kendala yang berarti. Cuma ini kan berbeda yang U-20 gegap gempitanya dengan senior. Senior kan sudah luar biasa. Kayak Qatar 2022 pun kita belum terlalu kan (gegap gempitanya), padahal itu senior.
Memang situasi pandemi sekarang ini juga membuat kita harus menyesuaikan, meng-adjust tentang pelaksanaan kegiatan dengan kondisi. Mungkin kalau situasinya normal akan lain. Jadi kalau ditanya kendala, menurut saya sih tidak ada dan kami berterima kasih disupervisi dari FIFA jalan terus. Hampir setiap hari kami komunikasikan INAFOC dan PSSI.
4. Sejauh mana dampak tuan rumah Piala Dunia U-20 terhadap sport tourism, sport science, dan sport industry kita?
Saya kira sangat berpengaruh ya, banyak negara-negara yang menjadi tuan rumah kegiatan olahraga baik itu sepak bola atau sifatnya event lain maupun multievent, setelah itu olahraganya berkembang.
Dari sisi sport tourism banyak orang yang akan tahu Indonesia, sehingga orang akan datang. Industri apalagi, pasti akan berkembang. Itu dampaknya.
5. Hal seperti apa yang akan dibangun terhadap 6 kota yang sudah dipilih PSSI dan Pemerintah Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggaraan terkait tiga hal itu?
Saya sudah berbicara dengan Pemerintah Daerah, kami minta supaya mereka memanfaatkan betul event ini. Jangan sampai begitu event selesai kota-kota penyelenggara itu tidak mendapatkan manfaat apa-apa, dia hanya sekadar tempat pelaksanaan.
Kami juga minta supaya mereka untuk mempersiapkan diri selain menjadi kewajiban mereka sebagai hospitality, juga apa yang harus mereka tonjolkan supaya menarik orang untuk datang lagi. Apalagi ini kan usia-usia 19 atau di bawah 20 tahun, pasti dia datang tidak sendirian.
Kalau yang senior mungkin dia datang sendiri, ya paling sama pacarnya. Kalau ini dia bisa saja datang dengan keluarga, dengan orang tua, dan bahkan banyak yang menyertai mereka.
Pemerintah Daerah kota-kota tempat venue, baik itu venue utama maupun yang kebagian tempat latihan, itu mereka harus mempersiapkan diri untuk menarik sedemikian rupa supaya orang mau balik lagi, orang mau datang lagi, orang nyaman, aman, berada di kota itu. Itu yang saya minta dan kemudian kami dari INAFOC membantu.
Misalnya kalau ada kegiatan sosialisasi, kami pandu sosialisasinya seperti apa supaya tidak sembarangan. Dan apa yang harus disampaikan narasi-narasi yang disampaikan untuk masyarakat kami pandu dari Panitia Pusat dari INAFOC, walaupun nanti di daerah itu kan ada manajer venue, itu di bawah koordinasinya FIFA.
Tapi Pemerintah Daerah harus memanfaatkan betul untuk sport tourism itu. Jadi dia merasakan bahwa, oh iya, datang lagi deh ke Indonesia enak. Begitu dia datang mau nanya, mau nyari sesuatu dia susah, apalagi sampai ada orang datang kecopetan, itu pasti orang akan cerita kepada yang tidak datang. Oh sudah lah tidak usah datang lagi ke Indonesia, tidak aman, seram, dan sebagainya.
Ini yang harus kita tunjukkan, yang kita minta karena ini menjadi area kita, karena itu kan di luar teknis pertandingan. Kalau teknis pertandingan itu sebenarnya FIFA, kalau yang lain-lainnya itu ya kita.(Bersambung)
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia.
View this post on Instagram
Berita Piala Dunia U-20 2021 Lainnya:
Berkaca pada Piala Dunia U-20, Menpora Berharap Venue PON 2024 Berstandar Internasional
Pasca-Piala Dunia U-20 2021, Markas Bali United Jadi Destinasi Wisata