- Bek kanan Bali United, Andhika Wijaya, membuktikan bahwa pengalaman dan kesalahan adalah pelajaran berharga.
- Andhika Wijaya sempat dikritik karena emosinya yang meledak-ledak, tapi sukses bersinar bersama Bali United di Liga 1 2021-2022.
- Hal itu tampak dari perolehan kartu Andhika Wijaya di Piala Menpora 2021 dan Liga 1 2021-2022 yang sangat kontras.
SKOR.id – Liga 1 2021-2022 menjadi salah satu titik balik bagi perjalanan karier bek Bali United, I Made Andhika Wijaya.
Sebab, sebelum kompetisi musim ini digelar, Made Andhika menjadi salah satu pemain Bali United yang sempat kebanjiran kritik dari publik.
Penyebabnya ialah Piala Menpora 2021. Pada turnamen pramusim ini, Andhika dinilai gagal mengontrol emosinya saat berduel di lapangan.
Pemain berusia 25 tahun tersebut mengakui, itu menjadi salah satu kritik yang sering hinggap di telinganya. Dia dianggap terlalu temperamen sehingga merugikan tim.
Sebab, pada Piala Menpora 2021, ia mengantongi dua kartu merah. Yang pertama diperoleh karena kartu kuning kedua melawan Persib Bandung pada laga perdana Grup D.
Sementara itu, kartu merah kedua dilayangkan oleh wasit karena Andhika melakukan pelanggaran keras kepada striker PSS Sleman, Saddam Emiruddin Gaffar.
Ketika itu, ia berupaya menghalau bola. Namun, kakinya yang diangkat terlalu tinggi justru menyambar leher Saddam yang juga berupaya merebut bola.
Akibatnya, Bali United harus bermain dengan 10 pemain. Di akhir laga, Serdadu Tridatu tumbang dari PSS Sleman lewat drama adu penalti dan gagal menembus semifinal.
Salah satu sorotan tajam memang sempat diarahkan kepada Andhika yang dianggap merugikan tim. Ia mengakui, berbagai kritik datang silih berganti.
“Dari situ, saya mencoba mendengar kritik semua orang. Saya terima dengan terbuka. Saya juga belajar juga untuk tidak temperamental,” kata Andhika Wijaya saat ditemui Skor.id di kediamannya, Rabu (29/3/2022).
“Pada momen itu saya belajar. Jika mendapat kesempatan di Liga 1 2021-2022, saya akan memanfaatkannya dengan baik-baik, belajar dari kesalahan, dan harus mampu mengontrol diri sendiri,” ia melanjutkan.
Pemain kelahiran Jakarta ini mengatakan, dua kartu merah dalam satu turnamen itu menjadi pukulan telak bagi dirinya.
Sebab, kegagalannya mengelola emosi saat itu sampai membuat dua petinggi klub, Yabes Tanuri dan Pieter Tanuri, turun tangan.
“Pastinya saya merasa sangat malu. Apalagi, Pak Pieter dan Pak Yabes sempat menelepon Bapak meminta tolong bagaimana caranya agar Andhika tidak kena kartu lagi,” katanya.
Bagi Andhika, label miring yang disematkan kepadanya cukup mengusik hati. Sebagai anak dari seorang legenda sepak bola, ‘Si Raja Kartu’ bukanlah julukan yang nyaman untuk disandang.
“Sebagai anak dari seorang legenda sepak bola, saya tidak mau dicap sebagai ‘Raja Kartu’. Dari situ saya belajar untuk menahan diri untuk tidak bermain kotor,” katanya.
Andhika mengisahkan, ayahnya, yang juga berstatus sebagai pelatih Bali United U-18, I Made Pasek Wijaya, ikut memberikan masukan dan saran.
“Belajarlah dari kesalahanmu, belajar bagaimana bermain bola dengan benar. Masa sudah bermain sepak bola bertahun-tahun masih bermain kotor dan sering mendapat kartu,” kata Andhika menirukan pesan ayahnya.
Pengalaman memang akhirnya menjadi pelajaran. Lewat dua kartu merah itu, Andhika mulai belajar untuk mengatasi ledakan-ledakan emosinya saat pertandingan.
Hasilnya terlihat jelas pada Liga 1 2021-2022. Andhika menjadi salah satu pemain penting yang sukses mengantarkan skuad Bali United naik ke podium juara.
Selama satu musim penuh, ia sukses menorehkan 30 pertandingan. Dia menjadi salah satu nama pemain yang menorehkan penampilan tertinggi di Bali United.
Bahkan, catatan lain yang sukses dibukukan Andhika Wijaya ialah jumlah kartu kuningnya. Sebab, ia hanya mengantongi dua kartu dari total 30 laga.
Tentu, ini adalah catatan yang impresif jika membandingkan perolehannya pada Piala Menpora 2021 sekaligus menjadi bukti bahwa Andhika telah bertransformasi ke arah positif.
Menurut Andhika, salah satu faktor yang ikut menentukan perubahan ini ialah karena ia sempat melakukan yoga karena saran dari petinggi Bali United.
“Saya juga tak ingin mengecewakan Pak Yabes dan Pak Pieter. Apalagi, mereka sudah memberikan support langsung dengan mencarikan guru yoga,” ujarnya.
“Saya sempat melakukan yoga selama beberapa waktu. Efeknya cukup terasa. Pikiran jadi lebih tenang dan saya bisa mengontrol emosi,” ia melanjutkan.
Ayah sebagai Kritikus yang Paling Setia
I Made Pasek Wijaya memang menjadi salah satu sosok yang paling penting dalam perjalanan karier Andhika Wijaya.
Mantan asisten pelatih Bali United di era pelatih Widodo Cahyono Putro itu mengatakan, ada evaluasi khusus yang disiapkan untuk anak pertamanya itu setiap pertandingan berakhir.
Made Pasek mengakui, dia tak pernah absen memberikan masukan kepada Andhika agar mampu berbenah dari waktu ke waktu.
“Saya sering mengevaluasi kekurangan yang harus diperbaiki Andhika dalam setiap pertandingan,” kata Made Pasek saat dijumpai Skor.id, Rabu (29/3/2022).
“Misalnya, apabila kurang dalam melakukan pressing maka harus diingatkan, sebagai bek sayap kapan bertahan dan kapan membantu menyerang,” ia melanjutkan.
Pelatih yang sukses mengantarkan Bali United U-19 juara Liga 1 2019 itu mengatakan, emosi yang meledak-ledak memang sempat jadi salah satu kekurangan Andhika.
Namun, lelaki berusia 52 tahun itu bersyukur bahwa anak sulungnya itu mampu berbenah dan memperlihatkan perkembangan positif di Liga 1 2021-2022.
“Sebagai orang tua, saya selalu mengingatkan. Kemarin, salah satu kekurangan Andhika adalah kurang menjaga emosi yang terlalu meledak-ledak,” ujarnya.
“Selama kompetisi ini, Andhika hanya mengantongi dua kartu kuning. Berarti dia sudah bisa menghilangkan emosi itu,” ia melanjutkan.
Kini, Andhika Wijaya bisa merayakan musim fenomenalnya bersama Bali United. Sebab, ia sukses merasakan gelar juara keduanya setelah sebelumnya mengangkat trofi Liga 1 pada 2019.