- Tepat 26 tahun lalu, Ayrton Senna mengembuskan nafas terakhir di Sirkuit Imola pada 1 Mei 1994.
- Penanganan lambat dianggap salah satu faktor yang membuat nyawa Ayrton Senna tak terselamatkan.
- GP San Marino 1994 jadi yang terburuk dalam sejarah F1 karena ada tiga insiden dalam sepekan.
SKOR.id – Tepat hari ini, pada 1 Mei 1994, 26 tahun yang lalu, duka menyelimuti Formula 1 (F1) karena Ayrton Senna kehilangan nyawanya di trek.
Pembalap asal Brasil itu wafat tiga jam setelah berjuang dari insiden mengerikan di Sirkuit Imola, Italia, saat sedang memimpin Grand Prix (GP) San Marino pada 1 Mei 1994.
Mengendarai mobil Williams FW16, Ayrton Senna tampil cepat dan berhasil memimpin sejak awal race (balapan). Namun pada lap ketujuh, tragedi terjadi.
Ia kehilangan kendali mobil dan menabrak dinding pembatas di tikungan Tamburello, yang merupakan bagian sirkuit meliputi tikungan kedua hingga keempat.
Berita Ayrton Senna Lainnya: 60 Tahun Ayrton Senna: Mengenang dan Merayakan Sang Legenda F1
Sehari sebelumnya, saat kualifikasi, Roland Ratzenberger juga mengalami insiden yang menewaskannya di belokan Villeneuve, tak jauh dari tikungan Tamburello.
Berdasarkan Wikipedia.com tentang GP San Marino 1994, mobil yang dikemudikan Ayrton Senna menabrak dinding pembatas dengan kecepatan 211 km/jam.
Juara dunia tiga kali F1 itu langsung dilarikan ke Rumah Sakit Maggiore. Berdasarkan dokter yang menanganinya, Senna mengalami kerusakan di arteri temporal pada bagain kepala.
Tetapi, ada laporan yang menyebutkan sang legenda juga mengalami brain-dead akibat pecahan ban kanan menembus helm hingga mengakibatkan tengkoraknya rusak.
Petugas yang berjaga di dekat lokasi insiden, tak berani menyentuh dan mengeluarkan tubuh Ayrton Senna dari mobil. Mereka memilih menunggu tim medis tiba dilokasi.
Proses evakuasi tersebut membutuhkan waktu beberapa menit, membuat Ayrton Senna mendapatkan penanganan yang sedikit terlambat.
Ahli bedah saraf Sid Watkins, kepala tim medis trek Formula 1, melakukan trakeotomi membuat lubang pada trakea Senna agar bisa dipasangkan tabung pernapasan.
“Dia tak bergerak. Saya mengangkat kelopak matanya dan jelas terlihat dia mengalami cedera otak yang parah,” ujar Watkins saat menjelaskan kondisi Ayrton Senna.
“Kami mengangkatnya dan membaringkannya di tanah. Ketika kami melakukannya, dia menghela nafas. Meski saya tidak religius, saya merasakan rohnya pergi pada saat itu,” ia menambahkan.
Setelah penanganan yang intensif di Rumah Sakit Maggiore, Ayrton Senna menyerah dan dinyatakan meninggal pada pukul 18:40 waktu setempat.
Kematian tragis Ayrton Senna menghadirkan duka mendalam bagi F1 dan masyarakat Brasil. Pasalnya, sang pembalap adalah sosok yang sangat dicintai dan dipuja.
Kepergiannya juga menandai kecelakaan terburuk pertama dalam 12 tahun dalam balapan F1 sejak Riccardo Paletti meninggal di GP Kanada pada 1982.
Insiden yang merenggut nyawa Ayrton Senna tersebut juga merupakan puncak tragedi pada GP San Marino pada 1994.
Pasalnya, sebelum Senna, dua kecelakaan hebat lain terjadi sepanjang akhir pekan. Pertama yang menewaskan Ratzenberger dan yang membuat Rubens Barrichello cedera parah.