SKOR.id – Kemenangan, keputusasaan, dan lebih banyak gol bunuh diri, itulah gambaran sekilas fase grup Euro 2024 yang baru saja selesai.
Delapan tim telah tersingkir. Setelah permutasi, termasuk mengikutkan empat tim peringkat ketiga terbaik, Piala Eropa edisi ke-17 akan memasuki babak 16 besar, dimulai pada Sabtu (29/06/2024) malam mulai pukul 23.00 WIB, dengan laga Swiss menghadapi Italia di Olympiastadion, Berlin, Jerman.
Sambil menunggu dimulainya babak 16 besar, tidak ada salahnya menilai dan memilih siapa saja pemain terbaik di setiap posisi sepanjang fase grup Euro 2024 lalu.
Penilaian dan pemilihan ini mungkin tidak memuaskan Anda. Namun, Skor.id berusaha memilih The Best XI fase grup Euro 2024 mengacu dari performa, statistik, dan kontribusi sang pemain untuk tim nasional negaranya. Berikut 11 pemain terbaik untuk starter di fase grup Piala Eropa 2024:
Kiper: Gianluigi Donnarumma (Italia)
Kapten juara bertahan Italia ini mengawali turnamen dengan bagus. Secara statistik, jumlah penyelamatan (12) kiper milik Paris Saint-Germain (PSG) itu memang masih kalah dari penjaga gawang Georgia Giorgi Mamardashvili (20) dan kiper Rumania Florin Nita (15).
Namun soal menahan tembakan penalti, baru Donnarumma yang berhasil melakukannya. Tepatnya saat menepis tendangan kapten Kroasia Luka Modric, ketika Gli Azzurri memastikan lolos dari babak grup.
Sebelumnya, Donnarumma mampu melakukan penyelamatan penting pada menit-menit akhir dari upaya pemain Albania Rey Manaj untuk mempertahankan tiga poin dalam pertandingan pembuka grup.
Bek kanan: Zan Karnicnik (Slovenia)
Zan Karnicnik sudah berusia 29 tahun dan mungkin sudah tidak menarik di bursa transfer. Pengalamannya juga hanya bermain di kompetisi di Slovenia dan Bulgaria. Namun, performa bek kanan setinggi 6 kaki (183 cm) itu di Euro 2024 akan menjadi salah satu yang diingat.
Karnicnik selalu dimainkan Slovenia di tiga laga fase grup – dengan membuat 23 balls recovered, 4 tekel, dan 9 upaya menyapu bola – hingga membuat sejarah untuk kali pertama lolos ke fase knockout di Piala Eropa, dengan bermain imbang 1-1 melawan Serbia dan membuat clean sheet melawan tim sekelas Inggris.
Bek tengah: Marc Guehi (Inggris)
Inggris tidak terlalu menyenangkan untuk disaksikan dalam serangan, tapi itu bukan kesalahan Marc Guehi. Turnamen sebesar Euro memang sering kali menjadi tempat munculnya pemain sebagai bintang baru dan andalan negaranya. Bek Crystal Palace FC itu pun memanfaatkan cedera dan penampilan kurang memuaskan Harry Maguire (Manchester United) untuk melakukan hal itu.
Guehi tampil impresif saat memainkan bola dari belakang untuk Inggris, dengan total statistik dari tiga laga awal fase grup: 26 balls recovered, 5 tekel, dan 5 upaya menyapu bola. Jadi, meski mungkin ada banyak kesalahan di tim asuhan Gareth Southgate, Guehi bukanlah salah satu dari pemain tersebut.
Bek tengah: Jaka Bisol (Slovenia)
Mari perhatikan statistik sebelum pertandingan penyisihan grup terakhir pada hari Rabu (26/06/2024) malam, para pemain dengan jumlah sapuan terbanyak kedua di turnamen tersebut adalah Virgil van Dijk (dari Belanda), Jan Bednarek (Polandia), dan Guram Kashia (Georgia) dengan 15. Tetapi, tidak ada yang menyangka jika posisi teratas diisi Jaka Bijol dari Slovenia, 27.
Itu menjadi perbedaan yang sangat besar dan menunjukkan betapa besarnya kerja keras yang harus dilakukan Bijol dan para bek Slovenia untuk mencapai babak 16 besar. Pemain berusia 25 tahun ini tampil mengesankan bersama Udinese di Liga Italia (Serie A) dan tampaknya menjadi salah satu pemain yang patut diperhatikan.
Bek kiri: Maximilian Mittelstadt (Jerman)
Jerman mungkin memiliki pemain-pemain yang lebih menarik perhatian dibanding bek kiri VfB Stuttgart tersebut. Namun ia tampil mengesankan meski mungkin menjadi pemain yang paling tidak familiar bagi banyak orang di starting line-up.
Pemain berusia 27 tahun ini terus menyerang di pertandingan pembuka turnamen melawan Skotlandia. Ia mengikuti penampilan impresif itu dengan memberikan assist untuk Ilkay Gundogan dalam kemenangan 2-0 atas Hungaria. Dia selalu menjadi pelapis di sisi kiri dan akan berperan penting di sisa turnamen.
Dari tiga kali diturunkan di Euro 2024, Mittelstadt mencatat 11 balls recovered, 3 tekel, dan 6 upaya menyapu bola.
Gelandang: N’Golo Kante (Prancis)
Setelah meninggalkan Liga Inggris untuk bergabung dengan Al Ittihad di Liga Arab Saudi dan keluar dari skuad Prancis selama dua tahun, akan sangat mudah untuk menyimpulkan bahwa N’Golo Kante sudah selesai bersama Prancis. Anggapan itu salah.
Meskipun sudah berusia 33 tahun, Kante menjadi man of the match dalam dua pertandingan awal Prancis di Euro 2024. Kante selalu menjadi starter di tiga laga fase grup dengan rata-rata bermain selama 80,34 menit.
Mobilitas Kante sebagai gelandang penyeimbang juga belum terlihat menurun. Ia melibas 9,67 km per laga dengan akurasi operan mencapai 90,67%. Demikian juga kemampuan bertahannya dengan 13 balls recovered, 1 blok, dan 2 menyapu bola.
Gelandang: Fabian Ruiz (Spanyol)
Kualitas bintang PSG itu dengan gelandang Jerman Toni Kroos bisa dibilang setara pada Euro 2024 ini. Yang sedikit membedakan mungkin Ruiz lebih mampu memberikan pengaruh pada permainan. Gol spektakuler yang ia cetak ke gawang Kroasia menjadi salah satu contoh.
Ruiz membuktikan dirinya mampu menjadi rekan duet yang sempurna bagi Rodri. Inteligensia yang dikombinasikan dengan teknik tinggi, memberikan pengaruh besar tidak hanya pada permainan namun juga para pemain muda di Timnas Spanyol.
Sudah bermain selama 180 menit dengan 1 gol dan 2 assist serta akurasi operan mencapai 93,5% dengan 2,5 dribel per laga membuat overall rating Ruiz di Euro 2024 saat ini mencapai 8,39.
Gelandang: Marcel Sabitzer (Austria)
Turun di Jerman seusai menembus final Liga Champions bersama Borussia Dortmund, Marcel Sabitzer telah membawa gaya penuh aksinya ke Euro 2024 dan membantu Austria memenangi grup yang juga diisi Prancis dan Belanda.
Dengan akurasi operan 74,67% didukung mobilitas tinggi – berlari sejauh 10,34 km per laga – serta total 9 percobaan tembakan, Sabitzer tidak hanya bisa membantu serangan namun juga ekskutor peluang.
Satu golnya dalam kemenangan 3-2 atas Belanda yang menentukan Austria juara grup membuktikan Sabitzer adalah pemain yang sempurna untuk tim pekerja keras dan menekan arahan pelatih Ralf Rangnick.
Penyerang: Jamal Musiala (Jerman)
Jamal Musiala, 21, telah memberikan bukti kuat agar bisa dinobatkan sebagai pemain terbaik Euro 2024 dan Jerman baru menjalani tiga pertandingan. Bagi pemain belakang, Musiala seperti penyihir hingga menjadi ancaman mematikan di depan gawang.
Winger milik FC Bayern Munchen – yang secara luas dianggap sebagai salah satu pemain terbaik dalam kompetisi ini – telah berada di level lain. Statistik 1,7 tembakan per laga diikuti 1,3 operan kunci per duel serta 3 dribel per gim menunjukkan kelincahan dan betapa sulitnya mengawal Musiala.
Tidak ada yang meragukan kemampuan Federico Chiesa (Italia) dan Lamine Yamal (Spanyol) sebagai operator di posisi sayap kanan. Namun, dua gol Musiala yang lahir di Stuttgart – masing-masing satu melawan Skotlandia dan Hungaria – menjadikannya pilihan yang menonjol.
Penyerang: Niclas Fullkrug (Jerman)
Sebutan cadangan yang mematikan dan sangat efektif mungkin pantas diberikan untuk Niclas Fullkrug. Timnas Jerman merasakan betul manfaat memiliki striker sekelas Fullkrug.
Setelah tiga laga, banyak suara yang meminta agar striker Borussia Dortmund itu menjadi starter untuk menggantikan Kai Havertz mulai babak 16 besar. Semua itu bukan tanpa alasan.
Fullkrug selalu dimainkan dalam tiga laga awal Die Mannschaft namun tak pernah menjadi starter. Total, ia hanya bermain selama 76 menit. Namun dalam rentang waktu tersebut ia sudah mampu mencetak 2 gol. Itu tidak termasuk satu golnya yang dianulir saat melawan Skotlandia. Itu artinya, ia mampu mencetak gol setiap 36,5 menit sekali selama di Euro 2024!
Fullkrug telah menjelma menjadi super sub buat tim tuan rumah Jerman, yang selalu mampu mengacaukan lini pertahanan lawan. Ia kini menjadi penyerang yang tidak mau dihadapi para bek.
Penyerang: Cody Gakpo (Belanda)
Saat menontonnya bermain untuk Liverpool, terkadang ada perasaan bahwa Cody Gakpo hanya perlu lebih percaya pada dirinya sendiri, karena semua yang diperlukan untuk menjadi left winger hebat sudah jelas dimilikinya.
Namun, mantan winger PSV Eindhoven itu tampak sangat berbahaya saat memakai jersey oranye Timnas Belanda. Ia sering kali secara impresif memotong dari sisi kiri dan melepaskan tembakan ke arah gawang dengan kaki kanannya, semuanya dengan gaya dan kecepatan.
Gakpo menjadi pemain kunci untuk tim nasionalnya, dan tampaknya telah mengambil peran sebagai pencetak gol untuk mereka usai mencetak dua di fase grup.