- Striker Chelsea, Tammy Abraham, memiliki kepentingan pribadi yang besar terkait waktu yang aman untuk melanjutkan Liga Inggris.
- Ayahnya menderita asma dan termasuk dalam kelompok orang yang paling rentan terjangkit virus Covid-19.
- Tapi, film The Last Dance tentang Michael Jordan memberi motivasi striker Chelsea itu untuk kembali bermain sepak bola.
SKOR.id - Subjek kapan waktu yang aman untuk melanjutkan Liga Inggris terus jadi perdebatan di seluruh negeri dalam beberapa pekan terakhir.
Namun, striker Chelsea, Tammy Abraham, memiliki kepentingan pribadi yang paling besar dibanding mayoritas rekan-rekan seprofesinya yang lain.
Ayahnya, yang tinggal bersamanya, adalah penderita asma dan karena itu termasuk dalam kelompok orang paling rentan terserang virus corona (Covid-19).
"Semua orang melihat apa yang terjadi di dunia," kata Tammy Abraham saat diminta merefleksikan tentang apakah dan kapan waktu yang tepat untuk melanjutkan Liga Inggris.
"Semua orang ingin kembali ke sepak bola. Saya suka sepak bola. Ini musim penuh pertama saya di Chelsea. Saya mengalami musim yang hebat dan saya ingin melanjutkannya."
Berita Liga Inggris Lainnya: Kembali ke London, Son Heung-Min Tak Perlu Isolasi Diri
Namun, menurut pemain bernomor 9 The Blues itu, hal yang paling penting bagi dia adalah semua orang tetap aman, termasuk sang ayah.
“Sepak bola selalu bisa kembali. Jika aman untuk melakukannya, mari kita lakukan. Tetapi jika tidak, maka kita akan menunggu,” tambahnya.
“Ayah saya menderita asma. Jika saya kembali memainkan di Liga Inggris, lalu saya tertular penyakit itu, dan membawanya ke rumah, maka itu hal terburuk yang mungkin terjadi.”
Karena hal terakhir yang ingin dialami Abraham adalah dirinya terpapar virus corona secara langsung atau akibat kontak dengan si pembawa virus.
“Hotel bisa menjadi pilihan untuk memisahkan diri dari keluarga saya. Apalagi ayah saya pun mendukung saya kembali bermain. Dia salah satu penggemar terbesar saya!”
Tetap Aktif
Selama masa karantina pun, Abraham secara fisik tetap aktif di rumah, berlatih dan bermain sepak bola dengan saudaranya Timmy, pemain Fulham.
Abraham menyadari dia harus selalu menyesuaikan diri dengan tuntutan sepak bola intensitas tinggi.
"Saya masih muda dan saya merasa bugar," kata striker berusia 22 tahun itu.
"Jika ada pertandingan besok, saya akan siap. Tetapi saya tahu permainan 90 menit berbeda dengan bersepeda atau exercise antara 20-30 menit. Temponya berbeda. Anda perlu beberapa sesi permainan.”
Abraham mengungkapkan, dia dan Timmy menghabiskan waktu bersama di sasana dan bermain sepak bola bersama di taman.
“Kami selalu mengasah teknik dan first touch kami. Meski baru 19 tahun, tapi Timmy bekerja lebih keras daripada saya di usianya. Karena dia masih harus menempuh jalan panjang.”
Lalu, agak mencibir, sang kakak menyombongkan diri, ”Yang jelas dia (Timmy) tidak sanggup mengalahkan saya saat bermain teqball (kombinasi sepak bola dan tenis meja). Nyaris mendekati pun tidak!”
Cara lain Abraham untuk melewatkan waktu yang lama di dalam ruangan adalah menonton banyak film dan serial TV, termasuk film dokumenter The Last Dance di channel Netflix.
Seperti penggemar olahraga lainnya, Abraham juga terpesona oleh sukses Michael Jordan dan skuat Chicago Bulls ketika memenangi enam cincin juara NBA pada akhir 1990-an.
Yang utama karena Abraham melihat ada beberapa kesamaan antara pengalaman pribadinya dengan yang dilakukan Michael Jordan, alias MJ, pada masanya.
Salah satunya tentang mental juara sang legenda NBA itu dengan terus menerus memperbaiki diri untuk menjadi yang terbaik.
"Luar biasa," itu klaim Abraham terkait film dokumenter itu. "Menonton ini memotivasi saya dan ada satu hal yang menarik perhatian saya."
Abraham menyebutkan scene yang mengisahkan saat Jordan kehilangan satu game tapi dia menggunakan kegagalan itu untuk menang di game berikutnya
Itu pula yang dialami Abraham ketika ia gagal menceploskan penalti saat melawan Liverpool di final Piala Super Eropa 2019 yang berlangsung di Vodafone Park, Istanbul.
Chelsea pulang ke London sebagai runner-up setelah kalah adu penalti 4-5.
"Saya menerima banyak hujatan dan bagi saya itu sama seperti Jordan. Semuanya tentang bagaimana kita bangkit dan membuktikan mereka salah tentang kita," katanya.
Berita Liga Inggris Lainnya: Eks Gelandang Inggris Sebut Liverpool dan Manchester United Bertukar Nasib
Kata-kata penghibur lara dari ayahnya makin meneguhkan hati Abraham untuk bermain sepak bola.
"Ayah saya mengatakan, 'Kau telah menyaksikan Michael Jordan. Ketika kau siap, pergilah dan lakukan yang terbaik yang kau bisa.' Dan itu berarti berada di klub, menjadi striker utama Chelsea."