- Daniel Ricciardo mengakui bahwa dirinya telah bermasalah dengan kesehatan mental selama dua tahun terakhir.
- Pembalap F1 asal Australia tersebut mengutarakannya dalam sebuah wawancara dengan Daily Mail.
- Dia secara terbuka mengatakan berbicara dengan psikolog sejak tahun lalu.
SKOR.id - Daniel Ricciardo memiliki salah satu kepribadian di Formula Satu (F1) yang paling radial dan menular, tetapi, perjuangannya bersama McLaren selama dua tahun terakhir, ternyata diam-diam telah mendorong pembalap Australia itu menemui seorang psikolog.
Bintang favorit penggemar itu telah resmi meninggalkan McLaren pada akhir musim F1 2022, dan bertekad kembali ke level atas pada 2024.
Ricciardo akhirnya memilih bergabung kembali dengan Red Bull Racing sebagai pembalap ketiga untuk musim 2023. Peran tersebut akan membuatnya menyelesaikan aktivitas PR dan membantu kerja simulator untuk mendukung tim balap tersebut.
Yang di luar dugaan, dalam sesi wawancara dengan Daily Mail, Ricciardo mengakui bahwa permasalahan kariernya selama dua tahun terakhir telah menggerus kesehatan mentalnya, sampai-sampai dia pun merasa bukanlah "dirinya yang ceria seperti biasanya".
Maka itu, pemenang Grand Prix delapan kali itu pun memutuskan untuk mencari bantuan profesional, dari seorang psikolog.
“Saya mulai berbicara dengan seorang psikolog sejak tahun lalu,” kata Ricciardo, dikutip dari Dmarge.com, “Saya telah mengabaikan pertemanan dan berpikir akan baik untuk berbicara dengan seseorang untuk memastikan kedua sisi hidup saya, tidak bersinggungan.”
"Sulit untuk melepaskan diri dari apa yang terjadi di trek balapan."
Bukan yang Pertama
Namun, Daniel Ricciardo bukanlah bintang olahraga pria pertama yang mengakui secara terbuka tentang perjuangan melawan kesehatan mental.
NBA All-star Kevin Love sebelumnya juga telah membahas manfaatnya berbicara dengan seorang terapis bagi kesehatan mentalnya.
Atlet olimpiade paling sukses sepanjang masa Michael Phelps juga mengakui bahwa dia telah bergumul dengan kecemasan dan depresi sebelum mencari bantuan profesional.
Rekan setim Ricciardo di McLaren, Lando Norris, juga pernah berbicara tentang pertempuran kesehatan mentalnya, menandakan bahwa generasi yang jauh lebih muda pun selalu dapat melakukannya dengan telinga terbuka.
Keempat atlet di atas adalah contoh utama soal bagaimana pergumulan internal dapat memengaruhi produktivitas mereka yang, jika dilihat sekilas, terlihat seperti berada di puncak karier mereka.
Mungkin kesimpulan paling penting dari pengakuan Ricciardo adalah bahwa seharusnya tidak ada stigma dalam hal berbicara dengan psikolog.
Jika beberapa bintang olahraga terbaik dunia sangat membutuhkan dan kemudian mencari bantuan profesional, maka tentunya itu pertanda jelas bahwa kita sebagai orang 'biasa' juga dapat memperoleh manfaat dari bantuan profesional.
Mungkin itu pula yang membuat Ricciardo berniat menjauhkan diri dari olahraga tersebut musim depan, tetapi berencana untuk "tetap berhubungan".
Dia mengatakan, “(Semua) Ini tentang mendapatkan ruang yang cukup untuk membangun kembali diri saya sendiri. Saya tidak ingin terlalu dalam.”
"Saya tidak dalam perjalanan penemuan diri, tetapi mengambil cuti, untuk melakukan beberapa perjalanan dan petualangan, akan membantu."
Inilah harapan Honey Badger dapat kembali ke Formula Satu dengan kemenangan di masa depan.***