- Manajemen Philadelphia 76ers dan New Jersey Devils memutuskan untuk memotong gaji staf 20 persen.
- Josh Harris, pemilik klub, akan menerapkan aturan itu kepada mereka yang berpenghasilan 50.000 dolar AS (sekitar Rp825 juta) atau lebih per tahun.
- Kebijakan ini memunculkan reaksi dari staf dan penggemar.
SKOR.id - Manajemen Philadelphia 76ers memutuskan untuk memotong gaji para staf sebesar 20 persen sebagai efek penangguhan NBA 2019-2020 karena virus corona.
Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Josh Harris, pemilik Philadelphia 76ers, Selasa (24/3/2020) atau Rabu pagi WIB. Pemotongan gaji dianggap sebagai opsi terbaik.
Namun, Josh Harris hanya akan melakukan pemotongan gaji, khusus untuk staf dengan penghasilan 50.000 dolar AS (sekitar Rp825 juta) atau lebih dalam setahun.
Kebijakan serupa akan dilakukan Josh Harris kepada tim hoki es miliknya, New Jersey Devils, demi menghindari Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Sebagai informasi, jumlah karyawan Philadelphia 76ers dan New Jersey Devils, saat ini, sekitar 1.500 orang. Di sisi lain, kompetisi ditangguhkan alias tidak berjalan.
Baca Juga: Sejarah Olimpiade: Dua Kali Terganggu Virus
Setiap karyawan diberi waktu hingga Kamis (26/3/2020) untuk mendaftarkan diri secara sukarela terkait rencana pemotongan gaji perusahaan.
"Komitmen kami adalah menjaga para karyawan untuk tetap bersama-sama melewati masa sulit ini," ujar Josh Harris seperti dilansir ESPN.
Meski belum dijalankan, keputusan tersebut mengundang reaksi dari para staf dan penggemar Philadelphia 76ers maupun New Jersey Devils.
Kabar yang beredar, mereka tak terima gajinya dipotong 20 persen. Namun, Josh Harris langsung merespons dengan meminta maaf.
"Setelah mendengarkan suara karyawan dan pemain, kami tahu bahwa keputusan ini salah. Kami meminta maaf karena seharusnya membayar gaji secara penuh."
"Namun, sekarang, kondisinya di luar perkiraan (belum ada satu pun dari kami yang pernah berada dalam situasi ini). Keputusan biasa tak akan bisa mengatasi masalah ini."
Pandemi Covid-19 yang dirasakan oleh 196 negara, berdampak pada hampir di semua sektor. Tidak terkecuali olahraga hingga harus menghentikan sementara kompetisi.
Imbasnya, bisnis olahraga mengalami kerugian besar karena tidak ada pemasukan. Sementara itu, klub harus tetap membayar gaji pemain dan karyawan.