- Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) tidak memiliki kendala jika ada tim Liga Malaysia dimiliki suporter.
- Liga Malaysia akan melakukan swastanisasi klub-klub yang masih berstatus asosiasi sepak bola.
- Suksesi dari asosiasi sepak bola (FA) ke klub sepak bola (FC) terus digeber FAM pada Liga Malaysia untuk sekarang.
SKOR.id - Klub Liga Malaysia (Liga M) yang ingin mengambil pendekatan untuk memberikan sebagian saham kepada suporter didukung FAM.
Sebab dengan cara itu, memungkinkan mereka para suporter juga menjadi pemilik bersama tim atau klub sepak bola (FC) Liga Malaysia.
Dengan proyek privatisasi atau swastanisasi yang membuat semua asosiasi sepak bola (FA) perlu beralih ke FC mulai musim depan, Sekretaris Jenderal FAM Stuart Ramalingam menjelaskan beberapa hal.
Hal itu termasuk proposal untuk dapat dipertimbangkan oleh tim, agar pendukung perlu memahami kewajiban setelah menjadi pemilik bersama klub.
Stuart mengatakan, tidak ada yang tidak mungkin dalam aspek itu. Apalagi proposal ini merupakan bagian dari opsi yang bisa diambil klub saat berubah dari FA ke FC.
Namun, kepemilikan saham oleh suporter harus dibuat secara resmi sehingga mereka memiliki legal formal kepemilikan klub.
"Jika ada satu juta pendukung, mungkin mereka dapat berinvestasi melalui klub pendukung dan membeli saham tim kebanggaannya," ujar Stuart.
"Tetapi terserah tim untuk memeriksa struktur domestik mereka, di mana dimungkinkan bagi pemegang saham pada FC untuk memberikan 10 persen, 20 persen atau 25 persen saham kepada pendukungnya."
Satu Pemain Barcelona Positif Terjangkit Covid-19https://t.co/K0Py6Qg1v5— SKOR Indonesia (@skorindonesia) August 15, 2020
Menurut Stuart, tidak ada masalah untuk kepemilikan saham klub dari suporter. Ini karena ada contoh seperti itu pada beberapa negara lain.
"Ini juga memberi kesempatan kepada perwakilan suporter untuk duduk di dewan klub dan memberikan pendapat di tingkat tertinggi," kata Stuart.
"Ini kepemilikan bersama, tetapi ketika suporter memiliki saham, perlu diketahui bahwa mereka bukan hanya pemilik tetapi juga ada aspek lain seperti investasi, risiko, dan keberadaan saham di tim harus dipertimbangkan."
Pada saat yang sama, Stuart menyatakan bahwa FA masih dapat memiliki FC sepenuhnya dengan mendirikan perusahaan dan mendaftar ke Companies Commission of Malaysia (SSM) tetapi "outsourcing" sama sekali tidak diperbolehkan.
"Jika FA saat ini tidak memiliki investor, bukan berarti FA tidak dapat memiliki perusahaan terbatas swasta (PT)," tutur Stuart.
"Pengalihdayaan tidak diperbolehkan karena masih dalam kewajiban FA. Tetapi ketika FA mendirikan perusahaan, mereka harus menunjuk direktur dan memisahkan manajemen dari FA dan FC."
Artinya, sekretaris jenderal FA tidak boleh menjadi direktur atau bendahara atau chief financial officer (CFO) FC.
"Harus ada pemisahan dalam manajemen dan ini aturannya. Dengan privatisasi, kepemilikan penuh FC oleh FA diperbolehkan tetapi sesuai kriteria tertentu," ujar Stuart.
"Alasan perusahaan perlu didirikan adalah karena mereka yang ada di FC memiliki akuntabilitas di mana mereka tidak dapat mengundurkan diri dan meninggalkan tanggung jawab seperti di asosiasi."
Selain usulan kepemilikan penuh atas FC oleh FA dan dimiliki bersama, opsi lain yang diusulkan oleh badan induk adalah pemisahan penuh.
Ini seperti yang dilakukan oleh MISC-MIFA dan Petaling Jaya City FC. Mereka tak merger, tetapi dua hal berbeda dan Petaling Jaya City FC adalah klub profesional.
Detailnya, MISC-MIFA adalah FA yang memiliki klub yaitu Petaling Jaya City FC dan kini berkompetisi pada Liga Super Malaysia.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Berita Liga Malaysia lainnya:
Liga Malaysia 2020 Didukung Pemerintah Bisa Kembali Digelar seusai Rencana Awal
Klub yang Pernah Mengontrak Pemain Indonesia Ini Ingin Liga Malaysia Tak Diteruskan