- Sean Swarner adalah satu-satunya orang di dunia yang pernah didiagnosis dengan penyakit Limfoma Hodgkin dan Sarkoma Ewing.
- Ia mengejutkan dunia medis ketika bangun dari koma dalam waktu setahun dan selamat dari dua penyakit serius itu.
- Tiga tahun lalu, Sean Swarner telah mencapai gunung tertinggi di tiap benua dan berjalan kaki ke Kutub Utara dan Selatan.
SKOR.id - Target pertama Sean Swarner sebenarnya hanya berusaha menempuh jarak 2,5m yang memisahkan tempat tidur rumah sakit dan kamar mandi.
Tidak pernah dibayangkan oleh Sean Swarner bahwa bertahun-tahun kemudian dia berhasil menempuh jarak lebih dari 8,5 km dalam perjalanan ke puncak Gunung Everest.
Sean Swarner menjadi orang pertama yang disembuhkan dari kanker, menaklukkan Everest, pertama mengatasi kanker dua kali, dan pertama mendaki tujuh puncak tertinggi.
Tiga tahun lalu, pria 45 tahun itu berhasil berjalan melintasi lebih dari 70 mil – hampir 113 km – ke Kutub Utara, tempat cuaca dingin bisa turun hingga minus 80 derajat Celsius.
Tetapi, tahukah Anda bahwa semua perjalanan itu dilakukan Swarner dengan hanya memiliki satu buah paru-paru dan menyeret kereta luncur seberat 68kg?
Bagaimana dia bisa mempertahankan optimisme dan cinta untuk hidup setelah mengidap dua bentuk kanker yang paling mengerikan?
Sean Swarner adalah satu-satunya orang di dunia yang pernah didiagnosis dengan penyakit Limfoma Hodgkin - kanker kelenjar getah bening - dan Sarkoma Ewing - salah satu kanker paling agresif.
Diagonis pertama didapatkannya pada usia 13 tahun. Menurut ramalan dokter, dia tak punya kesempatan hidup lebih dari empat belas hari lagi.
Tetapi Swarner mengejutkan seluruh komunitas medis ketika dia bangun dari koma dalam waktu satu tahun dan selamat dari penyakit serius itu.
Dia berhasil melakukan apa yang menurut semua orang sangat mustahil - bertahan hidup.
Meskipun penyakit ini tidak luput dari perhatian: setelah mengangkat tumor sebesar bola golf, Swarner hanya memiliki satu paru-paru yang berfungsi penuh.
Kemudian pria itu menyadari bahwa tidak ada tantangan yang terlalu serius baginya, dan tidak ada satu pun puncak yang terlalu tinggi.
Everest Simbol Harapan
Suatu hari Swarner berada di rumah sakit ketika melihat lomba jarak jauh triathlon Ironman ditayangkan di TV.
Seketika dia memutuskan jika berhasil mengalahkan penyakitnya, dia pasti akan ikut serta dalam kompetisi itu.
Namun, ia memutuskan untuk memulai petualangan dengan menaklukkan Mt Everest agar puncak tertinggi di dunia tersebut menjadi simbol harapan bagi sesama.
Tubuh manusia dapat bertahan sekitar 30 hari tanpa makanan dan tiga hari tanpa air. Tetapi tidak ada orang yang hidup dapat hidup 30 detik tanpa harapan.
Swarner berhasil mendaki Everest dan menunjukkan ketabahannya kepada semua orang.
Setelah pendakian pertamanya itu, dia memutuskan untuk tidak berhenti dan melanjutkan penaklukkan puncak gunung lainnya.
Sejak itu Swarner telah mengunjungi puncak tertinggi di Afrika, Eropa, Amerika Selatan dan Utara, Australia, dan Antartika.
Selain itu, dia juga berkesempatan untuk bermain ski di kedua kutub bumi dan masih mengikuti triatlon Ironman di Hawaii.
Pada 2017, Swarner menyelesaikan misi "Explorer's Grand Slam", bahwa dia telah mencapai gunung tertinggi di setiap benua dan berjalan kaki ke Kutub Utara dan Selatan.
Air Seperti Minyak
“Kanker mungkin salah satu, jika bukan hal terburuk yang pernah terjadi pada saya, tetapi itu juga salah satu hal terbaik yang pernah terjadi pada saya. Hidup adalah tentang perspektif."
Maka, tidak ada orang yang lebih baik untuk mengatasi medan dan cuaca ekstrim untuk menunjukkan apa itu bertahan hidup di Kutub Utara, kecuali Swarner.
Setelah sekitar 12 penerbangan tertunda dari rumahnya di Denver, Sean Swarner akhirnya mendarat di Longyearbyen, Norwegia.
Dari sana, dia pergi ke Camp Barneo, kamp es sementara.
Setelah menyegarkan diri dengan sedikit tidur, Swarner dan kelompoknya berangkat di tengah malam untuk perjalanan yang sangat panjang dan dingin.
“Hari pertama, kami harus melewati banyak retakan besar di lautan, airnya sangat dingin dan dalam, seperti minyak,” kata Swarner.
“Ada beberapa bagian yang samar. Dan hal terakhir yang ingin Anda lakukan adalah terjatuh ke dalam air.”
Swarner mengisahkan pengalaman seorang pria yang memasukkan tangan ke air tahun lalu.
“Dia telah memanaskan sarung tangan liner, tapi ketika dia menarik tangannya, dia melihat tangannya telah membeku dan dia kehilangan tiga jarinya. Dan itu yang terlintas dalam pikiran saya saat kami menyeberang."
Satu lagi, Swarner mengatakan berangkat semalaman ke kamp sama berbahayanya dan sangat menantang.
Yang paling penting adalah menjaga segala sesuatunya tetap kering. Kelembaban di lokasi mencapai 97%.
“Untuk memasak makanan, kami harus mencairkan air, tapi jangan sampai mendidih karena semua yang ada di dalam tenda akan menguap.”
Swarner menyimpan kantong tidur dalam kantong silicon dan tak mengeluarkannya dari kantong silikon sampai kelembaban di tenda hilang.
Menangis seperti Bayi
Pada 11 April 2017, Sean Swarner secara resmi mencapai geografis Kutub Utara. Tidak ada apa-apa di sana, bahkan tidak ada tiang, hanya es Arktik yang mengapung.
Namun, ketika Swarner menancapkan Flag of Hopes yang dibawanya sejak dari rumah, tiba-tiba dia "menangis tersedu-sedu seperti bayi."
Swarner menyebut perjalanannya ke Kutub Utara ini lebih terfokus pada tujuannya. Everest adalah 'Nikmati momennya'. Kilimanjaro adalah 'Nikmati orang-orangnya.'
“Di perjalanan ini, Anda tak bisa benar-benar berkomunikasi dengan orang di depan atau di belakang Anda. Dari saat kami bangun hingga saat pergi tidur, kami selalu melakukan sesuatu karena jika tidak, maka Anda akan membeku.”
Setidaknya, saat itu Sean Swarner bisa duduk diam cukup lama untuk melamar pacarnya melalui telepon satelit dari Kutub Utara.
Bicara soal pernikahan, masa depan Sean Swarner juga termasuk pembinaan kinerja.
Dia berencana untuk menawarkan seminar petualangan berdasarkan pengalaman bagi para eksekutif dan siapa saja yang ingin menerima pembinaan kehidupan.
"Saya ingin tahu berapa banyak orang di luar sana yang merasa terjebak seperti tikus di dalam labirin," kata Swarner.
“Mereka bangun pada waktu yang sama, Senin sampai Jumat, pergi ke tempat kerja dan pekerjaan yang sama, lalu pulang.”
“Begitu banyak orang bekerja cukup keras sehingga mereka tidak dipecat daripada bekerja cukup keras untuk mendapatkan kenaikan gaji. Saya ingin membantu mereka mengubah pola itu."
Percaya pada yang Tidak Mungkin
Yang terutama teladan Sean Swarner membuat orang-orang di sekitarnya percaya bahwa yang tidak mungkin itu benar-benar mungkin, dan memberi harapan kepada orang lain.
Dalam satu wawancara, Swarner bicara tentang bagaimana suatu hari, usai pertunjukan , seorang perempuan mendatanginya dengan berlinang air mata.
Perempuan itu mengakui dia ingin bunuh diri. Dalam enam bulan terakhir, kanker telah merenggut suami dan putranya. Sekarang dia pun divonis dengan penyakit serupa.
Namun, setelah mendengar cerita Swarner, wanita itu berubah pikiran.
“Dia berkata saya menyelamatkan hidupnya. Saya menangis lama setelahnya,” itulah cara Swarner menjawab pertanyaan tentang momen paling berkesan dalam penampilannya.
Untuk merehabilitasi penderita kanker, Swarner mendirikan Cancer Survivors Association, sebuah organisasi nirlaba.
Dia juga menceritakan kisahnya dalam bukunya yang penuh inspirasi, Keep Ascending, dan sekarang jadi pembicara yang memotivasi setiap sekolah, universitas, dan konferensi di seluruh dunia.
Kisah ini bukan tentang kekuatan atau dukungan manusia super. Ini soal keyakinan penuh pada diri sendiri dan kemungkinan tak terbatas Anda.
Orang-orang seperti Sean Swarner menginspirasi semua orang untuk bermimpi besar dan berjuang untuk hal yang mustahil.
“Anda harus belajar fokus pada hasil akhir. Singkirkan pikiran yang mengganggu tentang kemungkinan kekecewaan, karena di kepala Anda, Anda sudah mencapai tujuan itu," Sean Swarner meyakininya.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube dan Twitter dari Skor Indonesia.
Berita Entertainment Lainnya:
Aksi Sosial Lepaskan Nick Kyrgios dari Jurang Depresi
Video Cabulnya Bocor di Internet, Striker Raksasa Artem Dzyuba Didrop dari Timnas Rusia