SKOR.id – Striker Brentford dan Inggris Ivan Toney mengungkapkan seharusnya ada bantuan dukungan yang lebih besar untuk mereka yang kecanduan bermain judi. Toney juga mempertanyakan apakah yang sepak bola lakukan sudah cukup, terkait bisnis mereka dengan perjudian.
Bulan lalu, Toney dijatuhi hukuman dilarang melakukan aktivitas sepak bola sampai 17 Januari 2024 dan didenda 50 ribu poundsterling (sekira Rp940 juta) setelah mengakui melakukan 232 aturan Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) soal perjudian.
Saat berbicara di saluran YouTube Kick Game, Toney mengungkapkan rasa frustrasinya melihat saat ini mayoritas tim-tim sepak bola disponsori perusahaan judi.
Menurut Toney, seharusnya ada dukungan dan bantuan lebih untuk orang-orang seperti dirinya, yang kecanduan judi dan sulit untuk meninggalkannya.
“Orang di luar sana sudah memberikan cap tertentu buat saya, tidak masalah. Namun masih banyak orang yang tahu siapa saya sebenarnya. Mayoritas tim sepak bola sekarang disponsori oleh perusahaan perjudian, jadi pertimbangkanlah,” kata Toney.
“Jika aturannya bukan untuk bertaruh, Anda tidak boleh bertaruh. Tetapi bagi orang yang membutuhkan bantuan, harus ada lebih banyak di sekitar mereka untuk menghentikan mereka pergi ke arah itu.”
Kendati mengakui apa yang dilakukannya salah, Toney meyakini bila publikasi hasil investigasi FA terkait pelanggaran aturan judi dirinya, dilakukan seperti “dengki”.
Pasalnya, pengumuman itu dilakukan pada November tahun lalu, saat pelatih Gareth Southgate memasukkan nama Toney ke timnas Inggris untuk Piala Dunia 2022.
“Sekelompok orang mencoba menghancurkan seseorang. Bagaimana hasil (invstigasi) itu bisa keluar tepat sebelum kamp Inggris digelar? Saya jelas kehilangan kesempatan turun di Piala Dunia,” ucap Toney.
“Di satu sisi, itu seperti: ‘Keluar sekarang agar kamu tidak pergi ke Inggris. Namun tiba-tiba saja mereka ingin menunggu sampai akhir musim’. Tapi memang begitu faktanya. Mereka ingin melakukannya dengan cara itu. Saya menyebutnya agak dengki.”
Hukuman untuk Ivan Toney lalu dikurangi menjadi 11 bulan setelah pengakuan bersalahnya. Kemudian dikurangi lagi menjadi delapan bulan setelah ada bukti dari psikiater bahwa dia mengalami kecanduan judi dan membutuhkan pertolongan.
Namun, Toney tetap saja tidak bisa mewakili negaranya di Piala Dunia, hukuman yang menurutnya lebih besar daripada larangan bermain sepak bola.
“Saya merasa itu (melewatkan Piala Dunia) hukuman yang terbesar, meskipun harus melewatkan delapan bulan sepak bola. Turun di Piala Dunia menjadi impian semua pesepak bola. Saya percaya pada diri sendiri dan mudah-mudahan bisa menjadi yang berikutnya,” katanya.
“Saya tidak mau ada yang mengasihani saya. Hukuman adalah hukuman, lanjutkan saja. Saya hanya harus fokus pada latihan ketika saya kembali dan menjadi binatang yang berbeda ketika balik ke liga.
“Ketika waktunya tepat, saya akan berbicara tentang sebagian besar hal dan membereskan beberapa hal yang perlu diselesaikan. Sayangnya, itu bukan sekarang.”