- Asosiasi Pesepakbola Profesional Dunia (FIFPro) mengkritik sikap PSSI yang acuh terhadap nasib pesepak bola di Indonesia.
- FIFPro menyebut, regulasi pemotongan gaji di Indonesia tidak menghormati kontrak kerja antara klub dan pemain.
- Sebab, pemain atau asosiasi pemain tidak dilibatkan dalam perumusan kebijakan pemotongan gaji.
SKOR.id - Regulasi yang dikeluarkan PSSI yang mengizinkan klub melakukan pemotongan gaji pemain selama pandemi virus corona mendapat respons serius dari Asosiasi Pesepakbola Profesional Dunia (FIFPro).
Presentase pemotongan gaji yang dianjurkan PSSI, yakni sebesar 75 persen, dinilai memberatkan pemain. Sebab, besaran gaji yang diterima pemain relatif kecil setelah dilakukan pemotongan.
PSSI dinilain acuh terhadap pesan yang disampaikan FIFA dan AFC untuk mencari jalan keluar terbaik dalam memutuskan kebijakan pemotongan gaji selama Covid-19.
Berita PSSI Lainnya: Ketua Umum PSSI Minta PT LIB Cairkan Subsidi Termin Kedua Tanpa Dipotong
Sebab, FIFPro menilai bahwa PSSI gagal dalam merespons protes yang disuarakan oleh Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI).
Selain itu, PSSI juga tidak melibatkan pihak pemain atau asosiasi pemain saat merumuskan kebijakan pemotongan gaji.
Setelah menghentikan Liga 1 2020, federasi hanya berdiskusi dengan pihak klub dan operator kompetisi saat membahas masalah gaji selama pandemi virus corona.
Menanggapi hal itu, Direktur Hukum FIFPro, Roy Vermeer, menilai PSSI telah mengabaikan hak-hak pesepak bola sebagai pekerja.
"Selama pandemi virus corona, kami telah melihat bahwa sejumlah federasi melakukan pengelolan yang tidak semestinya," ujar Roy Vermeer, melalu keterangan tertulis.
"Mereka mengabaikan nasib pemain saat mengeluarkan regulasi yang memiliki pengaruh terhadap hak dasar pekerja," ia melanjutkan.
Selain itu, sikap PSSI itu dinilai Roy sebagai bentuk intervensi yang berlebihan terhadap perjanjian kerja antara pemain sebagai pekerja dan klub sebagai pemberi kerja.
Seharusnya, penentuan pemotongan gaji diserahkan kepada klub dan pemain, sebagai dua pihak yang terikat lewat kontrak kerja.
Sebagian besar klub di Indonesia mengikuti kebijakan pemotongan gaji sebesar 75 persen. Bahkan, ada klub yang sampai memotong gaji sebesar 90%.
Berita PSSI Lainnya: Asa Tira Persikabo, Petinggi PT LIB yang Baru Bukan dari PSSI
Akibatnya, banyak pemain yang menerima gaji di bawah standar minimum yang berlaku, atau Upah Minimum Regional (UMR)
"Fakta bahwa ukuran pemotongan ini terus berlanjut sejak April sampai sekarang, itu membuktikan bahwa PSSI tidak peduli dengan standar internasional dan tak peduli dengan nasib pemain di Indonesia," katanya.