- Indonesia memiliki sejumlah petinju potensial yang beberapa di antaranya bahkan mampu jadi juara dunia.
- Tercatat ada delapan petinju Indonesia yang mampu jadi juara dunia, dari Ellyas Pical, Chris John, hingga Daud Yordan.
- Pada Jumat (1/7/2022) nanti, Daud Yordan akan naik ke atas ring begitu juga dengan Ongen Saknosiwi yang juga pernah jadi juara dunia tinju.
SKOR.id - Indonesia bisa dibilang punya potensi apik dalam cabang olahraga tinju. Bahkan, ada sejumlah wakil Merah Putih yang mampu menyabet sabuk juara di tingkat dunia.
Sepanjang sejarah, setidaknya ada delapan petinju Indonesia yang pernah mencicipi predikat juara tinju kelas dunia.
Ada yang namanya melegenda dan populer di masyarakat Tanah Air seperti Ellyas Pical, Chris John, atau Daud Yordan.
Namun, ada pula juara dunia tinju asal Indonesia yang mulai terlupakan oleh generasi baru yang lahir beberapa dekade pasca-masa kejayaan mereka.
Berikut ini, delapan juara dunia cabor tinju yang pernah dan sedang dimiliki oleh Indonesia:
1. Ellyas Pical
View this post on Instagram
Ellyas Pical merupakan petinju pertama asal Indonesia yang mampu memenangi gelar juara dunia.
Ia meraih sabuk juara IBF untuk kelas Super Flyweight/Junior Bantamweight usai menang TKO atas Chun Ju-do (Korea Selatan) dalam duel di Jakarta pada 3 Mei 1985.
Pria asal Saparua, Maluku itu tercatat tiga kali memenangi sabuk juara tersebut. Terakhir, ia mendapatkannya usai mengalahkan Chang Tae-il (Korea Selatan) pada 7 Oktober 1987.
Setelah tiga kali mempertahankan gelar, pria kelahiran 24 Maret 1960 itu harus merelakan sabuknya lepas usai dikalahkan Juan Polo Perez (Kolombia) pada 14 Oktober 1989.
Rekor tanding Ellyas Pical: 20 Menang (11 KO)-5 kalah (1 KO)-1 Draw
2. Nico Thomas
Saat karier Ellyas Pical perlahan menurun, Indonesia sudah punya sosok Nico Thomas sebagai petinju dengan gelar juara dunia.
Nico Thomas jadi juara dunia IBF kelas untuk kelas mini flyweight pada 17 Juni 1989 usai mengalahkan Samuth Sithnaruepol.
Sayang, pria kelahiran 10 Juni 1966 itu tak lama jadi juara dunia karena kalah di partai selanjutnya yang digelar pada 21 September 1989.
Saat itu, Nico Thomas kalah KO di tangan Eric Chavez dalam duel yang digelar di Hall Lokasari, Jakarta. Setelahnya, ia tak pernah kembali mencicipi gelar juara dunia.
Rekor tanding Nico Thomas: 29 menang (18 KO)-23 kalah (16 KO)-6 imbang
3. Suwito Lagola
View this post on Instagram
Memasuki era 90-an, Indonesia punya sosok petinju handal dalam diri Suwito Lagola.
Pria asal Medan ini tercatat pernah jadi juara dunia versi WBF untuk kelas Welter.
Gelar itu diraih usai dirinya meraih kemenangan TKO atas William Magahin dalam sebuah duel yang digelar pada 21 Oktober 1995.
Suwito Lagola kemudian mempertahankan sabuk juaranya dengan mengalahkan Jaime Lerma (1/10/1996) dan Leroy Owens (17/4/1997).
Usai dapat hasil imbang kontra Danny Pierce (4/12/1997), pergerakan karier Suwito Lagola tak lagi terdeteksi karena disebut-sebut mundur dari tinju profesional pada 2000.
Rekor tanding Suwito Lagola: 3 menang (1 KO)-1 imbang
4. Ajib Albarado
Ajib Albarado atau Ahmad Tajid tercatat pernah jadi juara dunia tinju versi WBF untuk kelas Super Lightweight.
Dalam duel yang berlangsung di Jakarta pada 28 Maret 1996, petinju asal Surabaya itu berhasil meraih kemenangan angka mutlak atas Dindo Canoy.
Lalu, ia mempertahankan gelarnya saat ditantang Thomson Tasli (25/5/1996), Nico Toriri (30/9/1996), Vadim Gabrielyan (7/12/1996), Luknam Wor Surapol (22/3/1997), dan Umnard Sukhothai (17/12/1997).
Petinju kelahiran 19 April 1969 itu kemudian tak lagi tercatat mempertahankan gelar juara dunianya hingga pensiun pada 2004.
Rekor tanding Ajib Albarado: 26 menang (17 KO)-3 kalah (2 KO)-1 imbang
5. Muhammad Rachman
Masuk ke era 2000-an. Indonesia kembali memiliki petinju juara dunia lewat sosok Muhammad Rachman.
Muhammad Rachman jadi juara dunia usai mengalahkan Daniel Reyes pada 14 September 2004 untuk gelar kelas Minimumweight IBF.
Setelah menjalani tiga laga sebagai juara dunia, ia kehilangan sabuknya usai kalah di tangan Florante Condes pada 7 Juli 2007.
Muhammad Rachman sempat dua kali jadi penantan untuk gelar Minimumweight versi WBC pada tahun 2009 dan 2010 tetapi selalu berakhir dengan kekalahan.
Rekor tanding Muhammad Rachman: 65 menang (35 KO)-13 kalah (1 KO)-5 imbang
6. Chris John
View this post on Instagram
Chris John memulai karier tinjunya dengan impresif. Ia selalu menang dalam 34 laga tinju profesional yang dilakoni selama 1998-2004.
Selama periode tersebut, petinju kelahiran 14 September 1979 itu berhasil menyabet sabuk juara kelas Featherweight versi PABA (Pan Asia) dan interim WBA.
Chris John baru "benar-benar" jadi juara dunia usai mengalahkan Osamu Sato pada 4 Juni 2004 untuk gelar kelas Featherweight WBA.
Setelah sembilan kali mempertahankan gelar, ia kemudian dipromosikan jadi super champion kelas Featherweight WBA usai mengalahkan Rocky Juarez pada 19 September 2009.
Keperkasaan Chris John terus berlanjut hingga akhirnya dihentikan Simpiwe Vetyeka dalam duel perebutan sabuk Featherweight WBA (Super) dan IBO yang digelar 6 Desember 2013.
Rekor tanding Chris John: 48 menang (22 KO)-1 kalah (1 KO)-3 imbang
7. Daud Yordan
Saat era Chris John belum benar-benar habis, Indonesia sudah punya juara tinju dunia lainnya dalam diri Daud Yordan. Keduanya bahkan pernah saling berhadapan pada 2011.
Saat Chris John berjaya di kelas Featherweight versi WBA, Daud Yordan memiliki kiprah yang lebih "bervariasi".
Petinju kelahrian 10 Juni 1987 itu pernah jadi juara kelas Featherweight versi IBO usai mengalahkan Lorenzo Villanueva pada 5 Mei 2012.
Setelah gelarnya lepas, ia kemudian pindah ke kelas Lightweight dan kembali jadi juara IBO usai mengalahkan Daniel Brizuela pada 6 Juli 2013.
Daud Yordan pun pernah jadi juara dunia IBA untuk kelas Super Lightweight usai mengalahkan Michael Mokoena asal Afrika Selatan pada 17 November 2019.
Rekor tanding Daud Yordan: 41 menang (29 KO)-4 kalah (1 KO)-1 no contest
8. Ongen Saknosiwi
Tongkat estafet juara dunia tinju asal Indonesia kini tengah dipegang oleh Ongen Saknosiwi.
Pria kelahiran 15 Juli 1994 ini baru terjun ke dunia tinju profesional pada November 2016. Namun, ia sudah menunjukkan potensinya.
Setelah enam kali meraih kemenangan TKO dalam duel yang berlangsung di Tanah Air, ia naik level dengan melakoni pertandingan di Singapura.
Menghadapi Nanthawat Maolichat di Singapura pada 7 September 2019, ia mampu menang KO dan meraih gelar juara WBC Asia Boing Council Continental untuk kelas Featherweight.
Tak berselang lama, Ongen Saknosiwi meng-"update" sabuknya usai membekuk Marco Demecillo pada 17 November 2019 untuk sabuk juara dunia kelas Featherweight versi IBA.
Rekor tanding Ongen Saknosiwi: 9 menang (8 KO)
Sementara itu, Daud Yordan dan Ongen Saknosiwi dijadwalkan kembali naik ring pada Jumat (1/7/2022) di Balai Sarbini, Jakarta.
Ongen Saknosiwi dijadwalkan beraksi di partai co-main event MPRO Evolution Fight Series 2022 dengan menghadapi Jirawat Thammachot dalam duel delapan ronde.
Sedangkan pada pertarungan utama, Daud Yordan bakal bertemu Panya Uthok untuk sabuk juara WBC Asian Boxing Council Silver Super Lightweight.
Berita Olahraga Lainnya:
Skor 7: Fakta Menarik Ajang Balap Sepeda Tour de France
Skor 10: Momen Ikonik di Wimbledon, dari Duel Tenis Terlama sampai Kejayaan Roger Federer