- Kepindahan pembalap Formula 1 dari satu tim ke tim lain memang menjadi kabar besar.
- Beberapa keputusan untuk pindah membuat nama pembalap makin moncer.
- Namun, legenda balap jet darat juga pernah dinilai ''salah pindah tim'' dalam sejarah F1.
SKOR.id - Kepindahan pembalap di ajang Formula 1 selalu menimbulkan keriuhan, terutama di antara penggemar jet darat.
Dalam sejarah, terdapat beberapa kepindahan besar yang terjadi di Formula 1.
Kepindahan Lewis Hamilton dari McLaren ke Mercedes pada 2013 menjadi salah satu kisah yang mencuri headline pemberitaan cukup lama.
Namun, Hamilton berhasil membuktikan kepindahannya sebagai salah satu keputusan terbaik dalam kariernya, dengan raihan enam gelar juara dunia dari tujuh koleksi yang telah ia raih.
Selain itu, kepindahan Sebastian Vettel dari Red Bull ke Ferrari pada tahun 2015. Meski tak lagi pernah meraih juara dunia, namun kepindahan Vettel cukup sensasional.
Tak hanya kisah cemerlang, kepindahan pembalap juga kerap dinilai sebagai "kegagalan."
Skor Indonesia merangkum nama-nama besar legenda Formula 1 yang disebut "salah pindah tim" dalam sejarah balap jet darat ini.
1. Fernando Alonso : Ferrari ke McLaren pada tahun 2015
Sang juara dunia dua kali, Fernando Alonso, muncul sebagai pembalap berbakat di era Michael Schumacher.
Pada saat menjadi rookie, Alonso langsung sorotan sebagai pembalap yang memiliki potensi kompetitif, bahkan hingga usianya yang tak lagi muda pada era sekarang.
Kapabilitasnya ketika melawan pembalap-pembalap muda saat ini tentu tak bisa di pandang sebelah mata. Bahkan, talenta pembalap berpaspor Spanyol ini dianggap sebagai yang terbaik di generasinya.
Namun di balik itu semua, terdapat sebuah masa-masa pahit yang dialami oleh Fernando Alonso khususnya ketika berlabuh ke tim-tim di Formula 1. Alonso sempat membuat "langkah buruk" dalam karirnya di ajang Formula 1.
Sang pembalap membela Ferrari sejak pada tahun 2010, bersaing ketat dan finis di posisi kedua klasemen akhir. Alonso berada di belakang pembalap Red Bull Sebastian Vettel menjadi juara dunia lewat persaingan dramatis.
Namun, perjalanan Alonso di Ferrari memang penuh aral melintang. Sejak musim 2010, Fernando Alonso hanya mengoleksi sebelas kemenangan dalam kurun waktu lima tahun bersama Ferrari.
Hingga akhirnya, Alonso memutuskan berpindah tim ke McLaren pada tahun 2015.
Satu tahun kemudian, keputusan ke McLaren adalah sesuatu banyak dikritik oleh para penggemar. Fernando Alonso mengendarai McLaren yang berjuang dengan mesin Honda yang "sangat mengerikan", masalah mesin menjadi masalah besarbagi mereka.
Hasil terbaik Alonso hanya mampu finis di posisi kesembilan pada F1 2015, plus hanya mencetak poin pada dua seri tahun itu.
2. Jean Alesi : Tyrrell ke Ferrari pada tahun 1991
Jean Alesi merupakan pembalap bertalenta besar dengan nasib kurang apik di sejarah F1. Pembalap asal Prancis mengakhiri kariernya pada musim 2001, setelah 13 tahun berkarir di Formula 1 dengan menorehkan 32 podium dan hanya memenangkan satu balapan.
Andai Alesi membuat sebuah keputusan yang berbeda pada tahun 1990, namanya mungkin akan dikaitkan dengan beberapa para penyandang gelar dunia lainnya.
Alesi yang melakoni debut di F1 bersama Tyrrell pada pertengahan musim 1989 mampu bersaing di jajaran pembalap papan atas, dirinya berada di urutan keempat klasemen pembalap pada tahun perdananya.
Jean Alesi muda langsung menjadi sorotan pada tahun 1991 ketika ia berhasil finish kedua setelah berduel dengan sang legenda Ayrton Senna.
Williams menaruh ketertarikan kepada Alesi muda untuk bisa memakai jasanya pada musim berikutnya. Namun, Ferrari juga tertarik untuk memboyong Alesi.
Alesi sendiri lebih memilih untuk bergabung dengan Ferrari karena di masa kecil dirinya ingin sekali bergabung dengan Ferrari. Ferrari sendiri telah menciptakan mobil yang kuat pada tahun 1990 dan melalui Alain Prost, Ferrari berhasil memenangkan gelar pada tahun itu.
Tetapi, setelah Alesi bergabung dengan Ferrari, tim Kuda Jingkrak selama lima tahun tak bisa menghasilkan satu pun mobil yang bagus.
Alesi sendiri hanya memenangakan satu balapan saja di F1 GP Kanada tahun 1995. Pada periode yang sama. Williams menjadi penantang kuat untuk memenangi kejuaraan melalui FW14, menjadi mobil terbaik di grid pada masa itu.
Bahkan pada tahun 1994 dan 1995, Michael Schumacher berhasil memengkan kejauraan bersama dengan Benetton Williams.
Alesi pun meninggalkan Ferrari dan Schumacher pun bergabung dengan Ferrari pada tahun 1996. Ia hadir di kokpit Benetton Williams saat timnya sedang mengalami masa kemunduran dan hanya menjadi pelengkap papan tengah dalam kejuaraan.
Hingga pada tahun 2001 Alesi memutuskan pensiun pada usia 37 tahun dengan hanya memenangkan satu kali kemenangan Grand Prix saja.
Seandainya pada tahun 1991 dia bergabung dengan Williams mungkin sejarah akan berubah dan namanya mungkin akan dikenang lebih besar.
3. Damon Hill : Williams ke Arrows pada tahun 1997
Damon Hill dikenang sebagai salah satu pembalap F1, meski namanya tak semoncer pembalap lain yang seangkatan dengannya.
Pasca kematian rekan setimnya, Ayrton Senna, pada tahun 1994, Hill dipilih untuk memimpin timnya, Williams. Kerja kerasnya pun membuahkan hasil, pada tahun 1996 dirinya dinobatkan sebagai juara dunia.
Namun secara mengejutkan, Williams memutus kontrak Hill pada tahun 1996 dan digantikan oleh pembalap muda asal Jerman yakni Heinz Harald Frentzen.
Menurut Jurnalis Alex Harmer, performa buruk Hill pada tahun 1995 menjadi faktor utama dirinya di depak dari tim Williams.
Hill secara terpaksa bergabung dengan tim Arrows setelahnya. Ini adalah berita paling mengejutkan F1 pada era 1990-an.
Setelahnya, bisa ditebak. Tim Arrows tak kompetitif dan hanya mencetak satu poin pada pagelaran seri Formula 1 tahun 1996.
Musim 1997 berlangsung dan bukan menjadi musim yang baik bagi Hill. Mobilnya pernah mogok ketika balapan baru berjalan 8 lap, dan Hill sendiri hanya menyelesaikan tiga balapan dan tak mencetak poin satu pun.
Hill nyaris memenangkan balapan pada Grand Prix Hungaria namun mobilnya mengalami masalah di lap terakhir.
Secara keseluruhan bahwa musim 1997 adalah bencana bagi Hill dan itu adalah menjadi salah satu kenangan terburuk yang pernah ada di F1.
4. Jacques Villeneuve : Williams ke British American Racing pada tahun 1999
Jacques Villeneuve merupakan sosok berbeda dengan para driver lain di Formula 1.
Para rookies F1 biasanya merasakan terlebih dahulu perjuangan mengembangkan mobil medioker. Tetapi, Villeneuve menjalani debutnya dengan langsung mengendarai mobil terbaik di grid.
Debut Villeneuve tampak manis bersama Williams, bertengger di posisi kedua klasemen pembalap pada tahun 1996 di belakang rekan setimnya, Damon Hill.
Villeneuve hanya membutuhkan satu tahun untuk berhasil menjuarai gelar dunia. Ia mengalahkan pembalap Ferrari, Michael Schumacher, pada bapalan terakhir.
Tetapi, setelah musim 1998, McLaren dan Ferrari mulai mendominasi kejuaraan. Mereka menjadi tim yang berkembang pesat dan mendominasi musim tersebut.
Akhirnya Villeneuve memutuskan untuk pindah dan bergabung dengan tim British American Racing. Ia ditawari menjadi "bagian dari pengembangan tim masa depan di Formula 1."
Kenyataannya berbeda dengan jargon "Tim masa depan". Tim British American Racing gagal mencetak satu poin pun pada tahun 1999.
Ditambah, selama lima tahun bersama, Villeneuve hanya berhasil naik dua podium saja.
5. Mark Webber : Jaguar ke Williams pada tahun 2005
Kisah Mark Webber di Formula 1 dimulai sejak tahun 2002. Namun, butuh waktu lama baginya hingga ia muncul di podium tertinggi.
Kemenangan pertama Webber di grand prix didapat pada tahun 2009. Ia memenangkan balapan setelah 129 seri yang ia lakoni tanpa kemenangan.
Ini menjadi salah satu penantian terlama untuk kemenangan balapan pertama dalam sejarah F1. Tetapi, kisah ini mungkin berbeda mengambil jalan yang berbeda pada tahun 2005.
Pembalap asal Australia ini tampil mengesankan di musim debutnya bersama Minardi, lalu kemudian pindah ke Jaguar pada tahun 2003.
Dengan konsistensi performanya, Tim Prinsipal Renault, Flavio Briatore, tertarik untuk mengambil jasa Webber pada tahun 2005. Di saat yang sama, Williams juga tertarik untuk memboyong dirinya.
Webber harus bisa memutuskan pilihannya pada akhir tahun 2004. Dia memilih untuk bergabung dengan Williams dan pun mengatakan bahwa keputusan tersebut merupakan kesalahan dalam karirnya, dikutip pemberitaan Guardian pada tahun 2013.
Pada saat itu, Renault tampil apik, khususnya pada tahun 2004. Mereka berhasil memenangi beberapa balapan.
Justru, tim yang dibela Webber, Williams, mengalami kemunduran mulai musim 2005 karena hubungan buruk mereka dengan BMW.
Di Renault, mungkin Webber masih tak mudah untuk memenangkan gelar juara dunia, meningat tahun 2004 dan 2005 adalah era dari Fernando Alonso.
Namun, setidaknya Webber akan lebih banyak mengoleksi poin dan juga beberapa kemenangan atau podium daripada apa yang ia raih bersama Williams.
Webber akhirnya membuat keputusan yang tepat ketika dia bergabung dengan Red Bull pada tahun 2007, dan tahun-tahun terakhirnya bersama Red Bull lebih membuahkan hasil yang manis.
Berita Formula 1 lainnya:
Penyakit Mercedes di F1 2022, Performa Konsisten Tapi Sulit Menang
Sebastian Vettel Pensiun, Fernando Alonso Resmi Gabung Aston Martin pada F1 2023
Carlos Sainz Jr Kecewa Blunder Ferrari di F1 GP Hungaria 2022