- Siti Sumarni sudah berkiprah selama 21 tahun dalam dunia sepak bola putri.
- Menurut asisten pelatih Arema FC Putri itu, kendala yang dihadapi dalam sepak bola putri lebih banyak karena faktor non-teknis.
- Siti Sumarni mengakui sering mengalami banyak kehilangan pemain bagus yang sudah lama dilatih.
SKOR.id - Semangat Raden Ajeng Kartini dalam memperjuangkan emansipasi perempuan di Indonesia masih terus berkobar hingga saat ini di segala bidang.
Tak terkecuali dalam lingkup olahraga sepak bola putri. Bisa dibilang, sistem sepak bola putri di Indonesia masih belum berjalan baik.
Berita Hari Kartini Lain: Makna Hari Kartini bagi Shalika Aurelia dan Harapan untuk Sepak Bola Putri
Padahal kompetisi dan pembinaan yang berjenjang adalah hal yang harus dilakukan untuk membuahkan para pemain sepak bola putri berkualitas.
"Untuk membangun dan memajukan prestasi sepak bola putri Indonesia, memang harus dibuat pembinaan dari usia dini. Jangan berharap ada prestasi timnas Indonesia Putri semua level, jika tidak ada pembinaan pemain muda," kata Heidi Scheunemann, pelatih berlisensi B UEFA asal Jerman, yang kini melatih Akademi Emsyk Putri, Waena, Jayapura.
Hal itu diamini asisten pelatih Arema FC Putri, Siti Sumarni. Menurutnya, membina sepak bola putri tidak sama dengan sepak bola putra.
"Baik tantangan, kendala, maupun lain-lainnya. Ya intinya diharamkan patah arang apalagi putus asa di tengah jalan. Meski keadaannya lebih banyak karena faktor non teknis di luar sepak bola," kata Siti Sumarni, kepada Skor.id, Selasa (21/4/2020).
Siti menambahkan, selama 21 tahun melatih tim-tim di Malang, sering kehilangan pemain bagus yang sudah lama dilatih.
Misalnya karena pemain yang bersangkutan tidak mendapatkan dispensasi waktu dari kantor tempatnya bekerja untuk berlatih dan bertanding. Ada juga lantaran tidak mendapatkan izin melanjutkan karier dari pacar atau suami si pemain.
"Saya maklum, karena memang kenyataannya dunia sepak bola putri belum menjanjikan apa-apa," ucap Siti Sumarni.
Lebih lanjut, lulusan Fakultas Ilmu Eksakta dan Keolahragaan IKIP Budi Utomo, Kota Malang, itu memberikan sarannya agar sepak bola putri di Indonesia bisa lebih baik lagi.
"Kalau sepak bola putri di Indonesia ingin maju, ya harus ada kesetaraan dalam banyak hal dengan sepak bola lelaki. Itu sesuai dengan perjuangan R.A. Kartini, emansipasi sebagai kesetaraan bagi seluruh perempuan Indonesia untuk dapat terus berkarya di segala bidang yang sudah diperjuangkan oleh beliau pada zamannya," katanya.
"Dalam hal ini sepak bola, khususnya di Jawa Timur dan Malang, banyak talenta sebagai pemain nasional kelak. Namun ya itu tadi, untuk sepak bola putri anggaran selalu minim, kompetisi tidak berjenjang dan tidak terkoordinasi bagus. Itu yang saya cermati dalam 20 tahun terakhir," perempuan yang juga guru olahraga di SDN Bulupitu, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang, itu menambahkan.
Rekam jejak Siti Sumarni dalam persepakbolaan putri di Indonesia memang sudah banyak. Bahkan di antaranya pernah membawa tim yang dilatihnya menjadi juara.
Berita Hari Kartini Lain: Semangat Kartini Nyalakan Spirit Prestasi Risqi Yanti
Sebut saja Banteng Muda Putri Malang yang dibawanya menjadi juara turnamen Futsal Putri Piala Bude Karwo se-Jawa Timur pada 2012. Kemudian juara sepak bola putri Kartini Cup 2015 bersama Persema Malang Putri di Kediri.
Selain itu, banyak juga para pemain yang pernah dilatihnya memperkuat timnas putri Indonesia dan berkiprah di banyak klub Liga 1 Putri.