- Sergio Farias ingin membawa intensitas dan atmosfer tinggi pertandingan dalam latihan rutin tim.
- Sepak bola menyerang dianggap cocok dengan Persija, yang menurutnya menganut gaya Samba.
- Sisi lain kisah juara Liga Champions Asia 2009 sangat membekas, terkait pemain yang ayahnya meninggal.
SKOR.id - Sergio Farias, pelatih anyar Persija, tak ingin membuang waktu. Pelatih asal Brasil ini langsung pimpin latihan Persija di Lapangan PSAU TNI AU, Halim, Sabtu (18/1/2020).
Sergio Farias mengaku sudah merancang program untuk membangkitkan kembali Macan Kemayoran. Untuk sementara, persoalan fisik menjadi perhatian utamanya.
Sambil berjalannya waktu, pelatih berusia 52 tahun itu juga belajar mengenal karakteristik dan kualitas Ismed Sofyan dan kawan-kawan. Baginya, mengenal karakter sangat penting.
Pelatih terbaik Liga Champions Asia 2009 itu bercerita, ia sangat tertantang mengembalikan nama jaya Persija. Tantangan ini sampai membuatnya susah tidur.
Bagaimana Farias menatap karier barunya di Indonesia? Berikut petikan wawancara Farias yang dikutip dari channel youtube resmi klub Persija:
Bagaimana perasaan Anda setelah resmi menjadi pelatih baru Persija?
Saya sangat senang bisa mendapatkan kesempatan bergabung dengan klub sebesar Persija. Klub dengan pendukung yang sangat militan.
Pertama kali saya mendapat info tentang klub ini, saya langsung tertarik untuk segera bekerja dengan Persija. Dan saat ini waktunya menerapkan program di latihan dan nanti saat pertandingan.
Program yang seperti apa?
Saya akan menerapkan metode latihan dengan intensitas tinggi untuk pemain layaknya saat pertandingan. Karena penting bagi pemain merasa terbiasa dengan tensi tinggi pertandingan. Inilah yang akan jadi karakteristik permainan tim musim ini.
Bagaimana Anda memulainya?
Tentu yang akan sekarang saya lakukan adalah mengetahui kualitas dari semua pemain. Saya selalu menerapkan cara bermain yang sama kuatnya baik bertahan maupun menyerang.
Persija sudah identik dengan karakter sepak bola menyerang seperti Brasil. Itu yang akan saya kembangkan di Persija.
Karakter tim seperti apa yang ingin Anda bangun?
Saya akan selalu mengedepankan sisi taktik dan fisik sama baiknya. Untuk itu saya akan senang bekerja sama dengan orang-orang yang memang berkualitas dalam hal tersebut.
Ada empat menu latihan yang akan saya lakukan dan itu akan dimaksimalkan pekan-pekan awal ini. Jika sudah mendekati kompetisi, saya akan lebih mengedepankan sisi taktikal.
Lalu filosofi permainan seperti apa yang Anda terapkan?
Saya senang filosofi sepak bola menyerang, daripada menunggu lawan atau bermain bertahan. Mencoba semaksimal mungkin mengontrol penguasaan bola.
Jika itu bisa kita lakukan, lawan akan tertekan dan melakukan kesalahan, sehingga kami bisa manfaatkan untuk mencetak gol dan memenangkan laga.
Momen paling berkesan dalam karier Anda?
Ketika saya memimpin tim di laga final Liga Champions Asia. Tapi bukan tentang pertandingannya, melainkan momen sebelum pertandingan.
Ada pemain kami yang ayahnya meninggal. Pemain ini pemain inti di dalam tim. Saya sudah memberikan izin untuknya agar tidak bermain, tetapi dia minta untuk tetap dimainkan.
Saya pun memainkannya, dan siapa sangka dia mencetak gol dan kami menjuarai Liga Champions Asia. Setelah pertandingan semua pemain memberikan dukungan (kepadanya).
Suasana di ruang ganti sangat mengharukan. Momen itu tidak banyak orang yang tahu apalagi orang-orang di luar tim.
Bagaimana pendapat Anda tentang Jakmania?
Saat saya diumumkan menjadi pelatih Persija di Instagram, sebelum itu pengikut saya hanya sekitar dua ribu. Tapi tiba-tiba dalam satu hari pengikut saya menjadi 20 ribu (sekarang 43,2 ribu pengikut).
Banyak juga dari mereka yang mengirimkan pesan dan bertanya, tentang ekspektasi saya di Persija, kapasitas saya, dan target membawa Persija jadi lebih baik dan juara.
Saya menjawab beberapa pertanyaan dari mereka, karena pada dasarnya saya menyukai tantangan dalam karier saya. Dan tentu saja saya akan berusaha keras untuk mewujudkan itu.