- PSSI belum memastikan apakah kompetisi sepak bola Indonesia lanjut atau tidak.
- Namun menurut pengamat, Akmal Marhali, jika dilanjutkan sepak bola bisa saja jadi klaster baru penyebaran virus Corona.
- Menurut Akmal, banyak faktor yang harus dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan soal kelanjutan liga.
SKOR.id - Akmal Marhali, pengamat sepak bola, menilai ada kemungkinan muncul klaster penyebaran virus corona yang baru apabila kompetisi dilanjutkan.
PSSI dan perwakilan klub Liga 1 dan 2 sudah merampungkan pertemuan virtual pekan ini. Hasil dari pertemuan tersebut melahirkan sejumlah saran dan masukan dari klub.
Mayoritas dari kontestan Liga 1 dan Liga 2 menginginkan kompetisi musim ini dihentikan. Keselamatan dan kesehatan banyak orang dari ancaman virus corona menjadi alasan utama.
Meski begitu, PSSI belum memutuskan langkah apa yang akan diambil. Rapat Exco yang rencananya digelar Selasa (2/6/2020) diyakini akan menelurkan keputusan bulat.
Berita Liga 1 Lainnya: Dendi Santoso Siap Renegosiasi Kontrak dan Lanjutkan Liga 1 2020
Ada wacana sepak bola akan tetap bergulir seiring rencana pemerintah menerapkan konsep new normal dalam kehidupan masyarakat ke depannya.
Namun hal ini masih menimbulkan pro dan kontra. Pengamat sepak bola Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali, berpendapat dalam situasi seperti saat ini tidak cukup hanya sebatas opsi lanjut atau setop.
Menurut Akmal, banyak faktor yang harus dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Hal itu pastinya tidak akan mudah buat PSSI.
Jika kompetisi dilanjutkan secara normal, di mana Liga 1 saat ini baru berjalan tiga pekan, praktis masih ada 31 pekan yang harus dijalani. Hal itu butuh waktu kurang lebih tujuh bulan lamanya.
"Bila dijalankan per akhir Juni 2020, maka akan berakhir pada Februari 2021. Jika dipadatkan akan sangat rawan cedera pemain dalam kondisi yang abnormal saat ini," kata Akmal.
Faktor lainnya adalah bahwa setiap daerah di wilayah Indonesia punya kondisi yang berbeda-beda terkait kasus virus Corona. Beberapa daerah bahkan masih berstatus zona merah.
Terbaru, salah satu provinsi dengan penduduk terbesar di Indonesia yakni Jawa Timur menjadi episentrum baru penyebaran virus corona.
"Sangat rawan buat kesehatan pemain. Ditambah lagi, kebijakan di setiap daerah banyak yang berbeda. Jangan sampai jika kompetisi dipaksakan berlanjut justru membuat sepak bola menjadi klaster baru corona," ujar Akmal.
Pun jika digulirkan lagi tanpa penonton, sepak bola bukannya tanpa risiko.
Mengacu pada kedisiplinan masyarakat terkait penerapan PSBB saja cukup mengkhawatirkan. Masih banyak pelanggaran yang dilakukan.
Sementara kata Akmal, klub sepak bola Indonesia mayoritas mengandalkan sumber keuangan utama dari pendapatan tiket penonton.
"Potensi ada klub yang kolaps bila dilanjutkan dengan kompetisi normal. Pemain tidak gajian. Apalagi kondisi ekonomi juga tidak begitu bagus di tengah pandemi," Akmal menuturkan.
Pemerintah sendiri saat ini memang sudah berancang-ancang dengan konsep new normal. Dalam kajiannya, aktivitas sepak bola dan olahraga pada umumnya ada di fase ketiga yang dibuka mulai 16 Juni.
"Tapi ini juga baru sebatas pemikiran. Masih banyak yang harus dipertimbangkan," kata Akmal.
Lebih lanjut, Akmal menuturkan, yang menjadi pertanyaan mendasar, apakah masyarakat sudah siap dengan konsep new normal dengan sejumlah protokol yang diberlakukan?
Berita Liga 1 Lainnya: Tiga Bulan Tanpa Sepak Bola, Supardi Nasir Berharap Liga 1 Bergulir Lagi
"Salah dalam pengambilan keputusan bisa menjadikan sepak bola cluster baru corona yang belum bisa dikendalikan. Kalau pilihannya lanjut atau setop, pastinya sangat mudah mendapatkan jawabannya," Akmal menambahkan.
"Yang sulit adalah sudah siap atau belum semua elemen untuk new normal?" ia memungkasi.