SKOR.id - Sejak kali pertama berpartisipasi di Liga TopSkor, SSB Tajimalela belum pernah merasakan manisnya gelar juara.
Namun bukan berarti mereka nirprestasi, justru sebaliknya ada sumbangsih besar yang diberikan.
Didirikan pada 2014 SSB Tajimalela pertama kali ikut Liga TopSkor pada 2015. Itu berarti mereka sudah turut serta dalam play-off saat usia SSB belum genap satu tahun.
Berlatih di Lapangan Kesatuan Yonif Mekanis Tajimalela Kota Bekasi, para pemain usia muda dididik dengan metode terbaik. Disertai lapangan latihan yang representatif.
Samosir, Pasi Intel Yonif Mekanis 202 Tajimalela, mengungkapkan komandan batalyon ketika itu memang tergugah untuk memberi tempat yang layak bagi pemain usia muda dari Kota Bekasi dan sekitar. Nah, satu-satunya cara adalah membentuk SSB.
“Komandan batalyon yang lama kemudian bekerja dengan rekan-rekan pelatih di sini. Mereka membangun dan mewadahi pemain usia sejak usia dini untuk berlatih di sini,” kata Samosir.
Nama SSB ini pun diambil dari kesatuan yang ada. Jadi Tajimalela bukan nama seseorang, tetapi kesatuan. Nama Tajimalela diambil dari Prabu Tajimalela yang merupakan pencetus Sumedang Larang.
Sejak awal didirikan misi Tajimalela adalah mencetak pemain. Maka itu gelar juara tidak pernah menjadi target utama.
“Tajimalela tidak mengincar juara, tetapi mencari pemain juara. Ini cocok dengan filosofi Liga TopSkor yang menjadi kawah candradimuka bagi pemain usia dini dan muda mengasah kemampuan bermain serta berkompetisi,” kata Coach Sugeng dan Coach Tiyo, pelatih di Tajimalela.
Saat ini sudah ada sekitar 300 lebih pemain yang aktif terdaftar. Mereka tersebar dari U-10 hingga U-16.
“Harapan kami adalah terus bertambah banyak pemain alumni Tajimalela yang bermain di liga. Termasuk timnas Indonesia yang sudah terbukti tidak sedikit dari Tajimalela yang lolos,” ujar Coach Sugeng.
Anak-anak yang berlatih di Tajimalela juga mengaku senang bergabung dengan SSB ini. Apalagi Tajimalela tidak memandang gender, sehingga pemain cowok dan cewek bisa mendaftar.
Para orangtua pemain pun antusias. Mereka bahkan memiliki perkumpulan tersendiri yang guyub. Salah satunya ketika puasa ada acara buka bersama di tepi lapangan.
“Bagi kami yang penting anak-anak bisa dapat lingkungan positif di sini. Soal rezekinya nanti tidak di sepak bola, ya tidak apa-apa. Semua akan berproses,” ujar salah seorang orangtua pemain. (*artikel ini dibuat oleh kontributor Skor.id, Ari Dwi Prasetyo)