SKOR.id – Saat waktu ekstra menyisakan sembilan menit pada pertandingan perempat final Piala Dunia Wanita 2023 antara Spanyol melawan Belanda di Wellington Regional Stadium, Selandia Baru, sepekan lalu, Salma Paralluelo langsung menjadi sorotan.
Begitu menerima sebuah operan langsung di area permainan lawan, winger asal FC Barcelona Femeni itu memperdaya para bek Belanda dengan step-over dan melepaskan tendangan kaki kiri yang membentur tiang gawang, untuk mengirim timnya ke semifinal Piala Dunia Wanita untuk kali pertama.
Pada pertandingan itu, pelatih Spanyol Jorge Vilda baru memasukkan Paralluelo pada menit ke-71, atau beberapa saat sebelum penalti dari Mariona Caldentey pada menit ke-81 berhasil disamakan bek Belanda Stefanie van der Gragt pada menit ke-90+1.
Kala itu, Vilda membutuhkan kecepatan dan kemampuan menyerang Paralluelo dari kedua sayap, karena Spanyol belum mampu mencetak gol menjelang waktu normal berakhir.
“Kami berhasil. Kami bertarung sampai habis karena sangat yakin (dengan kemampuan). Itu sebuah momen unik, euforia yang luar biasa yang kami rasakan,” ucap Paralluelo, 19 tahun, seusai laga melawan Belanda, seperti dikutip Al Jazeera.
Lahir di utara Zaragoza dari ayah asli Spanyol dan ibu Guinea Ekuatorial, Salma Paralluelo mewakili Spanyol untuk cabang olahraga atletik—di nomor lari gawang 400 meter sampai lomba kompetitif terakhirnya pada 2020—dan sepak bola.
“Saya mengikuti kedua olahraga itu sejak berusia tujuh tahun,” kata Paralluelo kepada FIFA dalam sebuah wawancara tahun lalu, seraya menambahkan bahwa dia menikmati keduanya meskipun orang-orang menyuruhnya untuk berfokus pada satu olahraga saja.
“Atletik memungkinkan saya untuk menjadi diri sendiri, untuk diekspos, berlatih untuk diri sendiri dan mengetahui bahwa semua yang saya lakukan adalah untuk saya sendiri,” ujar Paralluelo menjelang Piala Dunia Wanita U-20 FIFA 2022.
Pada turnamen yang digelar di Costa Rica itu, Salma Paralluelo berhasil mencetak dua gol di final untuk membawa Spanyol mengangkat trofi ajang FIFA untuk kali pertama.
Paralluelo akhirnya memutuskan untuk meninggalkan trek dan memilih lapangan sepak bola setelah serangkaian cedera justru membuatnya absen dari kedua olahraga tersebut.
“Itu membuat saya frustrasi karena tidak pulih dengan baik dari cedera sehingga saya tidak bisa keluar dan menjadi atlet lagi. Namun, jika melanjutkan, saya akan kehilangan lebih dari yang seharusnya saya peroleh,” katanya.
“(Atletik) melibatkan pengorbanan yang lebih besar. Dengan sepak bola, saya mendapat tendangan keluar dari itu. Saya senang berbagi sesuatu dengan tim, dengan orang-orang saya.”
Felix Laguna, pelatih atletik Salma Paralluelo mengungkapkan bahwa jika dia memilih atletik dan tidak cedera, dia pasti akan mampu menembus final atletik di Olimpiade.
Pada 2019, Paralluelo meninggalkan klub kampung halamannya untuk bergabung dengan Villarreal. Tiga tahun di Villarreal, Paralluelo mencetak 23 gol dalam 37 penampilan tetapi mengalami cedera ACL di lutut kiri pada April 2021 yang memaksanya absen sembilan bulan.
Paralluelo lantas bergabung dengan Barcelona pada Juli 2022, klub yang menyumbang pemain paling banyak (sembilan) di skuad Spanyol untuk Piala Dunia Wanita 2023. Bersama Barcelona, Salma Paralluelo berhasil memenangi Liga Champions pada Juni lalu.
Potensi Sangat Besar
Sejak bergabung dengan skuad Spanyol untuk Piala Dunia Wanita 2023, Salma Paralluelo mendapat pujian tinggi dari Vilda, yang menyebutnya sebagai pemain yang memiliki kecepatan, kekuatan, dan bakat bawaan (alami).
“Dia pemain dengan potensi yang sangat besar, dan masih jauh dari menyentuh langit-langit dari sisi hal yang mampu dia lakukan,” kata Vilda, yang menangani tim wanita Spanyol sejak 2015.
Salma Paralluelo selalu menjadi starter Spanyol sebelum perempat final dan memainkan peran kunci dalam kemenangan Spanyol 5-1 atas Swiss di babak 16 besar. Umpannya dari sayap kiri, dua di antaranya menghasilkan gol untuk Aitana Bonmati.
“Dia masih sangat muda dan hanya fokus penuh pada pelatihan sepak bola selama setahun. Kami akan melihat yang terbaik dari Salma di masa depan. Dia sudah bersinar sekarang, tapi saya yakin di masa depan, dia akan lebih bersinar lagi,” ucap Vilda.
Sulit Menemukan Pemain seperti Salma Paralluelo
Salah satu bintang Spanyol Alexia Putellas masih dalam pemulihan kebugaran setelah cedera lutut serius, saat La Roja bersiap menghadapi Swedia pada laga semifinal di Eden Park, Auckland, Selandia Baru, Selasa (15/8/2023) lalu.
Alhasil, gelandang Aitana Bonmati pun menjadi pemimpin Spanyol di lapangan saat melawan Swedia. Uniknya, meskipun sudah berperan besar lewat gol penentunya ketika menyingkirkan Belanda, pelatih Jorge Vilda tetap mencadangkan Paralluelo saat melawan Swedia.
Paralluelo baru masuk pada awal-awal babak kedua, tepatnya pada menit ke-57 dengan menggantikan Putellas. Paralluelo kembali menunjukkan kelasnya dengan mencetak gol pertama saat melawan Swedia itu pada menit ke-81.
Terhentak, Swedia membalas lewat gol Rebecka Blomqvist, hanya enam menit berselang. Spanyol yang sudah memiliki mentalitas luar biasa, akhirnya menyudahi pertandingan lewat gol bek kanan yang juga kapten Spanyol Olga Ramona.
Skor 2-1 untuk Spanyol bertahan sampai peluit panjang. Spanyol pun kembali mencetak sejarah untuk kali pertama menembus final Piala Dunia Wanita. Lagi-lagi, Salma Paralluelo membuktikan diri sebagai pemecah kebuntuan gol dan pembeda bagi Spanyol.
“Dia unik. Sulit untuk menemukan pemain seperti dia, yang berlatar belakang atletik dan memiliki kualitas yang sangat baik di kaki kirinya dan tembakan yang sangat bagus,” tutur Bonmati tentang Paralluelo.
“Saat bermain bersama, kami berkombinasi dengan baik dan mencoba untuk memainkannya baik di ruang maupun di kakinya. Anda bisa melakukan keduanya dengan dia,” Bonmati menambahkan.
Salma Paralluelo sudah menunjukkan peran besarnya untuk Spanyol di delapan besar dan semifinal. Minggu (20/8/2023) nanti, Spanyol akan menghadapi juara Eropa Inggris pada laga final.
Jika pelatih Spanyol menurunkannya di Stadium Australia, Sydney, Salma Paralluelo akan memiliki kesempatan unik untuk memenangi dua gelar Piala Dunia FIFA dalam kurun waktu satu tahun. Suatu prestasi yang tidak akan mampu dilakukan banyak orang saat berusia remaja.