- Sekjen PP PBSI Achmad Budiharto angkat bicara terkait polemik yang menyeret PBSI dan mantan atlet pelatnas.
- Masukan dari mantan atlet nasional jadi bahan untuk menyempurnakan mekanisme pemanggilan dan pemulangan atlet.
- Polemik bermula ketika Tontowi Ahmad mengungkapkan keluhannya terkait statusnya di Pelatnas Cipayung yang menjadi atlet magang.
SKOR.id – PP PBSI dan mantan atlet pelatnas Cipayung saling singgung menyoal sistem promosi dan degradasi yang selama ini sudah dijalankan.
Sejumlah mantan pebulu tangkis nasional mengkritik PP PBSI yang dinilai tidak menghargai perjuangan atlet.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PP PBSI Achmad Budiharto angkat bicara. Ia mengapresiasi masukan dari sejumlah mantan atlet pelatnas tersebut.
Berita PBSI Lainnya: 2 Alumni Pelatnas Cipayung Sayangkan Sistem Degradasi PBSI
“Terima kasih, masukannya. Ini akan jadi bahan penyempurnaan mekanisme pemanggilan dan pemulangan atlet yang sudah berjalan,” ucapnya, Rabu (20/5/2020).
PBSI menjadi sorotan, menyusul sikap sejumlah mantan penghuni Pelatnas Cipayung yang menyuarakan soal sistem promosi dan degradasi.
Polemik ini bermula saat Tontowi Ahmad yang belum lama ini memutuskan pensiun, membeberkan keluhan kepada awak media.
Sebelum mengumumkan gantung raket, status pria yang biasa disapa Owi itu di Pelatnas Cipayung berubah menjadi atlet magang.
Tontowi Ahmad keberatan dengan status tersebut karena dirinya bukan atlet yang baru bergabung dengan Skuad Cipayung.
Komentar tersebut memicu dua alumni Pelatnas Cipayung, Sony Dwi Kuncoro dan Ricky Karanda Suwardi, yang juga merasa dapat perlakuan kurang adil.
Sony Dwi Kuncoro dan Ricky Karanda Suwardi adalah dua "alumni" Pelatnas Cipayung yang merasa dicampakkan meski telah berkontribusi untuk Indonesia.
Melalui Instagram pribadinya, Sony Dwi Kuncoro menuliskan pengalaman 13 tahun bergabung dengan timnas yang berakhir tanpa tanda jasa apa pun dari PBSI.
Padahal, Sony Dwi Kuncoro tergolong atlet berprestasi di berbagai ajang internasional. Salah satunya meraih medali perunggu Olimpiade Athena 2004.
Dalam sebuah postingan Instagram pada Selasa (19/5/2020), Sony Dwi Kuncoro bercertia tentang proses degradasi yang dialaminya pada 2014.
Proses degradasi yang terjadi kala itu dinilai kurang tepat. PBSI seperti tak menghargai pemain yang sudah 13 tahun menghuni Pelatnas Cipayung.
Bahkan, masih menduduki peringkat 15 dunia. Kekecewaannya bertambah karena sikap PBSI yang tak transparan dalam mengumumkan keputusan degradasi.
Sony Dwi Kuncoro menganggap PBSI terkesan enggan memberi penghormatan kepada atlet veteran. Dia tahu keputusan degradasi dari media massa.
Komentar serupa diungkapkan oleh Ricky Karanda Suwardi yang kecewa dengan sistem degradasi PBSI terhadapnya, beberapa tahun lalu.
Berita PBSI Lainnya: Polemik PBSI dan Mantan Atlet Pelatnas, Susy Susanti Angkat Bicara
Delapan tahun bergabung dengan Pelatnas Cipayung, 2010-2018, seperti tidak berarti apa-apa bagi PBSI karena melepasnya dengan sebuah pernyataan media.
"Pertama kali saya tahu berita tentang degradasi melalui media sosial. Beberapa hari saya tunggu tidak ada pembicaraan dari pengurus, maupun pelatih," katanya.
Keduanya pun berharap agar sistem degradasi ini bisa segera diperbaiki oleh PBSI.