- Papat Yunisal pantas dijuluki srikandi sepak bola putri Indonesia
- Pada Hari Kartini tahun ini, Papat Yunisal berpesan kepada generasi muda pesepak bola putri Indonesia untuk tidak menghilangkan kodratnya.
- Menurut Papat Yunisal, dia meniti karier lewat perjuangan dan pengorbanan yang tidak mudah.
BANDUNG - Untuk kalangan pesepak bola putri, nama Papat Yunisal tentu tidaklah asing lagi dan cukup banyak dikenal.
Papat Yunisal adalah mantan anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI dan dijuluki srikandi sepak bola putri Tanah Air.
Ini berkat perjuangan dan kerja kerasnya dalam meniti karier sebagai pesepak bola putri yang sukses di Indonesia dan patut ditiru pemain lain.
Dia lahir dari keluarga yang memang sangat menggandrungi olahraga. Sejak sekolah dasar (SD), beberapa cabang olahraga ditekuni wanita kelahiran Subang, 11 Juni 1963.
Berita Hari Kartini Lain: 5 Sosok Kartini Muda di Bidang Olahraga yang Sukses Harumkan Nama Indonesia
Mulai dari tenis lapangan, tenis meja, hingga hoki, Papat pernah mencoba dan memainkan. Namun, mengapa dia lebih dikenal sebagai pesepak bola bahkan bisa menembus timnas Indpnesia putri usia muda?
Baca Juga: Memori April, Irfan Jaya Ingat Momen Sempat Down Bersama Persebaya
"Ibu saya cerita, waktu saya dilahirkan, beberapa hari saya tidak langsung dibawa pulang ke rumah," ujar Papat saat berkisah kepada Skor.id.
"Karena, ayah saya saat itu sedang bertanding sepak bola dengan timnya. Saya jadi tetap di rumah sakit sampai ayah kembali."
"Mungkin dari situ, sejak lahir, saya ditakdirkan dekat dengan sepak bola karena ayah," tuturnya.
Singkat cerita, Papat fokus meniti karier sebagai pesepak bola putri pada era 1980-an. Kuliah untuk mengejar gelar insinyur pun dia 'kalahkan'.
Ada dua alasan mengapa akhirnya dia memilih sepak bola sebagai karier dibanding cabang olahraga lainnya yang juga ditekuninya.
Pertama, pemikirannya cukup realistis. Dibanding cabor lain, sepak bola tidak memiliki saingan yang banyak.
Baca Juga: Pelatih Timnas Thailand Diklaim FAT Rela Gajinya Dipotong Setengah
Kemudian yang kedua, dikatakan Papat, sepak bola adalah salah satu olahraga yang unik bagi perempuan.
"Karena saya terbiasa bersaing pada cabor lain, jadi ini seperti tantangan baru. Saat itu, usia saya 15 tahun dan masuk klub Putri Priangan, ketuanya Pak Indra Thohir," ucap Papat.
"Di situ, karena saya mau bekerja keras, mau belajar, dan punya visi misi, jadi tidak terasa sulit. Karena saya juga sangat didukung sekali sama orang tua," Papat menambahkan.
Doa dan dukungan sepenuh hati dari kedua orang tua diakui memuluskan kariernya hingga menembus timnas Indonesia putri.
Pada satu kesempatan, motivasinya untuk sukses kian berlipat ketika tanpa sepengetahuannya, kedua orang tua Papat menyempatkan menonton ia bertanding.
"Mereka sama sekali tidak menggangu agenda saya di timnas. Mereka juga tidak minta jatah tiket gratis atau apalah," ujar Papat.
Baca Juga: Kisah Juara Persema saat Diperkuat 100 Persen Pemain Lokal Malang
"Itu memberikan motivasi yang luar biasa buat saya saat itu. Jadi disitulah, saya ingin memperlihatkan bahwa, oke saya ingin berhasil dalam karier ini," katanya.
Kala itu, kesetaraan gender pada sepak bola memang belum seperti sekarang ini. Banyak anggapan negatif tentang pesepak bola putri terkait kodratnya.
Banyak hal yang dianggap tabu dan riskan, seperti anggapan kulit akan rusak, tubuh yang bakal kekar seperti lelaki, bahkan kekhawatiran tidak bisa melahirkan.
Namun hal itu dibantah oleh Papat. "Pada akhirnya, saya tetap bisa berumah tangga dengan baik, kulit saya juga tidak rusak seperti yang dibilang orang. Saya juga bisa punya anak," kata Papat.
Perjalanan karier Papat pun tak semudah yang diperkirakan. Terlebih pada usianya yang masih sangat muda, dia harus bersaing dengan para senior dan mendobrak tradisi.
Baca Juga: Apriyani Rahayu Terinspirasi Sosok Tangguh Kartini
Papan berhasil menembus skuat timnas Indonesia putri pada 1981. Ia terpilih untuk mengikuti kejuaraan ASEAN Womens Championship 1982 di Thailand.
Papat lolos sebagai pemain termuda di dalam tim dari puluhan 50-an pesepak bola putri yang mengikuti seleksi.
Ia menceritakan karena pemain paling muda di dalam tim, dia hanya menjadi pilar cadangan dalam tiga laga turnamen tersebut.
"Jiwa muda saya bergejolak saat itu. Pada laga terakhir melawan Singapura, kedudukan masih 0-0 hingga 15 menit terakhir," ujar Papat.
"Saya berdiri dari bangku cadangan, berdiri di depan pelatih saat itu pak Muhardi. Dia bertanya kepada saya, saya bilang saya mau main."
"Terus, dia lihat saya pemasan, itu jelas mengganggu konsentrasi dia kan. Nah akhirnya, saya main, dalam beberapa menit terakhir laga saya menciptakan gol," kata Papat.
Baca Juga: Bobotoh Bergerak Untuk Bagikan Masker dan Sembako Jelang PSBB
Saat itu, Papat berpikir, ketika punya niat dan kepercayaan diri, jangan sampai hanya menunggu dan harus punya keinginan menjemput bola plus yakin dengan kemampuan diri.
"Karena saat itu, orang terdekat bangga, mereka mendengar jalannya pertandingan lewat radio," kata Papat.
"Kalau saya pulang tanpa bermain, ini konyol, masa saya pergi ke Thailand hanya bawa-bawa tas enggak main sama sekali," ujar Papat.
Pada Hari Kartini, yang diperingati setiap 21 April ini, Papat berpesan kepada para penerus untuk tidak takut dalam menentukan karier. Tetapi, mereka tetap menjaga kodratnya sebagai perempuan.
"Sehebat apapun jangan lupa diri. Orang tua pastinya mengharapkan anak perempuannya itu punya keluarga yang sakinah, punya anak, bisa mendampingi suami dengan baik," kata Papat.
"Saya tidak mau ada misalnya pemain yang sangat hebat, tangguh, tapi toh dia tidak memperhatikan apa keinginan orang tua, menyangkut kodrat seorang perempuan dan lain-lain."
Baca Juga: Makna Hari Kartini bagi Shalika Aurelia dan Harapan untuk Sepak Bola Putri
Menurut saya, mereka jangan lupa bahwa dia perempuan dan memang harus feminim, selayaknya perempuan.
"Misalnya, mereka bisa masak. Jadi misal kemampuan di lapangan bagus, begitu juga saat di luar lapangan, tunjukkan kalau kita tuh anggun," ucap Papat.
"Kita bikin orang bertanya-tanya, bener ini pemain sepak bola putri. Ayu gemulai tetapi tangguh.
"Itu saja yang harus saya pesankan kepada anak anak generasi sekarang," ujarnya mantap.