- Ita Bonita dianggap sebagai salah satu dedengkot Bonita, sebutan untuk suporter perempuan Persebaya.
- Ita menuturkan saat ini upayanya agar suporter perempuan bisa sejajar dengan suporter lelaki di stadion sudah terwujud.
- Ita Bonita juga memberikan pesan terhadap perempuan Indonesia pada hari Kartini.
SKOR.id - Jika untuk Bonek ada nama Andi Peci yang sering disebut sebagai dedengkot, Bonek Wanita atau disingkat Bonita pun sama memiliki dedengkot. Ia adalah Siti Nasyiah atau biasa disapa Ita Bonita.
Bertepatan dengan hari Kartini, ia pun berpesan untuk para perempuan Indonesia agar terus berjuang supaya bisa jadi pemenang.
"Hal ini lah yang diinginkan ibu Kartini. Jika perempuan itu tidak sekadar konco wingking (cuma tahu urusan dapur saja), tapi juga ikut menentukan arah. Terlebih dalam pandemi global (virus corona) ini, caranya dengan memaksimalkan potensi UMKM," kata Ita Bonita, kepada Skor.id.
Berita Hari Kartini Lain: Kartini Sriwijaya FC, Mayumi Itsuwa Ingin Bangkitkan Sriwijaya FC
Perjuangan juga dilakukan Ita untuk membuat suporter perempuan sejajar dengan suporter lelaki ketika berada di dalam stadion.
Nama Bonita bisa dibilang baru mulai populer setelah status Persebaya kembali diaktifkan untuk ikut kompetisi pada 2017. Padahal sebelumnya sangat identik dengan Bonek saja, merujuk pada suporter lelaki.
Kini nama Bonita sudah disejajarkan dengan Bonek. Dalam chant di stadion akan umum terdengar nyanyian Kami Bonek-Bonita.
Padahal jauh sebelum itu, stadion di Surabaya terkesan angker bagi suporter perempuan. Terutama ketika Persebaya masih bermain di Stadion Gelora 10 November, Tambaksari.
Banyak cerita angker soal perempuan yang disoraki hingga dilempari dengan air kencing ketika menonton sepak bola langsung di stadion. Namun, perilaku itu kini sudah tidak ada lagi.
Itu terlihat di Stadion Gelora Bung Tomo, yang kini menjadi kandang Persebaya, banyak suporter perempuan yang berbaur dengan lelaki. Dan mereka aman-aman saja tanpa ada kejadian yang sampai dikhawatirkan.
"Dulu ketika ada suporter perempuan masuk pasti digangguin. Yang dilempari sampai diolok," kata Ita Bonita.
Ia sangat paham betul dengan kondisi tersebut. Profesinya dulu sebagai wartawati, membuatnya biasa keluar masuk stadion.
Namun, bukannya takut, Ita justru bercita-cita dan memiliki tekad bahwa kelak suporter perempuan bisa bersanding dengan suporter lelaki di tribun.
"Saat ini sudah terwujud," ucapnya.
Baginya untuk mencintai klub dan memberikan dukungan secara langsung adalah hak setiap orang. Tak harus membedakan latar belakang gender.
Hal tersebut sudah ditunjukkan oleh Ita. Ketika Persebaya mendapatkan sanksi atau di-banned, ia turut melakukan aksi demo. Ketika itu, ia sampai rela pergi ke Bali bersama ratusan suporter lelaki.
Berita Hari Kartini Lain: Asa Esti Puji Lestari pada Hari Kartini untuk Perempuan Indonesia di Sepak Bola
"Ada yang kasih istilah, melati di tengah barongan. Aku ngakak kalau ingat itu," Ita Bonita mengenang.
Soal kesenangan terhadap sepak bola, Ita mengaku sudah sejak lama. Ia kenal dengan dunia sepak bola lewat mantan bosnya Dahlan Iskan (DI), yang juga cukup menggilai sepak bola.