- Persela Lamongan sering mengorbitkan pemain muda dan yang kemudian dilirik banyak klub besar.
- Tidak hanya pemain muda, Persela Lamongan juga piawai dalam investasi pilar asing.
- Kebersamaan dan musyawarah salah satu cara Persela Lamongan dalam memilih pemain termasuk mengontrak pilar asing.
SKOR.id - Sejak berdiri pada 18 April 1967, belum ada prestasi yang membanggakan berupa trofi juara yang diukir Persela Lamongan.
Klub kebanggaan masyarakat Kabupaten Lamongan ini tak ubahnya sebagai tim pelengkap pada setiap musim kompetisi.
Capaian terbaik terakhir tim berjulukan Laskar Joko Tingkir dalam satu dekade terakhir tercipta pada musim 2013/2014.
Mantan Striker Persebaya dan Eks–Gelandang Bhayangkara Jadi Buat Gol di Vietnamhttps://t.co/qCdrgHPDOU— SKOR Indonesia (@skorindonesia) July 1, 2020
Kala itu, Persela sukses menembus babak delapan besar saat kompetisi masih bernama Indonesia Super League (ISL).
Sayang, langkah mereka terhenti lantaran kalah bersaing dengan Persipura Jayapura, Arema, dan Semen Padang.
Meski masih kering prestasi, Persela Lamongan merupakan klub yang dianggap memiliki keunikan tersendiri.
Sadar tak memiliki nama besar dan sokongan finansial yang memadai, tetapi mereka mampu survive pada level tertinggi Liga Indonesia setidaknya dalam kurun waktu 15 tahun terakhir.
Filosofi kekeluargaan menjadi kekuatan Persela tahan banting menghadapi persaingan. Kendati tak kuat secara finansial, Persela selalu punya jurus jitu untuk bertahan.
Bahkan tak perlu diragukan lagi, Persela dicap sebagai tim yang kerap mengorbitkan pemain baru berkualitas. Itu tak hanya berlaku untuk pemain muda lokal, tetapi juga pilar asing pendatang baru.
Bahkan, Persela pernah melahirkan generasi emas pemain muda potensial yang kemudian saat ini menyebar di sejumlah klub besar.
Mereka adalah clash of 2010-2011 yang berhasil membawa Persela Lamongan U-21 menjuarai ISL U-21 kala itu.
Nama-nama pemain itu antara laiun: Saddil Ramdani, Dendy Sulistiawan (keduanya kini membela Bhayangkara FC), Fahmi Al Ayyubi (Bali United), dan Fandi Eko Utomo (PSIS Semarang)
Lalu yang masih setia bersama Persela Lamongan ada Ahmad Birrul Walidain serta Eky Taufik. Mereka bagian dari skuad muda Persela saat itu.
Fandi Eko bahkan dinobatkan sebagai pemain terbaik pada kompetisi usia muda kala itu.
Dalam dua tahun terakhir, Persela juga mengorbitkan pemain muda masa depan untuk timnas Indonesia kelompok usia atas nama Hambali Tholib dan Arif Satria.
Dua nama ini mulai musim 2020 diboyong oleh klub elite Liga 1, Persebaya Surabaya.
"Kalau melihat Persela itu adalah klub kecil. Tim yang dikenal pemainnya tidak ada yang bintang," kata asisten pelatih Persela Didik Ludiyanto.
"Namun setidaknya, Persela banyak mencetak pemain muda yang saat ini bisa memperkuat tim besar," ujarnya.
Didik bisa mengatakan hal seperti ini karena dia sudah berada bersama Persela sejak bekerja untuk tim junior sebagai asisten pelatih pada 2008.
Sebab itu, lelaki dengan sapaan Pacul ini tahu bagaimana Persela sangat fokus pada pengembangan pemain muda.
Tidak hanya sebagai "pabrik" pemain muda potensial, Persela juga dikenal sebagai tim yang piawai dalam berinvestasi pilar asing.
Dalam satu dekade terakhir, tidak sedikit pemain asing pendatang baru di Indonesia yang sukses bersinar bersama Persela Lamongan.
Bahkan baru satu musim tampil bersama Persela, pemain asing tersebut kerap jadi rebutan klub-klub besar pada musim berikutnya.
Persela jarang melakukan salah langkah dalam merekrut pemain asing. Mereka sukses mengontrak pemain asing dengan nilai kontrak yang tidak wah tapi berperan penting untuk tim.
Itu mulai dari era-Oscar Aravena, Fabiano Da Rosa Beltrame, Marcio Souza, Gustavo Lopez, Diego Assis, hingga musim 2019, saat Persela dihuni barisan pemain asing berkualitas.
Mereka punya Loris Arnaud, yang memiliki bekal pernah bermain untuk Paris Saint-Germain pada Liga 1 2018.
Lalu ada Alex Goncalves, penyerang asal Brasil, yang bersaing dalam perburuan gelar top skor Liga 1 2019.
Masih pada musim 2019, ada pula Kei Hirose yang diam-diam diamati oleh klub terkenal Liga Malaysia, Johor Darul Takzim (JDT).
Gelandang asing asal Jepang itu pun berlabuh bersama JDT pada awal musim 2020 walau dimainkan untuk JDT II.
Sementara itu, Rafinha jadi satu-satunya pemain asing Persela yang memutuskan bertahan bersama skuad Laskar Joko Tingkir pada musim 2020.
Didik menceritakan, kebiasaan Persela mendapatkan pemain asing berkualitas tak lepas dari kerja sama yang baik antara manajemen dan pelatih.
"Persela itu secara umum selalu mementingkan kepentingan bersama," kata Didik Ludiyanto.
"Artinya semua harus dilakukan duduk bersama dengan musyawarah. Ini bagusnya manajemen Persela, soal teknis tim mereka tidak ikut campur. Ini yang saya tahu."
Dijelaskan Didik, siapapun pelatih Persela diberikan kebebasan dalam memilih pemain yang mau dipakai.
Ketika ingin mendatangkan pilar anyar, pelatih diminta untuk menjelaskan secara rinci soal pemain tersebut kepada manajemen Persela.
"Manajemen juga merekomendasikan pemain A misalnya, tetapi pengambil keputusannya tetap head coach. Yang pasti, semua tetap duduk bersama musyawarah rembukan, enaknya di situ," kata Didik.
"Soal pemain dibahas bersama, dilihat bersama, layaknya keluarga sedang kumpul.
Manajemen rekomendasi pemain ke pelatih dan pelatih jeli dalam hal menilai kualitas pemain bersangkutan."
"Sama sama jadinya, bagus bagi manajemen dalam merekomendasikan pemain, maka bagus juga pelatih dalam mengambil keputusan," tutur DIdik.
Menurut Didik, jika manajemen menilai bagus, tetapi pelatih mengambil keputusannya tidak bagus hasilnya juga pasti tak bagus.
"Itu yang saya tahu soal pemilihan pemain untuk Persela, baik lokal maupun asing," Didik memungkasi.
Berita Persela Lamongan Lainnya:
Persela Lamongan Siap Tempur, Walau Masih Dalam Posisi Menunggu
Liga 1 Lanjut, Manajemen dan Tim Pelatih Persela Satu Suara
Mantan Gelandang Persela Lamongan Kini Melatih Inter Milan
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia.