- Bek Persija Jakarta, Ismed Sofyan menguak soal sepak bola Aceh yang musim ini jadi pembicaraan.
- Kehadiran Persiraja pada Liga 1 2020 yang menaikan nama sepak bola Aceh dan Ismed Sofyan pun turut bicara.
- Menurut Ismed Sofyan, sepak bola Aceh sudah berkembang luar biasa sebab ada prioritas sepak bola ada di belakang pesantren.
SKOR.id - Bek senior Persija Jakarta, Ismed Sofyan bicara mengenai perkembangan sepak bola di tanah kelahirannya, Aceh.
Sepak bola Aceh memang sedang menjadi pembicaraan pada musim ini, karena hadirnya Persiraja Banda Aceh sebagai tim promosi Liga 1 2020.
Salah satu tim promosi ini pun mampu menunjukkan kekuatannya setidaknya pada tiga pekan awal Liga 1 2020. Sektor pertahanan tim ini sangat solid.
Klub berjulukan Laskar Rencong itu jadi satu-satunya tim yang belum kemasukan. Mereka pun belum kalah, sekali menang dan dua imbang.
Berita Ismed Sofyan Lainnya: Ismed Sofyan Bicara Hubungan dengan Bambang Pamungkas, Rekan yang Kini Jadi Atasan
Apa yang terjadi saat ini tersebut adalah perkembangan sepak bola yang bisa dibilang luar biasa jika mengetahui kenyataan yang ada di Aceh.
Ismed Sofyan yang lahir di Tualang Cut, Aceh Tamiang menguak soal sepak bola di Aceh saat live Instagram bersama Skor.id, Rabu (20/5/2020).
Baca Juga: Kenangan Pahit Final SEA Games 2011, Foto-foto Perjuangan Timnas Indonesia U-23
"Di Aceh, sekarang sepak bola bisa dikatakan lumayan maju. Cuma memang di Aceh ini, kebanyakan orang tua itu melarang anaknya untuk bermain sepak bola," kata Ismed.
"Itu karena pemahaman dari orang tua. Apa sih yang dicari dari sepak bola? Itu juga soal masa depan dari sepak bola," bek berusia 40 tahun itu menjelaskan.
Lebih lanjut, dia memaparkan bahwa setidaknya di tempat dia berasal, antusiasme dan konsistensi dari sekolah sepak bola (SSB) sulit ditemui.
Ismed mencontohkan bahwa jika dibuka SSB baru, mungkin hanya dua sampai tiga hari ramai. Setelahnya, hari keempat dan kelima akan sepi.
"Itu karena orang tuanya banyak mengarahkan anaknya ke pondok pesantren," kata bek kanan yang membela Persiraja pada 1999 dan meninggalkan klub itu mulai 2001.
Baca Juga: Berusia 77 Tahun, Legenda Hidup Persis Solo Masih Rutin Main Sepak Bola
"Sebab di Aceh bisa dikatakan sepak bola tidak menjamin untuk masa depan. Apalagi kalau mereka hanya bermain sekelas tarkam atau liga level bawah," ia melanjutkan.
Adapun sebagai anak di Aceh lainnya, Ismed pun juga merasakan sekolah di pondok pesantren, yakni pada tingkatan sekolah dasar (SD).
"Di Aceh kan banyak pondok pesantren, jadi kebanyakan anak-anak mereka disuruh untuk mondok, untuk mengaji, dan menghabiskan waktu di pesantren," ujarnya.
"Kalau orang tua saya, Alhamdulillah sih tidak pernah melarang. Sepanjang saya memang masih di jalur yang benar, mereka support," eks-bek Sriwijaya FC memungkasi.