- Armani Williams adalah pembalap NASCAR pertama yang penderita autisme.
- Pemuda asal Michigan, AS, didiagnosis mengalami gangguan spektrum autisme itu saat berusia dua tahun.
- Armani Williams melakukan debut di balapan ARCA Menards Series VizCom 200 untuk tim Fast Track Racing di MIS.
SKOR.id – Armani Williams baru berusia sekitar 7 tahun saat orangtua mengajaknya bicara tentang diagnosis autisme yang disampaikan oleh para dokter.
Percakapan itu mengubah hidup Armani Williams, dari Grosse Pointe, Michigan, Amerika Serikat (AS), selamanya.
Tidak ingin hidupnya selalu dibayangi ketakutan oleh diagnosis itu, Armani Williams pun menerima dirinya memiliki gangguan genetik itu apa adanya.
Saat orangtuanya mendaftarkannya kursus dua minggu untuk membantu anak autis belajar mengendarai sepeda, Williams menguasainya dalam satu hari.
Siapa sangka pula jika bocah autis itu selalu suka melaju kencang dan itu membawanya ke posisinya sekarang, di usia 20: pembalap stock car racing profesional.
Hari Minggu (23/8/2020) lalu, Williams melakoni debut profesional di balapan ARCA Menards Series VizCom 200 untuk tim Fast Track Racing di Michigan International Speedway (MIS).
Dia berhasil finis urutan ke-10 dalam balapan tersebut.
“Saya menemukan cinta untuk NASCAR sejak usia dini,” kata Williams dalam sesi wawancara dengan Free Press.
“Yang benar-benar menarik bagi saya dari balapan adalah seberapa cepat mobil bisa melaju - hingga kecepatan 170-180 mph/mil per jam – sekitar 274-289 km per jam."
“Saya bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya pergi secepat itu. Mobilnya juga keren-keren. Begitulah cara saya menemukan kecintaan pada balap. Itu yang ingin saya lakukan dalam hidup."
Dan sejak dua tahun lalu Armani Williams menjadi pembalap NASCAR pertama yang secara terbuka didiagnosis mengidap gangguan spektrum autisme.
Orangtuanya, suami istri Del Williams dan Irena Politano, tidak tahu banyak tentang autisme ketika dokter mendiagnosis Williams pada usia 2 tahun.
"Saya bertanya, 'Oke, terapi apa yang dia butuhkan, berapa lama ini akan bertahan'. Itu proses berpikir saya dan istri pada saat itu," Del Williams mengisahkannya.
"Saya ingat para dokter menanggapi saya dengan mengatakan, 'Mr. Williams, kami pikir Anda tidak mengerti persis apa gangguan ini.' Artinya diagnosis itu cukup serius!”
Mereka lalu melakukan beberapa penelitian, dan saat melakukannya, Del dan Irena langsung membayangkan masa depan anak lelaki mereka.
“Kami membayangkan akan seperti apa kehidupan mandiri baginya seiring bertambahnya usia - apakah dia bisa mengendarai sepeda , mengendarai mobil, pergi ke prom.”
Intinya, Del dan Irena hanya memikirkan semua hal yang diinginkan para orangtua untuk anak-anak mereka.
View this post on Instagram
“Salah satu tantangan kami 18 tahun lalu ketika Armani didiagnosis adalah tidak banyak pilihan sejauh peluang terapi yang ada.”
Kalau ada pun, kata Del, seringkali tidak ditanggung oleh asuransi.
“Ada beberapa hal di luar sana yang tidak dapat diakses oleh kebanyakan orang,” Irena menimpali sang suami.
Irena dan Del memilihkan nama Armani karena mereka menginginkan sesuatu yang unik, sesuatu yang cocok dengan nama panggilannya.
Very excited to be here today at NASCAR Headquarters in Daytona for the Combine. @HondaGenerators @NASCARDiversity pic.twitter.com/YwZfCZfvKK— Armani Williams (@TeamArmaniRacin) October 16, 2017
Tapi sia-sia. Armani terbiasa dipanggil Marni-man, Armi kecil, A-man oleh anak-anak lain.
Panggilan itu tidak mengganggu Williams. Yang membuatnya bingung mengapa dia tampak berbeda dari teman-teman sekelasnya.
“Saya anak yang pemalu, tak pernah banyak bicara. Bahkan ketika mencoba berteman, lebih blak-blakan, saya tidak pernah bisa berteman dengan mereka dengan baik,” kata Williams.
Jelas, Williams tidak pernah terpikir bahwa ia memiliki sesuatu yang salah dengan dirinya. “Saya merasa seperti saya hanyalah anak biasa.”
Baru setelah orangtua memberi tahu bahwa dia mengidap autisme, Armani Williams mulai tersadar. “Oke, itulah alasan semua ini. Saya mengidap autisme.”
“Bagi mereka untuk memberi tahu saya bahwa saya menderita autisme, itu membantu saya memahami apa yang saya alami.”
Sponsor utama Armani Williams di balap NASCAR ini adalah Centria Autism yang berbasis di Farmington Hills, penyedia nasional terapi Analisis Perilaku Terapan.
Mereka adalah sponsor yang logis, berdasarkan tujuan bersama untuk menciptakan hasil yang lebih baik bagi anak-anak autisme.
Mobil balapan Williams dulu menampilkan potongan puzzle biru yang telah menjadi simbol internasional untuk kesadaran tentang autisme.
Polesan cat pada mobil Williams dibuat oleh seorang teman keluarga yang putranya juga penderita autis.
“Di usia dini, Armani menyadari dia mewakili dan menjadi inspirasi bagi sekelompok besar orang,” kata Del.
“Kami akan berada di trek balap lokal dan keluarga akan datang dan berkata, 'wow, anak saya autis juga’.”
Kecintaan Amani Williams pada balap dimulai saat dia baru 4 tahun. Dia melihatnya di TV, dan duduk, terpesona.
“Kebanyakan anak ingin menonton kartun,” kata Del. “Armani selalu ingin Anda berhenti di saluran yang menayangkan balapan mobil.”
“Aneh tapi di situ minatnya, jadi kami mengizinkannya untuk menontonnya. Balap mobil dan Buzz Lightyear, itulah yang disukai Armani saat tumbuh dewasa.”
Kecintaan Williams pada balap kian bertambah setelah dia mengikuti sekolah balap go-kart di Jackson Speedway saat dia berusia 8 tahun.
Memasuki usia ke-16, dia diundang ke program keragaman pembalap NASCAR.
William memperlihatkan performa cukup baik sehingga ditempatkan di balapan yang dulunya disebut seri Canadian Tire, sekarang seri Pinty.
The participants of the 2017 #NASCARD4D Combine are ready to continue on the track on Day 2. A little rain won’t kill their spirits! pic.twitter.com/gOrPfZ84K1— NASCAR Drive for Diversity (@NASCARDiversity) October 17, 2017
Ternyata, vonis anak autis tidak lantas meredam nyali Williams saat menginjak gas mobilnya di lintasan balap.
Di usia belianya itu dia mampu melewati batas kecepatan 190 mph.
“Ketika Armani turun di balapan pertamanya, dia baru 17 tahun,” ujar sang ayah.
Saat beranjak dewasa, Williams harus bekerja keras untuk menyeimbangkan tugas sekolah dan balapan, serta melakukan penelitian di waktu senggangnya.
Dia membaca tentang autisme, dan menyadari peluang masa depan yang bisa dia miliki.
Makin terbuka wawasan Williams tentang diagnosis autisnya, makin banyak orang yang mendatanginya di trek balap.
View this post on InstagramWhen I’m not racing. I also like to cook. #autismishot. #autsimawareness
Rata-rata dari mereka mengungkapkan bahwa mereka memiliki anggota keluarga dengan gangguan autisme, dan betapa penting sukses Willams itu.
“Saya harus bisa membuat pengaruh besar untuk meningkatkan kesadaran dan memberikan harapan kepada jutaan individu, keluarga, dan anak-anak yang mengidap autism.”
Pada intinya, Armani Willams ingin menjadi inspirasi bagi banyak orang.
“Jangan biarkan autisme mempengaruhi Anda - kerja keras, miliki sistem pendukung yang tepat, dan percayalah pada diri sendiri!”
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Berita Entertainment Lainnya
Kisah Rohit Chand, dari Atlet Kriket hingga Jadi Kapten Termuda Timnas Nepal
Pebulu Tangkis Cina Shi Yuqi Main TikTok Lagi untuk Lepas Stres