- Eks-striker timnas Vietnam Pham Van Quyen pernah dihukum karena terlibat match fixing.
- Kini, eks-pemain bintang timnas Vietnam era awal 2000-an ini tobat dan berprestasi sebagai pelatih.
- Berlatar belakang pemain yang terlibat match fixing, mantan pemain timnas Vietnam ini kariernya sebagai pelatih tim junior makin menjulang.
SKOR.id - Pelaku match fixing atau kejahatan pengaturan pertandingan pada sepak bola Vietnam bertobat dan sukses sebagai pelatih usia muda.
Ya, mantan striker timnas Vietnam Phạm Văn Quyến setelah sukses melatih tim U-11 dan U-15 klub Liga Vietnam, Song Lam Nghe An (SLNA), kini naik pangkat dan berhasil.
Dia membantu melatih tim U-17 dari klub itu untuk memenangi kompetisi nasional U-17 negara tersebut setelah mengalahkan Nutifood Institute dengan skor 3-2 pada final, Minggu (27/9/2020).
Ini adalah ketiga kalinya Pham Van Quyen memenangkan gelar setelah pindah ke kepelatihan pascakarier bermainnya yang gemerlap tetapi penuh kontroversial.
Pham Van Quyen mulai melatih talenta muda setelah menerima lisensi kepelatihan dan ditunjuk sebagai asisten pelatih tim U-11 SLNA pada 2018.
Dia dan teman dekatnya, pelatih Phan Nhu Thuat, memimpin tim tersebut pada kejuaraan nasional di Negeri Paman Ho.
Tahun ini, Pham Van Quyen naik ke level U-17 dan Phan Nhu Thuat jadi staf pelatih tim senior SLNA yang berkompetisi pada kasta teratas Liga Vietnam atau V.League 1.
Sedangkan yang menggantikan Phan Van Thuat adalah Le Ky Phuong, pelatih tim junior yang sangat berpengalaman.
Arthur Irawan merasa sedih dengan penundaan Liga 1 2020Dikirim oleh Skor Indonesia pada Rabu, 30 September 2020
Menurut Pham Van Quyen, bekerja dengan Le Ky Phuong adalah kesempatan besar baginya untuk mempelajari lebih dalam pembinaan sepak bola usia dini.
Kombinasi Phuong dan mantan bintang sekelas Quyen dapat membantu SLNA mengembangkan jalur anak muda mereka bisa berkembang pesat.
Setelah final turnamen U-17, Pham Van Quyen menunjukkan perbedaan antara bermain dan melatih.
Dia mengatakan, bahwa ketika masih aktif bermain, ada kalanya dia tidak bisa mengikuti instruksi pelatih karena berbagai alasan.
Sekarang sebagai pelatih, dia bisa mengerti mengapa para pemain mudanya tidak selalu mendengarkannya.
"Bisa dikatakan, bahwa melatih jauh lebih sulit daripada menjadi pemain," kata Pham Van Quyen.
Ketika ditanya tentang rencana masa depan, lelaki berusia 36 tahun itu mengatakan bahwa tujuan langsungnya adalah belajar.
"Saya pikir, saya harus mencoba belajar sedikit demi sedikit untuk melihat ke depan," kata Quyen.
Terpilih sebagai dewan pelatih SLNA untuk membantu tim memenangi kejuaraan U-11, U-15, dan U-17 diakui Pham Van Quyen keberuntungan baginya.
"Bagi para pemain, mereka akan lebih sukses jika mereka berusaha keras. Nasib baik saya adalah menjadi asisten untuk memotivasi pemain untuk bermain dengan sukses," kata Quyen.
Arthur Irawan merasa sedih dengan penundaan Liga 1 2020Dikirim oleh Skor Indonesia pada Rabu, 30 September 2020
Pham Van Quyen mencapai kesuksesan pada awal karir bermainnya berkat bakat alaminya. Pada usia 16 tahun, dia membawa timnas U-16 Vietnam ke semifinal Piala Asia U-16 2000.
Selepas Piala Asia U-16 2020 dan menjadi sebagai pemain terbaik turnamen itu, Pham Van Quyen terus membuat kemajuan.
Hanya dua tahun kemudian atau saat berusia 18 tahun, dia terpilih ke skuad senior timnas Vietnam asuhan pelatih asal Portugal, Henrique Calisto.
Pada 2003, Pham Van Quyen dan rekan satu timnya menjadi runner-up alias meraih perak SEA Games ke-22 yang diadakan di negerinya.
Meski gagal saat final, Pham Van Quyen meninggalkan kesan yang luar biasa, termasuk gol luar biasa yang dicetak melawan Thailand di final.
Tahun itu juga, Pham Van Quyen juga memenangi penghargaan Bola Emas Vietnam atau pemain terbaik negerinya.
Masuk tahun berikutnya, Pham Van Quyet adalah pahlawan saat timnas Vietnam secara mengejutkan mengalahkan Korea Selatan dengan skor 1-0 pada babak kualifikasi Piala Asia 2004.
Ketenarannya meningkat pesat, Pham Van Quyen menjadi korban godaan dan dihukum karena mengatur pertandingan pertandingan atau menjadi pelaku match fixing.
Hal bodoh itu dilakukan saat Vietnam melawan Myanmar pada babak penyisihan grup SEA Games 2005.
Dia menerima hukuman percobaan dua tahun penjara dan ditangguhkan selama empat tahun dari semua kompetisi oleh Federasi Sepak Bola Vietnam (VFF).
Setelah skorsing berakhir, Pham Van Quyen bermain untuk SLNA dan Ninh Bình, dan meskipun ada beberapa sorotan, kariernya mulai mereda lalu dia resmi pensiun pada 2014.
Meski ikut serta dalam pengaturan pertandingan atau match fixing, Pham Van Quyen masih dianggap sebagai salah satu pemain terbaik dalam sejarah sepak bola Vietnam.
Setelah dia berhenti bermain, dia meninggalkan sorotan dan hanya menghadiri acara sepak bola amatir di Kota Vinh, Provinsi Nghe An.
Namun, Quyen masih menjadi bintang di mata penggemarnya. Pimpinan SLNA memahami hal ini, maka mereka segera meminta Quyen untuk bergabung menjadi staf pelatih tim yunior.
Dengan melampirkan namanya, daya tarik Song Lam Nghe An meningkat secara signifikan karena penggemar mengharapkan keterampilan Quyen diteruskan kepada para pemain muda.
"Saya mencoba melakukannya lagi, menantang diri saya sendiri jadi tidak ada yang perlu saya katakan. Saya berharap saya akan menjalani profesi ini dengan baik,” kata Pham Van Quyen.
Harap Pham Van Quyen memiliki posisi yang baik dan semangat jangka panjang untuk profesinya sebagai pelatih.
"Harus dikatakan, pesonanya yang masih besar, memberikan kontribusi bagi perkembangan pembinaan remaja SLNA saat ini," kata pelatih Dinh Van Dung dari Song Lam Nghe An U-21.
Menurut Dinh Van Dung, si eks-pelaku match fixing itu selalu kerja dan berusaha keras untuk bisa melakukan sesuatu bagi sepak bola Vietnam.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube dan Twitter dari Skor Indonesia.
Berita Match Fixing lainnya:
FIFA Gandeng Pengembang Aplikasi untuk Berantas Match-Fixing
Match Fixing, Kiper Timnas Laos Susul Dua Rekannya Dihukum Seumur Hidup