- Penyerang sayap Manchester City, Raheem Sterling, kirim donasi paket perawatan untuk warga lansia di kota kelahirannya di Jamaika.
- Florence Campbell, 80 termasuk di antara warga Maverley di St Andrew yang beruntung mendapatkan paket dari Sterling.
- Sterling lahir di St Andrew sebelum pindah ke London bersama ibunya ketika berusia lima tahun setelah sang ayah terbunuh pada 1996.
SKOR.id - Bintang Manchester City, Raheem Sterling, telah mengirimkan puluhan paket perawatan untuk warga lanjut usia (lansia) di kota kelahirannya, Kingston, Jamaika.
Belum lagi aktif bermain sepak bola dan hanya bekerja dari rumah, Raheem Sterling merasa terpanggil untuk ikut berdonasi dalam masa pandemi Covid-19.
Penyerang sayap (winger) 25 tahun itu pun memikirkan orang-orang yang kurang beruntung di tempat kelahirannya di Jamaika.
Jamaica Observer mengabadikan momen saat salah seorang warga lansia bernama Florence Campbell menerima paket donasi itu pada hari Senin (11/5/2020).
Berita Entertainment Lainnya: Ikon Yankees Kejutkan Dokter UGD Sebuah Rumah Sakit di New York
Campbell, yang telah berusia 80 tahun, termasuk di antara sejumlah warga Maverley yang beruntung menerima sumbangan dari Sterling.
Maverley adalah sebuah kawasan di St Andrew yang letaknya tidak jauh dari tempat Sterling dilahirkan pada 8 Desember 1994.
Rupanya Sterling secara teratur memberikan sumbangan untuk warga komunitas di sana.
Sterling, yang menyelipkan pesan yang mendesak para warga untuk tetap tinggal di dalam rumah, pindah ke London pada usia lima tahun.
Ia masih menjalin hubungan dekat dengan keluarganya di Jamaika. Dan bahkan ia telah memiliki rumah seharga 1 juta pounds (sekira Rp18 miliar) di Kingston.
Namun, rumahnya yang mewah itu sangat jauh dibanding lingkungan sederhana semasa kecilnya di St Andrew.
Bungalo tempat ia dibesarkan oleh neneknya sekarang telah berlantai dua. Meskipun, sebagian dibangun tanpa jendela di lantai paling atas.
Dulunya, Sterling harus tinggal berdesakan dengan delapan kerabatnya sekaligus di rumah tiga kamar tersebut.
Ketika baru berusia lima tahun, Sterling bersama ibunya pindah ke London, Inggris. Itu terjadi setelah ayahnya, Phillip Slayter, ditembak dan tewas pada tahun 1996.
Sterling juga menyatakan keprihatinannya tentang faktor keamanan jika Liga Inggris kembali dimainkan.
Ia mengaku merenungkan tentang “hasil terburuk yang bisa saja terjadi”.
Liga Inggris awalnya menginginkan kompetisi dimulai lagi pada 1 Juni.
Tetapi, menurut Sterling, kecuali keselamatan pemain, staf, dan ofisial telah dijamin, ia belum merasa nyaman untuk kembali bermain.
Berbicara dalam diskusi Life in Lockdown di kanal YouTube, Raheem Sterling menyatakan kompetisi tak bisa diilakukan semata-mata 'karena alasan sepak bola'.
"Selain untuk alasan sepak bola, momen itu juga harus menandai faktor aman bagi pemain, staf medis, dan juga wasit," kata Raheem Sterling.
“Saya tidak tahu caranya, tapi saya merasa jika hal itu disepakati, ini memang waktu yang tepat untuk kembali.”