- Ajang olahraga internasional, Olimpiade edisi ke-37, segera dilangsungkan setelah ditunda setahun lalu.
- Tokyo menjadi home venue Olimpiade kali ini, dengan pelaksanaan di tengah pandemi Covid-19.
- Media besar menyebut Olimpiade Tokyo sebagai Olimpiade paling tidak asyik, dan bagaimana langkah panitia mencegah stigma negatif terjadi.
SKOR.id - Rasa pesimistis terhadap Olimpiade Tokyo, jelang upacara pembukaan pada Jumat (23/5/2021), kini berterbaran.
Stadion kosong tanpa suporter tentu menurunkan euforia Olimpiade, tak seperti biasanya.
Tak heran panitia penyelenggara terpaksa merubah beberapa "tradisi" olimpiade. Pandemi global membuat panpel harus memutar otak dalam penyelenggaraan pesta olahraga internasional ini.
Panduan pencegahan COVID-19 telah disebar dan diterapkan untuk delegasi tiap negara, juga pihak media. Semua dilakukan agar Olimpiade dapat tetap berjalan dengan “aman”.
Di tengah survei popularitas Olimpiade di kalangan masyarakat Jepang yang menunjukkan hasil kurang memuaskan, panpel berharap seluruh pihak untuk fokus pada penyelenggaraan Olimpiade.
Minimnya kepuasan dan Covid-19 yang masih bersebaran, tantangan berat dihadapi panitia untuk bisa melawan stigma "Olimpiade tidak asyik".
Isu Suasana Kampung Atlet Olimpiade
Istilah kampung atlet (olympic village) umumnya identik dengan tempat di mana para atlet dari berbagai negara tinggal, saling bercengkrama satu sama lain, berbagi cerita dan pengalaman.
Namun, stigma negatif juga rekat dengan tempat ini. Beberapa atlet bahkan menyebut kampung atlet sebagai "pemandangan yang liar" dan "tempat duta kondom bertugas" saat Olimpiade Rio 2016.
Dilansir dari CNN, Panitia Olimpiade Tokyo mengarahkan para atlet untuk mengambil makan secara individu dan menerapkan physical distancing.
Unggahan video TikTok dari akun atlet polo air Australia, Tilly Kearns, menjelaskan protokol kesehatan di kantin, dengan setiap atlet hanya memiliki jatah waktu makan 10 menit.
Soal kondom, ternyata alat kontrasepsi ini telah dibagikan sejak Olimpiade Seoul 1988 untuk meningkatkan kesadaran akan HIV/AIDS.
Tahun ini, penyelenggara berencana memberikan sekitar 150.000 kondom, dengan satu kali pengambilan bagi setiap atlet.
Kunihiko Okamoto, wakil presiden Okamoto Industries, yang diminta untuk memasok beberapa kondom oleh pihak penyelenggara, mengatakan jumlah alat kontrasepsi berkurang sejak pandemi.
Isu tempat tidur dari karton
Para atlet mulai berdatangan ke Tokyo dan menempati tempat tinggal mereka.
Pesenam Irlandia, Rhys McClenaghan, menjadi sorotan setelah menanggapi isu miring berupa "kasur berbahan karton: yang sempat beredar di media sosial.
Rhys mengunggah sebuah video di Twitter. Ia terlihat melompat-lompat di atas kasur dengan riang, sambil berkata “Itu palsu, itu berita palsu”.
Panitia sendiri mengumumkan kampanye penggunaan bahan daur ulang selama Olimpiade Tokyo.
Usaha Melawan COVID-19
Meski protokol kesehatan sudah diterapkan, pesebaran kasus COVID-19 di Tokyo sampai saat ini belum menunjukkan angka penurunan. Melansir dari Pemerintah Tokyo, dilaporkan terdapat 1.832 kasus baru pada Rabu (21/7/2021).
“Tanpa penanganan yang tepat, virus dapat menyebar dengan cepat hanya melalui satu kasus saja. Apalagi di tempat seperti Wisma Atlet” ucap epidemiolog Jepang, Nobuhiko Okabe, pada pers.
“Kita harus melakukan apa yang bisa dilakukan untuk mencegah hal buruk terjadi. Ini tentu memerlukan kerja sama dari para atlet dan delegasi” tambahnya.
(Adhitya Mahatravatama)
Ikuti juga Instagram, Facebook, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Menuju Olimpiade Tokyo: Semua yang Harus Kamu Tahu tentang Olimpiade ke-32 https://t.co/ALvr16SJH5— SKOR.id (@skorindonesia) July 22, 2021
Baca Juga:
Olimpiade Tokyo: Daftar 14 Petinju yang Bakal Jadi Sorotan di Kokugikan Arena
Olimpiade Tokyo: Berharap Dukungan Netizen Indonesia, KBRI Tokyo Adakan Sayembara Video Pendek