- Menteri Tenaga Kerja Qatar, Ali bin Samikh Al-Marri mengecam kritik berlebihan yang dilontarakan media barat.
- Sejak ditunjuk sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022, Qatar dibanjiri kritik terkait kasus hak asasi manusia.
- Al-Marri merasa negaranya difitnah, dan ada kampanye untuk menjatuhkan Qatar.
SKOR.id - Menteri Tenaga Kerja Qatar, Ali bin Samikh al-Marri mengecam kritik berlebihan yang dilontarakan media barat terkait persiapan penyelenggaraan Piala Dunia 2022.
Berbicara pada pertemuan yang diselenggarakan oleh Subkomite Hak Asasi Manusia Parlemen Eropa di Brussel, Belgia awal pekan ini, Al-Marri mengatakan bahwa meskipun Qatar menerima kritik yang membangun, kampanye melawan negaranya baru-baru ini meningkat pesat.
Al-Marri mengkritik liputan kematian pekerja migran dalam persiapan Piala Dunia – dengan dugaan angka berkisar antara 6.500 hingga 15.000.
Dia menyebut bila data statistik yang beredar terkait jumlah tersebut kurang akurat dan tidak dikeluarkan oleh badan yang terdokumentasi.
"Setiap hari, kami mendengar fitnah baru tentang angka kematian pekerja, seolah-olah kami sedang dalam ‘pelelangan umum’," katanya.
"Saya ingin menekankan ketidakakuratan angka-angka ini. Saya juga akan meminta semua politisi untuk merujuk ke organisasi khusus resmi seperti Organisasi Perburuhan Internasional (ILO)… ketika mencari informasi yang akurat," tambahnya.
We will not accept hate speech and racism against the Qatari people and their national team.
HE Dr. Ali bin Samikh Al Marri, Minister of Labour.
Hearing in the European Parliament.#molqtr pic.twitter.com/8NJEBTfui2— وزارة العمل (@MOLQTR) November 14, 2022
Pada Februari 2021, surat kabar Inggris, Guardian melaporkan bahwa 6.500 pekerja migran dari India, Pakistan, Nepal, Bangladesh, dan Sri Lanka telah meninggal di negara tersebut sejak 2010, ketika Qatar ditunjuk sebagai tuan rumah Piala Dunia.
Pemerintah Qatar telah menyatakan bahwa angka-angka tersebut, yang diberikan oleh kedutaan masing-masing negara, termasuk kematian orang yang tidak bekerja pada proyek Piala Dunia.
Dikatakan, "Tingkat kematian di antara komunitas-komunitas ini berada dalam kisaran yang diharapkan untuk ukuran dan demografi populasi."
Pemerintah Qatar mengatakan ada 37 kematian antara 2014 hingga 2020 di kalangan pekerja yang terkait langsung dengan pembangunan stadion Piala Dunia, tiga di antaranya terkait pekerjaan.
Bulan lalu, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani mengatakan negaranya menghadapi kampanye yang belum pernah terjadi sebelumnya kritik menjelang acara tersebut, yang menimbulkan pertanyaan tentang alasan dan motif sebenarnya di balik kampanye tersebut.
Pejabat senior Qatar juga mengecam kemunafikan orang-orang yang menyerukan boikot Piala Dunia untuk memprotes dugaan hak asasi manusia di negara Teluk itu.
Media Prancis Le Canard enchainé baru-baru ini juga memicu kemarahan setelah menerbitkan kartun yang menggambarkan pemain sepak bola Qatar sebagai teroris.
Karikatur itu dikecam oleh pengguna media sosial sebagai Islamofobia terang-terangan dan rasisme.
"Fitnah dan tuduhan terhadap Qatar mulai berubah arah dalam mengadopsi retorika kebencian dan rasis dengan tujuan menyinggung rakyat Qatar dan tim nasional mereka," kata al-Marri.
"Kami tidak akan menerima ujaran kebencian dan rasisme sistematis terhadap rakyat kami, negara kami, dan tim kami, dan kami meminta organisasi hak asasi manusia internasional untuk mengambil sikap tegas terhadap siapa pun yang terlibat dalam serangan ini," Al-Marri menambahkan.
Perlakuan Qatar terhadap pekerja migran dan catatan hak asasi manusianya telah menjadi sorotan sejak dianugerahi turnamen, yang menyebabkan seruan untuk memboikot Piala Dunia.
The Minister of Labour during the hearing in the European Parliament:
Every day, we hear a new slander about mortality rates of workers, as if we were in a "public auction".#molqtr pic.twitter.com/UOnoQWt75n— وزارة العمل (@MOLQTR) November 15, 2022
Baca Juga Berita Sepak Bola Dunia Lainnya:
Hadiri KTT G20 di Bali, Presiden FIFA Minta Rusia-Ukraina Gencatan Senjata selama Piala Dunia 2022
Timnas Qatar Digambarkan seperti Teroris oleh Koran Prancis, Picu Isu Rasisme dan Islamophobia