- Menteri Luar Negeri Qatar mengecam pemboikotan terhadap Piala Dunia 2022.
- Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani menyangkan kritik berlebih yang dialamatkan ke negaranya.
- Qatar dikecam atas isu hak asasi manusia dalam persiapan Piala Dunia 2022.
SKOR.id - Menteri Luar Negeri Qatar mengecam 'kemunafikan' orang-orang yang menyerukan boikot terhadap Piala Dunia untuk memprotes dugaan hak asasi manusia di negara Teluk itu.
Menteri Luar Negeri Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani mengatakan kepada Le Monde dalam sebuah wawancara pekan lalu bahwa sebagian besar dunia menantikan turnamen yang dimulai di Doha bulan ini.
Dia juga menegaskan bahwa 'serangan' dilakukan oleh pihak yang jumlahnya hanya sedikit.
"Terus terang sangat disayangkan. Kenyataannya adalah bahwa dunia menantikan perayaan ini. Lebih dari 97 persen tiket telah terjual," ujar Al Thani, yang juga menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri.
Qatar adalah negara pertama di Timur Tengah yang menjadi tuan rumah Piala Dunia. Mereka dibanjiri gelombang kritik sejak ditunjuk pada 2010.
Secara khusus, perlakuannya terhadap pekerja migran dan catatan hak asasi manusia telah menjadi sorotan. Ini menyebabkan seruan untuk memboikot Piala Dunia di Qatar.
Negara ini menghadapi kritik luas dari kelompok-kelompok hak asasi manusia atas penggunaan sistem kafala sebelumnya, undang-undang yang menurut para aktivis hak mengikat kehadiran mereka di Qatar dengan majikan mereka yang akhirnya menyebabkan pelecehan dan eksploitasi.
Sistem kafala dihapus pada Agustus 2020 di Qatar di tengah perubahan penting lainnya, termasuk pengenalan upah minimum.
Sejumlah negara Teluk, dalam beberapa tahun terakhir, memberlakukan reformasi pada sistem kafala mereka, yang pernah berlaku di enam negara anggota Dewan Kerjasama Teluk.
Standar Ganda
Menanggapi pertanyaan tentang mengapa Qatar membutuhkan waktu lama untuk menghapus pengaturan kafala, Al Thani mengatakan reformasi semacam itu membutuhkan waktu.
"Ini berlaku untuk negara mana pun – ini tidak aneh di Qatar. Tentu masih ada kekurangan dan kami bertekad untuk memperbaikinya," ujarnya.
Namun, ia mengatakan ada standar ganda yang secara sistematis menyalahkan pemerintah Qatar atas masalah yang dihadapi buruh, sementara di Eropa, ia menyebut insiden sekecil apa pun disalahkan ke perusahaan.
"Saya pikir ada beberapa orang yang tidak menerima bahwa negara kecil di Timur Tengah menjadi tuan rumah acara global seperti itu," tambahnya.
Negara yang Sangat Ramah
Dalam wawancara tersebut, Al Thani mengatakan Qatar adalah negara yang sangat ramah dan bahwa seluruh dunia diterima di negaranya.
"Yang kami minta adalah agar para penggemar menghormati hukum kami, sama seperti kami diharapkan untuk menghormati hukum Anda ketika kami mengunjungi Anda," tambahnya.
Wakil Perdana Menteri juga mengatakan tidak akan ada konfrontasi antara pasukan keamanan dan penggemar kecuali perilaku tertentu membuat orang dalam bahaya. "Itu adalah satu-satunya situasi di mana mereka akan campur tangan," jelasnya.
Al Thani juga ditanya tentang kebijakan apa yang akan diambil Qatar jika para pemain berbicara tentang masalah non-olahraga. "Mereka akan bebas melakukannya, kami tidak akan pernah menghentikan siapa pun untuk mengekspresikan diri," tegasnya.
Beberapa tim peserta menyoroti perlakuan terhadap pekerja migran di Qatar, antara lain Denmark, Australia, dan Inggris.
Sementara itu, Al Thani mengatakan Qatar akan terus menjadi tuan rumah turnamen olahraga di masa depan untuk membantu menyatukan orang.
"Ambisi kami adalah melakukan hal-hal yang menyatukan orang dan menyatukan mereka. Olahraga merupakan sarana penting untuk mencapai tujuan tersebut. Negara kami siap menjadi tuan rumah acara olahraga besar. Piala Dunia hanyalah salah satu contohnya,” katanya.
Piala Dunia akan berlangsung dari 20 November hingga 18 Desember.
Baca Juga Berita Sepak Bola Dunia Lainnya:
PIala Dunia 2022: Ini Tim yang Sudah Mengumumkan Skuad Resmi
Piala Dunia 2022: Inggris Umumkan Skuad Resmi, Harry Maguire Dibawa ke Qatar