SKOR.id - Para pembalap Formula 1 (F1) tidak diragukan lagi adalah kelompok atlet yang terbilang hebat.
Mereka mungkin tidak memiliki fisik yang mencolok, pakaian terusan dan dengan helm di kepala mereka. Mereka juga tidak dapat menunjukkan otot yang terpahat.
Namun persiapan fisik yang dilakukan Charles Leclerc, Max Verstappen, Lewis Hamilton, dan Carlos Sainz Jr. dipelajari dengan keras dan cermat.
Tenaga di dalam mobil ternyata sangat berat. Di akhir balapan seorang pembalap bahkan bisa menurunkan berat badannya hingga 3 kg.
Oleh karena itu mereka perlu melatih dan memperkuat otot secara terus menerus untuk mengantisipasi akselerasi, deselerasi dan dorongan lateral selama balapan.
Jantung dan Otot
Periode tahun di mana pilot paling banyak bekerja adalah antara akhir satu musim dan awal musim berikutnya, kurang lebih sekitar tiga bulanan (Desember, Januari dan Februari).
Karena bertepatan dengan libur kompetisi, waktu mereka didedikasikan untuk persiapan fisik, karena begitu kejuaraan dimulai, mereka sangat sering berkeliling dunia dan pekerjaannya terbatas pada beberapa sesi di gym atau beberapa bersepeda di sirkuit tempat Kejuaraan Dunia berlangsung.
Persiapan berfokus terutama pada area tubuh yang paling stres, yakni leher dan lengan, serta jantung, dengan latihan yang dimaksudkan untuk meningkatkan denyut nadi, dan meningkatkan daya tahan, serta mensimulasikan kondisi yang kemudian akan mereka temukan di trek.
Pelatihan di gym pun biasanya dilakukan dengan menggunakan beban, barbel, dumbel, dan mesin dayung, selain juga squad, push-up, dan perut.
Sedangkan untuk leher, banyak pembalap yang menggunakan helm khusus yang dipasang pada pemberat, dengan pita elastis yang berfungsi sebagai batang pengikat, sehingga harus memberikan tekanan untuk mempertahankan posisi dengan mensimulasikan apa yang terjadi, misalnya, saat menikung, di mana bodi terdorong keluar oleh gaya sentrifugal mobil.
Bagian kaki juga harus dilatih, terutama bagian kiri. Alasannya adalah itu yang harus menginjak pedal rem, mengerahkan tenaga rata-rata lebih dari 130 kilogram.
Sebagai gambaran, ini telah dihitung, semisal di Grand Prix (GP) Spanyol beban total pada pedal dari awal hingga akhir adalah 52 ton, dengan puncak lebih dari 200 kilo pada belokan 10.
Dan kemudian juga olahraga bertinju, bersepeda, berenang dan, selama musim dingin, banyak berjalan di gunung.
Tentunya bukan untuk bermain ski bersama teman-teman, walaupun itu juga terkadang terjadi pada hari libur, melainkan untuk memperkuat otot dengan berjalan ke atas dengan papan ski di kaki untuk melatih jantung agar tidak lelah.
Carlos Sainz berlari
Tetapi, semua pelatihan itu bukannya tanpa pengalihan yang aneh.
Satu contoh, pembalap Ferrari, Carlos Sainz, dalam beberapa pekan pernah terlihat berada di lapangan olahraga Delta Athletics di Sassuolo pada persiapan pramusim bulan Februari lalu.
Masalahnya, jalur tempat dia seharusnya berlatih terletak di sebelah kompleks sekolahan. Jadi, terlepas dari waktu (dia tiba dengan penyamaran pada pukul 8.30 karena mengira para siswa sudah berada di kelas), banyak yang mengenalinya, menyerbu trek untuk berfoto selfie dengan sang juara tim Ferrari.
Maklum, beberapa hari sebelumnya, dia juga telah memposting sesi lain di trek atletik (dengan repitisi lebih dari 800 meter dengan waktu rata-rata tiga menit) ditemani rekan senegaranya Marc Marquez, yang juga sedang mempersiapkan Kejuaraan Dunia MtoGP.
Refleks juga dilatih
Tetapi seorang pembalap Formula 1 juga harus memiliki sesuatu yang lebih dari yang lain dalam hal refleks, dipaksa membuat keputusan sepersekian detik untuk menghindari kecelakaan, menemukan tempat yang tepat untuk menyalip dan momen yang tepat untuk melakukannya.
Semuanya itu berlangsung dengan kecepatan lebih dari 300 kilometer per jamnya. Jadi, dalam program pelatihan, mesin khusus digunakan (salah satunya adalah panel dengan LED bercahaya yang menyala dalam urutan cepat yang harus disentuh pilot dalam waktu sesingkat mungkin) untuk tujuan ini, yaitu penglihatan, kurangi waktu fokus dan tingkatkan koordinasi mata-tangan (untuk ini, bola tenis sederhana juga digunakan yang harus ditangkap dan dilempar lagi oleh sang pembalap).***