- Meiji Yasuda J1 League terus berkembang dan efeknya makin banyak klub Jepang berjaya pada level Asia.
- Setelah enam tahun berdiri, J1 League "mendapat" adik yaitu kasta kedua J.League atau J2 League.
- Tak hanya itu, J.League pun mulai menerapkan single season per musim 2005.
SKOR.id - Klub kontestan Meiji Yasuda J1 League makin banyak yang merangsek ke level atas atau bahkan menjuarai kompetisi Asia.
Mulai 2005, kasta teratas Liga Jepang atau J1 League menerapkan single season sama seperti kompetisi untuk banyak negara di Eropa serta Asia.
Namun untuk penilaian pertandingan, aturan waktu tambahan dihapuskan dari J1 League per musim 2003.
Sejak itu, laga Liga Jepang kasta teratas ada pertandingan yang berakhir tanpa pemenang alias seri.
Untuk nilai, 3 poin bagi kemenangan, 1 kepada dua tim yang mengakhiri laga tanpa pemenang atau seri, dan nirpoin alias 0 untuk kekalahan.
Aturan penilaian ini sebenarnya mengikuti kebijakan kasta kedua Liga Jepang atau J2 League yang mulai diterapkan per 2002.
Mulai musim 2005 sampai 2014 atau 10 tahun kompetisi, tim juara tanpa lagi melakoni pertandingan final pada championship series.
Pada penerapan single season atau tim memainkan dua laga kandang tandang selama semusim, Kashima Antlers yang paling banyak juara yaitu tiga kali.
Hasil Pekan ke-23 Meiji Yasuda J1 League 2020: Kawasaki Frontale Masih Perkasa https://t.co/Gu5EfTk4gr— SKOR Indonesia (@skorindonesia) October 18, 2020
Efek dari penerapan sistem ini, wakil-wakil Jepang pada Liga Champions Asia makin "bicara".
Tercatat sejak Liga Champions Asia menggantikan Asian Club Championship per musim 2002-2003, tiga klub anggota Meiji Yasuda J1 League mampu jadi juara.
Mereka antara lain: Urawa Red Diamonds (2007), Gamba Osaka (2008), dan Kashima Antlers (2018).
Namun, Meiji Yasuda J1 League pada musim 2015 dan 2016 sempat menerapkan sistem split season lagi dengan kompetisi dua putaran plus championship series.
Hanya saja pada championship series pada dua musim ini, hanya diikuti tiga tim.
Tiga tim ini diisi mereka yang secara overall berada di urutan satu sampai tiga dari perhitungan poin dua putaran awal.
Kemudian, tim urutan pertama menunggu pemenang laga antara tim posisi kedua dan ketiga, baru ada final perebutan juara Meiji Yasuda J1 League dilakukan dalam dua leg.
Pada 2015, Sanfrecce Hiroshima yang jadi juara walau tim ini pada putaran pertama ada di posisi tiga dan putaran kedua jadi pemuncak klasemen akhir.
Saat itu, pesaing Sanfrecce Hiroshima adalah Urawa Red Diamonds (pemuncak klasemen akhir putaran pertama) dan Gamba Osaka.
Untuk musim 2016, Kashima Antlers jadi juara Meiji Yasuda J1 League dengan catatan secara perhitungan poin overall hanya di posisi tiga.
Uniknya, Kashima Antlers hanya berstatus pemuncak klasemen akhir putaran pertama dan ada di peringkat tiga putaran kedua.
Sementara itu, dua pesaing mereka adalah Urawa Red Diamonds dan Kawasaki Frontale.
Setelah mengalahkan Kawaski Frontale pada semifinal, Kashima Antlers bersua Urawa Reds pada dua leg final dan menang agregat gol tandang dengan skor akhir 2-2.
Final pertama, Kashima Antlers kalah 0-1 di kandang mereka, tetapi saat tanpil tandang di markas Urawa Reds, justru menang 2-1.
Meiji Yasuda J1 League masuk musim 2017 kembali ke format "pada umumnya" dengan single season tanpa championship series sampai 2020.
Ikuti juga Instagram, Facebook, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Berita J.League lainnya:
Ditekan Publik, Twitter Verifikasi Akun Top Skor J.League Sarjana Teknik dari Afrika
J.League, Edisi Pertama Sampai 2004 Banyak Pakai Split Season Plus Penilaian Unik