- Mantan winger Timnas Swedia, Tobias Hysen, mengaku maniak Football Manager.
- Eks pemain Sunderland tersebut menyebut gim itu jadi penyelamat saat laga tandang.
- Setelah pensiun, Tobias Hysen aktif membangun komunitas Football Manager di negaranya.
SKOR.id - Siapa sangka ada yang menganggap gim Football Manager sebagai penyelamatnya. Hal ini dialami oleh mantan winger Timnas Swedia, Tobias Hysen.
Dia memainkan Football Manager sudah 20 tahun. Biasanya, eks pemain Sunderland berada di depan komputer atau laptop empat sampai lima jam perhari.
Intensitas bermain meningkat ketika dalam perjalanan untuk partai tandang terutama yang membutuhkan jarak tempuh jauh.
“Saya selalu memainkan gim dalam perjalanan di partai tandang. Apakah itu di bis, kereta, pesawat atau kamar hotel. Orang tidak tahu berapa lama waktu tunggu yang dijalani pemain sepak bola, jadi setiap kali Anda harus menunggu di bandara atau hotel, laptop menyelamatkan perjalanan yang membosankan,” ujarnya dikutip dari SPORTbible.
“Bagi saya, duduk di bus selama 2,5 jam justru merupakan kebahagiaan. Itu penyelamat.”
Hysen mengungkapkan betapa ia sangat maniak dengan gim tersebut. Penyerang yang pernah memperkuat Djurgardens IF, IFK Goteborg dan Shanghai SIPG bisa menyelipkan waktu main gim di tengah padatnya jadwal.
“Maksud saya, dari Janueri sampai Maret ketika pramusim di Swedia, Anda berlatih dua kali sehari. Anda latihan pukul 10.00 lalu Anda makan siang. Jadi masih ada dua jam sebelum latihan berikutnya,” ia mengenang.
“Anda pergi ke Lounge Pemain, membuka laptop, menaikkan kaki di atas dan main Football Manager selama dua jam.
“Hal serupa terjadi ketika sampai di rumah dari pertandingan. Katakan, saya tiba di rumah pukul 23.000. Saya masih terpompa dalam adrenalin, jadi saya menghabiskan tiga atau empat jam untuk bermain hanya agar menenangkan diri.
“Mereka mengatakan kami seharusnya rileks selama satu jam saat tiba di rumah, tapi ketika mengakses Football Manager dan tiba-tiba menyadari sudah jam 02.000 dini hari. Anda bertanya, ‘Kemana waktu berlalu?’.”
Ada kisah menarik dalam partai persahabatan Italia lawan Swedia pada 2009. Ketika turun di lapangan, Hysen punya satu misi, yakni meminta jersey Antonio Di Natale.
Bukan karena permainan malam itu sangat bagus, melainkan bomber Udinese sangat subur dalam Football Manager yang dimainkan Hysen.
“Saya akhirnya bertukar kaos dengan Antonio Di Natale! Alasannya, dia sangat sukses di Udinese, pada Football Manager 2006. Dia membuat banyak gol untuk saya. Jadi saya bertekad harus punya kaosnya,” ujarnya sambil tertawa.
Setelah pensiun tahun lalu, pria 40 tahun tersebut bersama koleganya sesama anggota Timnas Swedia, Pontus Wernbloom, mengembangkan komunitas FM di negaranya. Mereka memiliki siniar dan mengelola akun Twitter.
Berita Entertainment Lainnya
Baca Juga: David Beckham Kabur dari Hotel Bintang 5 Seharga Rp380 Juta Semalam
Baca Juga: Piotr Zielinski Bangun Panti Asuhan untuk Anak-Anak dari Keluarga Bermasalah