SKOR.id - Lobi yang dilakukan Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, dinilai sudah maksimal. Hal itu dituturkan pengamat sepak bola Kesit Budi Handoyo dalam pemaparan hasil survei Lembaga Survei Indonesia yang digelar di Jakarta, Minggu (9/4/2023).
Berdasarkan hasil survei itu, persentase publik yang meyakini Erick Thohir telah berjuang maksimal agar FIFA tidak mencabut status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 menembus angkat 80,6 persen. Sedangkan persentase yang tidak puas dengan kegagalan lobi sang Menteri BUMN hanya 12,6 persen.
"Jika melihat usaha apa yang dilakukan Erick Thohir sudah maksimal. Masyarakat juga menilai itu dan saya sependapat. Hanya saja, pemerintah tidak bisa mengontrol aksi politisi-politisi kita menyangkut soal isu penolakan Israel,” kata Kesit.
“Seandainya tegas sejak awal, situasinya tidak akan semakin parah. PSSI jadi korban. Dalam situasi yang begini, meski sudah maksimal, sulit bagi Erick Thohir memperbaiki keadaan. Meski demikian, kita patut bersyukur FIFA tidak menjatuhkan sanksi berat," Kesit menambahkan.
Seperti diketahui, isu penolakan Israel oleh beberapa kelompok organisasi masyarakat maupun partai politik, menjadi salah satu alasan terkuat bagi FIFA untuk membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023.
Maka itu, pengamat lainnya, Mohammad Kusnaeni meminta Pemerintah Indonesia memberikan dukungan penuh kepada stakeholder olahraga, salah satunya PSSI. Sehingga pengembangan olahraga nasional tumbuh maksimal.
“Ironis jika orang seperti Erick Thohir yang sudah berjuang maksimal, dan sejalan dengan arahan Presiden, tidak mendapat dukungan dari sektor lain. PSSI dan pengurus olahraga lain harus duduk satu meja beserta pemerintah. Kita harus putuskan posisi olahraga ke depan seperti apa. Apakah mau berkibar di level internasional dengan menjadi tuan rumah event-event besar, atau hanya begini-begini saja,” kata lelaki yang akrab disapa Bung Kus ini.
“Aturan main di olahraga sudah jelas, berbeda dengan politik. Jika mau jadi tuan rumah hajatan besar olahraga, kita tidak bisa menolak negara-negara yang tidak punya hubungan diplomatik untuk datang dan bertanding," Kusnaeni menjelaskan.
Seperti diketahui, akibat pembatalan ini, Indonesia hanya diberikan sanksi administrasi oleh FIFA. Yaitu tidak diberikan dulu akses untuk mendapatkan dana dari program FIFA Forward.
Keputusan ini disyukuri oleh Erick Thohir maupun pencinta sepak bola nasional. Pasalnya, jika sampai FIFA memutuskan Indonesia dibekukan (banned) itu akan merugikan sepak bola Indonesia, karena tidak bisa melakukan pertandingan internasional baik di level timnas maupun klub.
Erick pun menilai keputusan FIFA ini sebagai kartu kuning bagi sepak bola Indonesia. Ia pun berharap, selanjutnya proses transformasi sepak bola Indonesia bisa berjalan baik. Apalagi FIFA tetap berkomitmen akan membantu proses tersebut.