- Liga Coca Cola pernah eksis di sejumlah kota di Indonesia pada 2010 dan ini ajang sepak bola pelajar.
- Salah satu alumni Liga Coca Cola adalah bintang tarkam asal Bogor, Gunandy Prasetyo.
- Pada saat masih berstatus pelajar, Gunandy Prasetyo membela tim sekolahnya di Liga Coca Cola.
SKOR.id - Liga Coca Cola pernah eksis sebagai ajang sepak bola antar pelajar dengan tim sekolah level SMA dan salah satu alumni kompetisi ini adalah bintang tarkam asal Bogor.
Ya, Gunandy Prasetyo merupakan pesepak bola usia pelajar pada 2010 dan dia eksis membela tim sekolahnya.
Salah satu ajang yang diikuti lelaki dengan nama tenar Cboll ini adalah Liga Coca Cola.
"Saya ikut sejumlah kompetisi anak-anak dan pelajar sejak kecil," ujar Cboll kepada Skor.id beberapa waktu lalu.
"Liga Campina, Liga Lifebuoy, sampai Liga Coca Cola adalah kompetisi yang pernah saay ikuti," tuturnya.
Kini, Gunandy memilih profesi sebagai pesepak bola walau bukan level pro. Dia memilih jalur tarkam.
Meski demikian, Gunandy adalah bintang tarkam asal Bogor yang jika bicara soal bayaran dan ''mewahnya'' sepak bola amatir ini, dia sangat bangga dengan pilihannya.
Lelaki kelahiran 1992 ini mengatakan, tarkam adalah bagian penting dari kariernya di sepak bola.
Sebab, Cboll mengakui, dia menggantungkan hidupnya dari sepak bola tarkam dan tak lagi punya pekerjaan formal.
"Saya serius bermain tarkam sejak 2015. Saat itu, saya juga kerja di sebuah kantor pembiayaan dan sudah karyawan tetap," ujar Cboll, Rabu (25/11/2020) siang.
"Karena kerja sebagai karyawan, saya tak memakai uang hasil tarkam. Uang itu saya kumpulkan saja," tuturnya.
"Ternyata, uang dari tarkam cukup besar jika saya rajin dan banyak mendapatkan tawaran main. Meski, saya harus bagi waktu dengan kerja kantoran."
Lantas, berapa uang sekali main pada laga tarkam yang dijalani Cboll?
Menurut pemain sayap ini, dia minim menerima uang sekitar 500 ribu rupiah sekali main dan itu untuk fase awal turnamen.
Jika tim yang dia bela mampu bermain lebih jauh pada sebuah turnamen, Cebol bisa mendapatkan bayaran lebih tinggi.
"Kalau kami melaju ke fase-fase selanjutnya, saya pasti dapat tambahan lebih banyak lagi uangnya," kata Cboll.
"Itu yang membuat saya akhirnya meninggalkan pekerjaan sebagai karyawan mulai 2017 dan fokus main tarkam saja," ucapnya mantap.
Cebol juga mengaku sangat percaya diri sebagai pesepak bola dengan status pemain tarkam, tanpa pernah gabung klub level apapun di Liga Indonesia.
Meski diakuinya, dia sering mendapatkan tawaran main untuk klub level Liga 3, tetapi Cboll lebih memilih tarkam saja.
"Kalau klub Liga 3 itu tak serius, bayarannya juga kurang maksimal. Saya mending tarkam, jelas, sekali main langsung bayaran," ujar Cboll.
"Saya juga tak pernah punya mimpi lebih main di kompetisi pro, karena saya menikmati sebagai pemain tarkam."
Cboll yang tak punya tim langganan, mengaku bisa seminggu main lima kali untuk tim beda.
"Bahkan, saya pernah selama sebulan hanya libur beberapa hari saja. Selain itu, saya dapat tawaran main di banyak turnamen," tutut Cboll.
"Saya juga pernah main tarkam sampai Batam. Bahkan, saat itu tim saya lolos ke semifinal," ujarnya.
"Namun, kami dipulangkan dan tak main di semifinal karena tim itu ganti pemain dengan pesepak bola Liga 1. Tetapi, tim itu justru kalah dan gagal ke final."
Ikuti juga Instagram, Facebook, dan Twitter dari Skor Indonesia.
View this post on Instagram
Baca juga Berita Coca Cola lainnya:
Tiga Player Positif Covid-19, Grand Final PMGC 2020 Batal Digelar di Coca Cola Arena, Dubai