- Perwakilan LaLiga di Indonesia menyebut bakat pemain muda negeri ini cukup bagus.
- Melalui Jakarta School Football Association (JSFA), LaLiga ingin menjadi jembatan bagi bakat pemain muda Indonesia.
- Kompetisi dari JSFA sempat tak maksimal karena pandemi pada 2020, akan kembali eksis bersama LaLiga untuk 2021.
SKOR.id - Pesepak bola muda Indonesia memiliki bakat yang tak kalah bagus dan hal itu menarik perhatian La Liga lalu menjembataninya bersama JSFA.
Ya, LaLiga bekerja sama dengan JSFA untuk mengembangkan sepak bola akar rumput Indonesia dengan metodologi LaLiga serta sepak bola Spanyol.
Dengan bakat yang mumpuni, LaLiga dengan salah satu misi mereka siap membantu mengembangkan sepak bola akar rumput di Indonesia.
LaLiga pun siap memberikan program pengembangan terbaik, termasuk turnamen sepak bola akar rumput yang mengikuti sistem turnamen profesional.
Komitmen ini diwujudkan melalui kesepakatan kerja sama baru-baru ini antara LaLiga dan Jakarta School Football Association (JSFA).
Kemitraan ini bertujuan untuk menyediakan platform kompetitif bagi sekolah-sekolah di Jakarta dan Indonesia untuk pengembangan sepak bola akar rumput.
"LaLiga sadar bahwa Indonesia memiliki begitu banyak talenta sepak bola di seluruh Tanah Air," ujar Rodrigo Gallego, Delegate of LaLiga Global Network, Indonesia.
"Dengan kerja sama ini, kami ingin mendukung perkembangan sepak bola Indonesia dari tingkat akar rumput," ucapnya menambahkan.
Menurut Rodrigo Gallego, mereka berharap turnamen ini dapat memberikan anak-anak perasaan bermain di turnamen yang nyata dan profesional.
Apalagi, Rodrigo Gallego menyatakan jika ajang yang dipandegani LaLiga ini disiapkan untuk berkembang pelaksanaannya tak hanya di Jakarta, tetapi di beberapa kota besar negeri ini lainnya.
Namun yang pasti, Rodrigo Gallego menekankan hal ini tak serta merta menjadikan pemain muda Indonesia punya kesempatan mudah berkarier di Eropa khususnya Spanyol.
Hanya saja, LaLiga punya harapan para pemain usia muda yang punya bakat bagus punya pengalaman lebih untuk sepak bola yang ditekuninya.
"Minimal, para pemain muda ini bertambah pengalamannya dan punya bekal ketika bermain di luar Indonesia," tutur Rodrigo Gallego.
"Kami tak menjamin mereka bisa mudah ke Eropa khususnya Spanyol, melainkan membekali mereka dengan hal yang penting jika akhirnya akan mengadu nasib ke luar negeri."
"Bisa saja, para pemain muda ini pada masa depan main di Malaysia, Thailand, atau Jepang dan bahkan Eropa. Ajang ini bisa jadi tambahan bekal mereka," ujarnya.
Untuk Jakarta School Football Association (JSFA), organisasi ini didirikan pada 1995 oleh sekelompok orang tua murid British International School.
Mereka punya tujuan untuk membentuk asosiasi sepak bola antar sekolah dari segala usia di wilayah Jabodetabek. Sejak itu, JSFA telah berkembang dari 6 sekolah dan 12 tim pada 1995 menjadi salah satu kompetisi sepak bola sekolah terbesar di dunia.
Hampir 200 tim dari sekitar 60 sekolah dan mampu mengumpulkan lebih dari 3.000 pemain. LaLiga memiliki nilai yang sama dengan JSFA.
Kedua belah pihak memperjuangkan inklusi, semangat tim, dan interaksi sosial serta elemen kompetisi yang sehat.
Respek, sikap sportif, dan permainan yang adil adalah nilai-nilai inti dari kedua belah pihak.
Kompetisi dituntut untuk tidak hanya mengembangkan keterampilan mereka sebagai pemain sepak bola, tetapi juga karakter mereka yang menjunjung tinggi nilai-nilai kompetitif yang sehat.
Oleh karena itu, Indonesia perlu melangkah lebih jauh dalam menyediakan platform kompetisi dari anak-anak muda untuk meniru apa yang telah berhasil dikembangkan di Eropa.
Di mana, sistem ini diterapkan dengan baik di semua kategori mulai dari kategori usia U-6.
Turnamen ini juga diharapkan dapat menanamkan metodologi LaLiga dan sepak bola Spanyol di kalangan talenta dan pemain muda yang berpartisipasi dalam turnamen tersebut.
View this post on Instagram
Berita LaLiga lainnya:
Meski Ditentang Real Madrid dan Barcelona, Mayoritas Klub LaLiga Dukung Kesepakatan dengan CVC