- Piala AFF 2007 menjadi kegagalan pertama timnas Indonesia lolos dari fase grup.
- Ponaryo Astaman, kapten timnas Indonesia kala itu, menyebut minimnya waktu persiapan menjadi faktor kegagalan.
- Ponaryo Astaman juga mengenang momen menjelang laga hidup dan mati melawan Singapura di Piala AFF 2007.
SKOR.id - Timnas Indonesia gagal di Piala AFF 2007, Ponaryo Astaman mengungkapkan momen yang berkesan baginya di turnamen tersebut.
Piala AFF 2007 menjadi kali pertama pasukan Merah Putih gagal melaju ke babak semifinal.
Setelah menang (3-1) atas Laos pada laga pertama, timnas Indonesia harus menelan dua hasil imbang melawan Vietnam (1-1) dan Singapura (2-2).
Pasukan Garuda yang punya poin lima seraya Singapura dan Vietnam harus tersingkir karena kalah produktivitas gol; +2 berbanding +11 dan +9.
Saat timnas Indonesia hanya bisa menang 3-1 atas Laos, Singapura dan Vietnam mampu berpesta gol atas tim tersebut dengan kemenangan 11-0 dan 9-0.
Kapten timnas Indonesia kala itu, Ponaryo Astaman, membenarkan bahwa kegagalan tersebut adalah karena hasil tak terduga pada laga pertama.
Barisan penyerang pasukan Garuda menuai kritikan karena tak menunjukkan ketajaman sehingga gagal lolos ke semifinal untuk pertama kali sepanjang sejarah.
Padahal, pelatih timnas Indonesia saat itu, Peter Withe, banyak memanggil penyerang untuk Piala AFF 2007.
Ada tujuh nama penyerang di skuad waktu itu yakni Saktiawan Sinaga, Budi Sudarsono, Elie Aiboy, Ilham Jaya Kesuma, Zaenal Arief, Atep, dan Bambang Pamungkas.
"Komposisi pemainnya belum pas banget, waktu itu justru banyak striker sebetulnya. Tapi karena mepetnya persiapan jadi belum nemu formasi yang pas," kata Ponaryo Astaman kepada Skor.id, Kamis (30/4/2020) malam.
Meski banyak sosok penyerang, namun tak ada yang menyumbangkan banyak gol.
Top skor Indonesia pada turnamen tersebut Atep dan Saktiawan dengan dua gol, sedangkan Ilham dan Arief mengoleksi sebiji gol.
Tepis Disharmonisasi, Peter Withe Pelatih Simpel
Peter Withe menjadi kambing hitam dari kegagalan timnas Indonesia di Piala AFF 2007.
Pelatih asal Liverpool, Inggris, itu dinilai terlalu subyektif dalam menurunkan pemain. Pemain yang dekat dengannya disebut lebih mudah menjadi starter.
Ponaryo tak setuju dengan pendapat tersebut. Menurutnya, Peter Withe adalah pelatih yang simpel.
"Saat pertama dia pegang Indonesia pada 2004 itu sederhana sekali dia. Latihan sederhana, formasi sederhana, milih pemain juga sederhana," ucap eks-pemain PSM Makassar itu.
"Siapa yang bagus di liga? Siapa top skor? Ilham, oke Ilham main. Karena dia kan baru, belum ada gambaran," ia menjelaskan.
Seiring berjalannya waktu, Peter Withe mencoba lebih mendalami karakter pemain timnas Indonesia.
Puncaknya pada 2007 ketika Peter Withe berusaha memainkan gaya yang baru bersama tim Garuda, namun justru hancur lebur di fase grup.
Berbekal pengalaman menembus final Piala Tiger 2004, ia mencoba eksperimen dengan membawa lebih banyak penyerang.
"Menurut saya itu sedang transisi dengan pola yang betul-betul diinginkan Peter Withe, karena di awal-awal dia masuk ke Indonesia dia cuma memanfaatkan materi yang ada," ucap Ponaryo.
"Kemudian satu dua tahun setelah itu coba bermain dengan karakter yang dia mau, nah itu yang enggak jalan buat pemain. Peter Withe kan dulu 4-4-2 banget."
Ponaryo juga menepis adanya disharmonisasi tim karena pelatih yang dituding tidak fair dalam memasang pemain.
"Tekanannya saja yang besar saat itu, apalagi kami menyianyiakan pertandingan pertama. Kami dibayang-bayangi kegagalan pertama di Piala AFF," katanya.
Piala AFF 2007 menjadi turnamen terakhir Withe bersama Indonesia, ia dipecat setelah gagal membawa pasukan Merah Putih lolos ke semifinal.
Santai Jelang Laga Hidup dan Mati
Penyesalan terbesar Ponaryo dan para pemain timnas Indonesia saat itu adalah hasil pada pertandigan pertama.
Timnas Indonesia memang menang 3-1 atas Laos, namun menilik kekuatan tim lawan skor tersebut jauh dari harapan.
Celakanya, Singapura dan Vietnam yang menjadi rival Indonesia di Grup B mampu memetik kemenangan dengan skor mencolok atas Laos.
"Saya lihat semua pemain menyesal hanya menang 3-1 pada pertandingan pertama, itu kelihatan sekali," kata Ponaryo.
Beban di pundak pemain timnas Indonesia makin berat setelah pada pertandingan kedua bermain imbang 1-1 melawan Vietnam.
Menjelang pertandingan ketiga, situasi di tabel klasemen Grup B memanas. Singapura memuncaki klasemen dengan poin 4, Indonesia di tempat kedua dengan poin yang sama, Vietnam baru menorehkan dua angka.
Laga terakhir melawan Singapura menjadi pertandingan hidup dan mati bagi Indonesia.
Kemenangan wajib diraih jika ingin lolos ke babak selanjutnya. Sebab hasil imbang saja bisa membuat Indonesia terjun ke peringkat ketiga.
Maklum, Vietnam hanya tinggal melawan Laos pada pertandingan terakhir. Tiga poin seolah sudah digenggam Vietnam sebelum pertandingan tersebut.
Namun, jelang pertandingan superpenting itu, tak semua pemain timnas Indonesia merasakan gugup.
Ponaryo ingat betul kejadian pada malam hari sebelum pertandingan kontra Singapura, dua winger lincah timnas Indonesia justru asyik bermain catur.
"Pemain lain seperti nervous memikirkan pertandingan terakhir melawan Singapura. Tapi pas jalan-jalan ke kamar lain saya lihat Budi (Sudarsono) dan Elie (Aiboy) malah santai banget bermain catur," Ponaryo mengenang kejadian tersebut.
"Kami semua kaget, tapi mereka bilang, 'sudah enggak usah tegang, kita lihat saja besok di lapangan'. Macam-macam kan pemain, ada yang tegang ada yang santai seperti Budi dan Elie. Itu caranya mereka menenangkan diri," ucap dia.
Selain kejadian menggelikan pada malam menjelang laga kontra Singapura, Ponaryo juga ingat momen cedera yang menimpa Ismed Sofyan.
Ismed sejatinya masuk dalam daftar starting line-up melawan Singapura, namun detik-detik terakhir sebelum pertandingan dimulai, nama Ismed digantikan oleh Supardi Nasir.
Bek veteran Persija Jakarta itu mengalami cedera pada sesi pemanasan sebelum laga.
Baca Juga Berita Piala AFF Lainnya:
Kilas Balik Piala Tiger 2004: Langkah Timnas Indonesia Diwarnai Protes Persija dan PSM
Kilas Balik Piala Tiger 2002: Timnas Indonesia dan Vietnam, Tim Paling Subur Tanpa Mental Juara