SKOR.id – Seniman besar Betawi Benyamin Sueb memang sudah wafat hampir tiga dekade lalu (tepatnya 5 September 1995) pada usia yang relatif belum terlalu tua, 56 tahun. Meskipun sudah tiada, warisan aktor, pelawak, sutradara, dan penyanyi itu untuk industri hiburan Indonesia.
Tidak kurang 75 album musik – termasuk 4 di antaranya album musik Betawi – dan 53 judul film membuktikan kebesaran Benyamin sebagai seorang seniman serba bisa.
Kesuksesan Benyamin Sueb di industri musik berawal dari keputusannya bergabung dengan grup Naga Mustika. Dari grup itulah nama Benyamin Sueb menjelma menjadi salah satu penyanyi top di era 1970-an.
Pencinta lagu-lagu bernuansa Betawi tentu tidak asing dengan judul lagu-lagu Kompor Mleduk, Tukang Garem, Nonton Bioskop, dan Nyai Dasimah.
Selain bernyanyi dengan kelompok musiknya, Benyamin Sueb mengajak Ida Royani untuk berkolaborasi, dan sukses. Lagu-lagu duet Benyamin-Ida Royani yang akrab di telinga publik di antaranya Abang Pulang, Bini Tua, Aturan Asyik, Hujan Gerimis, dan lain-lain.
Salah satu lagu top Benyamin Sueb adalah Badminton. Lagu ini terbilang unik karena selain berbahasa Sunda, tema lagu bukanlah tipe lagu-lagu yang biasa dinyanyikan Benyamin Sueb.
Lagu Badminton diciptakan oleh seniman asal Jawa Barat R.H. Koko Koswara atau yang akrab disapa Mang Koko
Tidak jelas kapan tepatnya lagu Badminton diciptakan (kemungkinan 1946). Namun, lagu ini kali pertama muncul pada 1955 bersama grup yang dibentuknya, yaitu Kantja Indihiang.
Mang Koko juga pernah mengaransemen lagu Badminton ini untuk format Rampak Sekar
(istilah paduan suara dalam musik karawitan Sunda). Adapun lagu Badminton yang dibawakan oleh Benyamin Sueb adalah hasil aransemen Eri RAF.
Dari sisi tema, lagu Badminton ini mengisahkan tentang aktivitas (olahraga) sehari-hari yang begitu populer. Hebatnya, Mang Koko mampu membuat notasi dan lirik yang tidak hanya eksentrik namun juga catchy.
Dari sisi musikalitas, aransemen karya Eri RAF juga luar biasa, out of the box. Warna musik gambang kromong tiba-tiba berubah menjadi musik blues rock.
Belum lagi lirik. Bahasa Sunda dikombinasikan bahasa Indonesia dan Inggris. Belum lagi celetukan-celetukan nyeleneh ala Sunda.
Dari sisi sejarah, juga ada beberapa hal menarik. Mang Koko seolah sudah mampu memprediksi bila Indonesia saat itu bakal segera menjadi salah satu kekuatan bulu tangkis dunia.
Lagu Badminton dipopulerkan pada 1955. Sementara, Indonesia baru kali pertama memenangi Piala Thomas pada 1958.
Tan Yoe Hok menjadi orang Indonesia pertama yang menjuarai All England, dengan menguasai nomor paling bergengsi tunggal putra, pada 1959. Sementara, Rudy Hartono mengawali delapan gelar All England-nya – tujuh di antaranya beruntun – mulai 1968.
Sejumlah pihak menyebut tidak ada hubungannya antara lagu Badminton ciptaan Mang Koko dengan keperkasaan Indonesia yang terjadi setelah lagu itu muncul. Paling tepat, Mang Koko terinspirasi dari melihat orang-orang Belanda atau asing lain yang bermain bulu tangkis.
Hal itu diperkuat sebagian lirik lagu Badminton yang menunjukkan suasana pada masa seusai pendudukan Belanda itu. Sebut saja lirik yang menyebut permainan ini dilakukan di kebun bambu (kayu).
BADMINTON
Penyanyi: Benyamin Sueb
Ciptaan: Mang Koko (R.H. Koko Koswara)
Badminton di mana mana
Di kampung jeung di kota
Badminton keur suka suka
Ngalipur manah sungkawa
Dilob, apung-apungan
Dicok, kana net nyangsang
Dismesh, ka beulah kenca
Backhand, tisoledat
Kok na, ku bulu entog
Net na, samping na butut
Raket na, panggebug kasur
Tempat na, tempat na di kebon awi
Urang nu backhand
Abdi nu forehand
Abdi second hand
Maneh second hand