- Striker asing Arema FC, Abel Camara menjadi saksi dalam Tragedi Kanjuruhan yang mengakibatkan banyak korban jiwa.
- Abel Camara mengatakan bahwa ruang ganti Arema FC sempat menampung tujuh hingga delapan korban meninggal dunia.
- Ketika keluar dari stadion, Abel Camara melihat jejak darah, sepatu, pakaian, hingga mobil-mobil yang terbakar.
SKOR.id - Striker asing Arema FC, Abel Camara menjadi saksi dalam kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang yang mengakibatkan ratusan orang meninggal dunia, Sabtu (1/10/2022) malam.
Abel Camara dan para pemain Arema FC lain tak bisa menghindari situasi horor di stadion. Ia mendengar suara tembakan gas air mata dan berbagai keributan lain.
Diapun tak sempat mengingat bahwa telah mencetak dua gol ke gawang Persebaya sekalipun gagal menyelamatkan Arema FC dari kekalahan dengan skor 2-3.
Kepada media Portugal, Maisfutebol, Abel Camara menceritakan bahwa suasana derbi sudah terasa di Kota Malang seminggu jelang laga menghadapi Persebaya.
Ia mendengar dari banyak pihak bahwa sangat penting bagi Arema FC bisa mengalahkan Persebaya dalam laga pekan ke-11 Liga 1 2022-2023.
Namun ketika akhirnya tim berjuluk Singo Edan kalah, suasana stadion menjadi tidak kondusif.
Suporter turun ke lapangan dan memaksa petugas keamanan membawa para pemain Arema FC masuk ke ruang ganti.
Di sana, para pemain Arema FC tak bisa lekas meninggalkan stadion karena di luar terjadi keributan. Empat jam skuad Singo Edan bertahan di ruang ganti.
Pada saat yang bersamaan, ruang ganti tim Arema FC berubah menjadi lokasi yang aman untuk menampung para korban yang lemas dan tak sadarkan diri akibat terkena gas air mata.
Abel Camara dan para pemain Arema FC pun akhirnya harus menjadi saksi bahwa ada sekitar tujuh hingga delapan suporter yang meninggal dunia di ruang ganti tersebut.
"Ini adalah derby yang sangat lama dan selama seminggu sudah terasa di seluruh kota bahwa itu adalah pertandingan dengan lebih dari tiga poin," kata Abel Camara.
"Mereka bilang ini adalah permainan hidup dan mati, bahwa kami bisa kalah dalam setiap pertandingan kecuali yang ini. Ada ketegangan di udara."
"Setelah kami kalah, kami pergi untuk meminta maaf kepada para penggemar. Mereka mulai memanjat pagar, kami pergi ke ruang ganti. Sejak saat itu, kami mulai mendengar tembakan."
"Kami memiliki orang-orang di dalam ruang ganti yang terkena gas air mata dan meninggal tepat di depan kami. Kami memiliki sekitar tujuh atau delapan orang tewas di ruang ganti," ujarnya menambahkan.
Setelah kericuhan di dalam stadion mereda, para pemain dan pelatih Arema FC akhirnya diizinkan untuk keluar dari ruang ganti.
Ketika keluar, Abel Camara melihat jejak-jejak kerusuhan yang berbekas seperti darah, sepatu, pakaian, hingga mobil-mobil yang terbakar.
"Kami harus tinggal di sana selama empat jam sebelum mereka berhasil mendorong semua orang menjauh," ucap Abel Camara.
"Ketika kami pergi, ketika semuanya lebih tenang, ada darah, sepatu kets, pakaian di seluruh aula stadion."
"Ketika kami meninggalkan stadion dengan bus, ada mobil sipil dan polisi yang terbakar, tetapi kami memiliki perjalanan yang mulus ke pusat pelatihan kami."
"Kami mengambil mobil dan pulang. Sekarang, kami berada di rumah, menunggu untuk melihat apa yang akan terjadi," tuturnya.
Berita Arema FC Lainnya:
Arema FC Bakal Tanggung Biaya Pengobatan Korban Luka Tragedi Kanjuruhan
PSSI Jelaskan soal Jam Tanding Arema FC vs Persebaya Tak Digeser meski Diminta Kepolisian
127 Orang Meninggal Dunia dalam Kerusuhan di Kanjuruhan Usai Laga Arema FC vs Persebaya