- Indriyanto Nugroho yang kini menjadi asisten pelatih timnas Indonesia U-19 mengenang "tragedi" uang cepek atau Rp100, sepulangnya dari Italia.
- Polemik transfer cepek yang menimpa Indriyanto Nugroho ini muncul saat Arseto Solo dan Pelita Jaya sama-sama ingin memiliki sang pemain sekembali dari Italia.
- Pada 1995, Indriyanto Nugroho baru kembali dari Italia bersama tim PSSI Primavera dan "tragedi" uang cepek itu ramai.
SKOR.id - Arseto sebagai pemilik Nugroho Indriyanto akhirnya melepas lelaki dengan sapaan Nunung ke Pelita Jaya dengan transfer yang menghebohkan, yakni sebesar Rp100 alias seratus perak atau cepek.
Saat itu, Nunung menceritakan bahwa setiap bermain di luar kandang, selalu dilempari koin Rp100 oleh penonton
Namun, semua itu mewarnai perjalanan karier sosok Indriyanto Nugroho. Apalagi, hal itu sempat menjadi pusat perhatian publik sepak bola nasional.
Roger Federer Mengaku Berutang pada Mendiang Michael Jaksonhttps://t.co/BUoS9ECxnd— SKOR Indonesia (@skorindonesia) June 27, 2020
Polemik ini muncul ketika Arseto Solo dan Pelita Jaya kala itu sama-sama bersemangat untuk memakai jasa pemain ini.
Indriyanto Nugroho kembali ke Indonesia pada 1995 dari Italia setelah berguru dalam program PSSI Primavera.
Kala itu, Arseto Solo mengklaim adalah pemilik sah Indriyanto Nugroho. Ini karena Indriyanto tercatat sebagai pemain dari Diklat Arseto sebelum ke Italia.
Baca Juga: Sinyal Liga 3 Bakal Digelar Bulan Oktober atau November
Akhirnya, polemik Arseto dan Pelita Jaya ini berujung damai di Sekretariat PSSI pada Maret 1996.
Hasilnya adalah Arseto melepas Nunung ke Pelita Jaya dengan transfer yang menghebohkan yakni sebesar Rp 100 alias seratus perak!!
Momen inilah yang kemudian menjadi salah satu yang paing dikenang oleh Nunung selama karier profesional yang dimulainya pada usia 19 tahun, kala itu.
“Yang paling saya ingat adalah bagaimana saya setiap bermain di luar kandang, selalu dilempari koin Rp100 oleh penonton," ujar Nunung, Jumat (26/6/2020).
"Ini selalu berulang pada setiap laga yang saya jalani. Di Medan, Padang, hingga Bandung, saya selalu dihujani koin Rp100,” katanya saat ditemui Skor.id di bekas markas suporter Pasoepati di Solo.
Baca Juga: Liga Indonesia Segera Pakai VAR, Begini Penjelasan Dirut PT LIB
Meski mengaku syok dengan kasus transfer cepek itu, Nunung mengaku ini adalah bagian kisah masa lalunya yang justru membuatnya lebih terlecut membuktikan kualitasnya.
"Orang tua, keluarga, hingga rekan sesama pemain termasuk para pesepak bola senior kala itu terus memberikan semangat pada saya," kata Nunung.
"Ini yang membuat saya makin kuat dan akhirnya dapat membuktikan lewat kemampuan yang ada,” ucap pemain kelahiran Sukoharjo ini.
Nunung mengakui bahwa pengalaman itu membuatnya belajar untuk makin kuat menjalani hadangan dengan tidak mudah.
"Saya berjuang keras selama dua tahun untuk keluar dari tekanan akibat kondisi kala itu hingga akhirnya berhasil," ujar Nunung.
"Namun terus terang saja sampai sekarang juga, saya masih terngiang hal itu,” tuturnya sambil tertawa.