- AS Roma mengalami kemelut yang berimbas pada pudarnya peluang melaju ke Liga Champions musim depan.
- Dua kekalahan beruntun membuat pelatih Paulo Fonseca dan timnya jadi sasaran amarah suporter.
- Padahal, tren negatif muncul sebagai akumulasi dari beragam problem internal yang juga melibatkan direksi.
SKOR.id – Pergantian tahun menjadi awal mimpi buruk AS Roma. Target ke Liga Champions kian kabur yang membuat pelatih Paulo Fonseca dan tim jadi sasaran kemarahan tifosi di dunia maya maupun nyata.
Sabtu (4/7/2020), di depan pusat latihan Trigoria, terbentang spanduk panjang yang berisi protes suporter menyusul dua kekalahan beruntun.
Selisih 12 poin dari Atalanta, peringkat keempat klasemen Liga Italia, membuat jalan ke Liga Champions kian terjal.
Sejak Januari 2020, tim membukukan tujuh kekalahan, menang empat kali dan seri sekali. Tifosi yang kecewa menyebut tim memalukan. Padahal bukan mereka biang keroknya.
Tak pantas menjadikan Fonseca sebagai tameng. Ada berbagai pemicu sengkarut yang menerpa klub ibu kota tersebut.
Berikut masalah AS Roma yang perlu diselesaikan untuk menghindari kejatuhan lebih dalam.
1. Aspek Ekonomi
Presiden James Pallotta sepertinya tak bisa lagi menyuntikkan modal secara jor-joran. Saat ini, neraca Roma mengalami defisit hingga 126 juta euro (sekitar Rp2 triliun) dan utang 120 juta euro.
Ia pun mencari partner atau calon pemilik baru. Pengusaha asal Texas, Dan Friedkin, dikabarkan akan menyerap saham mayoritas.
Pengacaranya sudah bekerja, proses uji kelayakan sudah dilakukan, tapi jabat tangan antara kedua belah pihak tak kunjung terjadi.
Penurunan pencapaian ditambah dengan pandemi Covid-19 membuat Friedkin mundur sejenak sambil melihat perkembangan situasi. Kabarnya ada dua grup pengusaha asal Negeri Paman Sam yang tertarik mengakuisisi
Pallotta ingin penawar yang siap memenuhi permintaan harga, minimal 525 juta euro, paling lambat 31 Agustus 2020.
Untuk saat ini, para pemain dan pelatih bersedia memangkas gajinya untuk meringankan beban klub. Langkah yang patut diapresiasi.
2. Pertengkaran Direksi
Pertikaian antara patron klub dengan Direktur Olahraga AS Roma, Gianluca Petrachi, April 2020, sempat jadi sorotan. Keduanya terlibat beda pendapat ketika rapat soal penanggulangan krisis di tengah pandemi virus corona.
Pallotta tidak mau memberi keleluasaan dalam bursa transfer setelah mempertimbangkan kondisi finansial klub. Dalam wawancara dengan Roma TV, pengusaha di bidang investasi itu bahkan tak menyebut nama Petrachi, ketika memuji kinerja direksinya.
Petrachi merasa tak dihargai sehingga menjauh dari tim. Puncaknya, mantan direktur olahraga Torino itu mengirim sms bernada ofensif kepada bosnya yang berbuntut pada perintah skorsing. Padahal kontraknya masih berlaku hingga Juni 2022.
Tentu saja itu, cara halus untuk mengusir Petrachi. Untuk sementara, jabatan tersebut dirangkap oleh CEO Guido Fienga. Kemungkinan musim depan, eks kiper Morgan De Sanctis yang akan dipromosikan mengisi posisi itu.
Terlepas dari sifatnya yang ‘sumbu pendek’, kinerja Petrachi patut diapresiasi. Ia memiliki pengalaman panjang sebagai penanggung jawab mercato, yakni sejak 2006 di Pisa.
Dua pemain yang dipinjamnya pada musim panas lalu, Henrikh Mkhitaryan dan Chris Smalling, mempersembahkan penampilan impresif.
3. Krisis Tim
Krisis tim muncul salah satunya karena direksi kurang terlibat. Presiden James Pallotta mungkin hanya menyambangi Trigoria kurang dari lima kali dalam setahun. Ia lebih banyak bekerja di Boston, Amerika Serikat.
Direktur AS Roma, termasuk Petrachi, pun jarang menjenguk tim. Paulo Fonseca seolah bekerja dalam mode autopilot.
Tentang pandangan bahwa petinggi klub menjadikannya sebagai tameng, pelatih menekankan bahwa dia tidak diabaikan.
Selepas lockdown, Edin Dzeko dan kawan-kawan sempat tampil menjanjikan ketika berhadapan dengan Sampdoria, Rabu (24/6/2020), dengan kemenangan 2-1.
Tapi pada dua pertandingan berikutnya, I Lupi tampak kehilangan taring. Mereka tak mampu mengadang AC Milan dan tim yang dekat dengan zona degradasi, Udinese. AS Roma dibungkam masing-masing, 0-2.
Pelatih asal Portugal itu menilai faktor mental lemah yang paling berpengaruh, baru fisik. Sebelum latihan, akhir pekan kemarin, Fonseca mengajak bicara anak buahnya tentang kendala tersebut.
Mungkin itu adalah buah dari persiapan yang kurang matang. Terkait dengan fisik yang mudah lelah, tanggung jawab ada pada staf persiapan atletik Ed Lippie yang merupakan orang kepercayaan James Pallotta.
Meski kondisi eksternal dan internal kurang mendukung, tak ada salahnya skuad tersebut mengimpikan trofi. Dengan latihan lebih keras, motivasi tinggi dan keberuntungan, AS Roma dapat sampai ke final Liga Europa pada 21 Agustus mendatang.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube dan Twitter dari Skor Indonesia.
Berita AS Roma Lainnya:
AS Roma Perpanjang Masa Peminjaman Henrikh Mkhitaryan
Paulo Fonseca: Kekalahan AS Roma Tak Terkait Rumor Penjualan Klub