- Mahfudin Nigara adalah satu dari empat jurnalis Indonesia yang meliput Kramayudha Tiga Berlian di Asian Club Championship 1986.
- Kramayudha Tiga Berlian memainkan laga perempat final sampai perebutan posisi tiga di Jeddah, Arab Saudi.
- Kala itu, Zulkarnaen Lubis disebut M Nigara sebagai pemain nomor satu yang jadi perbincangan publik sepak bola Arab Saudi.
SKOR.id - Mahfudin Nigara sebagai jurnalis muda bersama tiga wartawan lain berkesempatan meliput perjuangan Kramayudha Tiga Berlian dan jadi saksi sinar terang Zulkarnaen Lubis.
Wartawan senior ini bahkan mengaku heran dengan apa yang dilihat dari permainan Zulkarnaen Lubis pada saat itu.
Kramayudha Tiga Berlian (KTB) datang ke Arab Saudi bersaing di Asian Club Championship 1986 yang pada era itu adalah kompetisi antarklub level atas Benua Kuning.
Datang dengan materi papan atas pesepak bola Indonesia yang sebagian besar eks-pemain klub elite berlimpah dana Yanita Utama, KTB memang punya kualitas permainan bagus.
Apalagi, Abdul Kadir sebagai pelatih kepala dibantu Sofyan Hadi sebagai asisten "hanya" memotivasi saja di ruang ganti.
Sebab, Herry Kiswanto dan kolega sudah paham dan mengerti apa yang harus dijalankan di lapangan dengan target hasil maksimal.
"Sebuah pertanyaan bagus, bagaimana filosofi Mas Kadir melatih KTB pada saat itu?" ujarnya kepada Skor.id via zoom yang juga bisa didengarkan melalui podcast Skor Indonesia.
"Ya, Mas Kadir memakai filosofi duduk dalam menangani tim ini. Beliau saat latihan dan dalam laga nyaris duduk saja tanpa instruksi ke pemain yang tampil."
"Tetapi, beliau adalah motivator ulung di ruang ganti termasuk memotivasi pemain dengan bonus uang misalnya," tutur M Nigara pada Sabtu (17/7/2021) siang.
"Sebab, dia percaya anak asuhnya bisa memainkan laga dengan teknik tinggi," tuturnya.
Komposisi pemain KTB baik starter maupun cadangan adalah representatif timnas Indonesia. Artinya, semua pemain memiliki kemampuan bagus.
Apalagi, Yanita Utama sebelum bereinkarnasi sebagai Kramayudha Tiga Berlian juga ditangani Abdul Kadir.
Namun yang menarik dari liputan M Nigara pada saat itu adalah kemunculan Zulkarnaen Lubis sebagai bintang dan membuatnya takjub.
Mengenal Zulkarnaen Lubis sejak junior, wartawan yang kala itu bekerja untuk Tabloid Bola ini menilai sang pemain tampil tak seperti biasa.
"Kalau saya boleh bilang, jika KTB saat itu nomor tiga di Asia, maka Zulkanaen Lubis adalah nomor satunya," ujar M Nigara dengan mantap.
"Bayangkan saja, penonton sepak bola ajang ini di Arab Saudi langsung mengenalnya dengan sangat baik," tuturnya.
"Bahkan di sela jeda pertandingan, jika kami semua pergi jalan ke pasar atau ke toko dan ada Zulkarnaen Lubis, maka temannya kebagian barang gratis pemberian pedagang."
M Nigara juga cerita saat hendak pulang ke Indonesia di Bandara Jeddah, Zulkarnaen Lubis jadi rebutan petugas imigrasi yang ingin melayani sang bintang.
"Jika pada era 1970-an kalau ke Thailand atau Pakistan nama Soetjipto Suntoro dikenal orang sana, kali ini Zulkarnaen Lubis yang masyur," kata M Nigara.
"Beli apapun barang di sana kalau jalan bersama Zulkarnaen Lubis bisa dipastikan dapat gratis karena kekaguman mereka kepada pemain ini."
Klub elite Liga Arab, Al Ahli sebenarnya ingin merekrut Zulkarnaen Lubis, sayang menurut M Nigara sang bintang tak siap jadi pesepak bola asing di negeri orang.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia.
View this post on Instagram
Berita Kramayudha Tiga Berlian Lainnya:
#KebanggaanIndonesia: Kramayudha Tiga Berlian
Kisah Indah Herry Kiswanto Bareng Kramayudha Tiga Berlian Jadi Nomor Tiga di Asia