- Pada masa lalu, Bobotoh (suporter Persib) dan The Jakmania (suporter Persija) pernah menjalin hubungan pertemanan yang akrab.
- Gagasan agar perseteruan tersebut berakhir kali pertama diinisiasi oleh Herru Joko, hal tersebut diakui oleh Ferry Indrasjarief, mantan ketua umum dan salah satu pendiri The Jakmania.
- Walau proses islah masih berjalan, sejatinya, riak-riak perdamaian antara Bobotoh dan Jakmania sudah tampak ke permukaan dalam beberapa tahun terakhir.
SKOR.id - Rivalitas antara Persib Bandung dan Persija Jakarta menjadi salah satu bentuk persaingan paling panas di sepak bola Indonesia. Saking panasnya duel Persib vs Persija, bentrokan tersebut pun acapkali disebut "el clasico" Indonesia.
Menyoal sejarah rivalitas antara Persib dan Persija, sejatinya tidak dimulai dari lapangan hijau, melainkan dari luar lapangan yang melibatkan suporter dari kedua kesebelasan.
Rivalitas suporter Persib dan Persija situasinya lebih panas dari persaingan di lapangan. Bahkan, bentrokan kedua kubu pun tak jarang menimbulkan korban jiwa.
Meski begitu, pada masa lalu, Bobotoh (suporter Persib) dan The Jakmania (suporter Persija) pernah menjalin hubungan pertemanan yang akrab.
Bahkan, ada istilah bahwa kawan pertama dari Bobotoh adalah The Jakmania, begitu pula sebaliknya.
Keharmonisan Bobotoh dan Jakmania terekam pada medio akhir 1990-an menuju milenium.
Ketika itu The Jakmania sering bertandang ke Bandung dan menyambangi markas Viking Persib Club (VPC), di Jalan Gurame, Kota Bandung.
Kedua kelompok suporter itu pun sering berbincang akrab di Sekretariat VPC, sambil sharing terkait organisasi.
Sebab, VPC adalah kelompok suporter yang terlebih dahulu lahir. VPC terbentuk pada 1993, adapun The Jakmania berdiri pada 1997.
"Dulu itu, waktu awal-awal pembentukan The Jakmania, anak-anak The Jakmania itu memang sering sekali main atau berkunjung ke Gurame (Sekretariat Viking). Mereka sering main ke Bandung, sharing sama kami soal organisasi," kata Ketua Umum VPC, Herru Joko, kepada Skor.id.
"Bahkan, dulu mereka juga sering sekali datang ke Bandung untuk membuat kaus organisasi mereka. Di Bandung pun mereka sering tidur di rumah pengurus Viking seperti di rumah Almarhum Mang Ayi Beutik, tidur di rumah Yana (Umar) juga," ucapnya.
Hubungan antara Bobotoh, khususnya VPC, dengan Jakmania memang sangatlah dekat.
Bahkan, ketika Viking Jakarta terbentuk, Jakmania sangat menyambut dan menerima kehadiran mereka. Bagi VPC, Jakmania adalah saudara.
"Apalagi dengan Viking Jakarta. Begitu ada komunitas Viking di Jakarta, itu mereka sangat menyambut dan menerima dengan baik. Memang dulu itu hubungan kami sangat dekat sekali dengan Jakmania. Sudah seperti saudara sendirilah," ujar Herru, menegaskan.
Sayangnya, keharmonisan tersebut kemudian berubah menjadi perseteruan panjang.
Bermula pada insiden yang terjadi pada medio awal 2000-an, yang kemudian memunculkan sejumlah insiden lain yang melibatkan kedua kelompok tersebut.
Merintis Jalan Perdamaian
Perseteruan antarkelompok suporter dalam sepak bola memang menjadi hal yang banyak ditemui.
Akan tetapi, bila perseteruan sampai mengorbankan nyawa, itu bukan lagi menjadi rivalitas yang sehat. Karena tidak ada nyawa yang sebanding dengan fanatisme terhadap apapun, termasuk sepak bola.
Hal tersebut yang kemudian mendorong para petinggi Bobotoh dan Jakmania untuk mulai merintis jalan damai.
Gagasan agar perseteruan tersebut berakhir kali pertama diinisiasi oleh Herru, hal tersebut diakui oleh Ferry Indrasjarief, mantan ketua umum dan salah satu pendiri Jakmania.
"Kami melihat efek dari permusuhan ini sangat berbahaya. Apalagi sampai ada korban jiwa. Padahalkan esensinya itu kita itu adalah suporter bola, kita bukan kriminal. Tidak seharusnya seperti ini," ujar Herru.
Terhitung, sejak tahun 2017 jalan damai Bobotoh dan Jakmania dirintis. Herru mengungkapkan, ada proses yang harus dilalui untuk mewujudkan perdamaian antara Bobotoh dan Jakmania.
Sebab perseteruan sudah berlangsung lama, dan banyak memakan korban. Sehingga, proses islah harus ditempuh secara bertahap.
Ada banyak upaya yang dilakukan VPC dan kelompok Bobotoh lainnya dalam merintis jalan damai.
Paling digencarkan saat ini adalah menghilangkan ujaran-ujaran kebencian dan chant rasialis dalam pertandingan.
"Untuk mewujudkan perdamaian ini ,memang tidak bisa langsung. Jadi kami sosialisasi dari hati ke hati, jadi lebih ke sisi informal, jadi dilakukan dari bawah namun gencar," tutur Herru.
"Bahkan kami juga sudah tidak lagi memproduksi kaus-kaus bernada rasialis. Di media sosial juga terus kami jaga agar tidak ada lagi ucapan-ucapan yang memojokan salah satu pihak," Herru menegaskan.
Munculnya Riak-Riak Perdamaian
Walau proses islah masih berjalan, sejatinya, riak-riak perdamaian antara Bobotoh dan Jakmania sudah tampak ke permukaan dalam beberapa tahun terakhir. Sejumlah momentum merekam kebersamaan Bobotoh dan Jakmania.
Misalnya, pada 2014, ketika salah satu pentolan VPC Ayi Beutik meninggal dunia, Jakmania turut mengucapkan rasa belasungkawa mereka.
Kebetulan, almarhum Ayi Beutik meninggal beberapa hari sebelum laga Persib vs Persija digelar.
Saat itu, dalam pertandingan yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), di salah satu sudut tribune stadion terpampang spanduk bertuliskan "Selamat Jalan Ayi Beutik".
Tidak berhenti sampai di sana, pada tahun 2017 Bobotoh dan Jakmania menggelar aksi solidaritas bertajuk "seribu lilin".
Aksi tersebut dilakukan sebagai upaya damai dari kedua suporter, setelah adanya insiden yang menewaskan Ricko Andrean.
Dalam aksi tersebut ratusan Bobotoh dan Jakmania berkumpul di Stadion Patriot Candrabhaga, Kota Bekasi, untuk menggelar aksi solidaritas.
Kemudian pada Desember 2019. Jakmania juga melakukan aksi solidaritas menentang aksi penggusuran di Kelurahan Tamansari, Kota Bandung.
Dalam aksi tersebut, ada perwakilan Jakmania yang membentangkan spanduk bertuliskan "Penggusuran Tidak mengenal 'Club Kebanggaan', Solidaritas untuk Tamansari" di SUGBK.
Selain itu, mereka juga menggalang dana bagi warga yang terdampak penggusuran tersebut.
Aksi tersebut kemudian dibalas oleh Bobotoh, dengan melakukan aksi solidaritas bagi korban banjir Jakarta. Aksi itu diinisiasi oleh kelompok Aliansi Bobotoh Jakarta.
"Jadi itu aksi-aksi itu dilakukan oleh akar rumput dari kedua suporter. Sebenarnya ada banyak aksi-aksi solidaritas itu di daerah-daerah lain, terutama perbatasan. Sifatnya, memang lebih ke kegiatan informal dan murni karena soidaritas dan kemunusiaan," kata Herru.
"Saya pikir ini proses, sekarang zaman sudah maju, sarana dan prasarana sudah bagus. Saya optimistis ini, bisa terjadi. Dan sekarang juga banyak yang sudah terakomodir. Saya rasa sudah tidak akan lama lagi."
"Mimpi saya juga tentunya ingin agar bobotoh secara keseluruhan bisa berdamai dengan Jakmania. Bahkan kami juga ingin bisa seperti dulu lagi, berada di satu stadion untuk mendukung tim kesayangan masing-masing," ujar Herru.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia.
View this post on Instagram
Berita Kasih Sayang di Sepak Bola Nasional Lainnya:
Kasih Sayang di Sepak Bola Nasional: Harmonisnya Keluarga Kecil Kas Hartadi