- Mentalitas Michael Jordan ketika aktif bermain gagal dilanjutkannya saat menjadi pemilik Charlotte Hornets.
- Michael Jordan tidak mampu melepaskan Charlotte Hornets dari status tim medioker.
- Sebagai pemilik tim, MJ minim visi dalam pembentukan tim dan kerap melakukan blunder.
SKOR.id – Pada era 1990-an, Chicago Bulls benar-benar nyaris tidak tertandingi. Dalam satu dekade mereka mampu enam kali menjadi juara NBA.
Dan, hal yang membuat Chicago Bulls sanggup membuat sebuah dinasti adalah mental pemenang yang ditunjukkan bintangnya kala itu, Michael Jordan.
Namun mentalitas tersebut ternyata tak berguna saat Jordan berkarier sebagai pemilik klub. Sejak 2006, sosok yang akrab disapa MJ itu merupakan pemilik Charlotte Hornets.
Pada tahun tersebut, Michael Jordan membeli sejumlah saham tim yang ketika itu masih bernama Charlotte Bobcats.
Meski hanya dalam jumlah minor, ia memegang kendali operasional tim. Ini adalah bagian dari kesepakatan MJ dengan pemilik mayoritas Hornets, Robert L. Johson.
Berita Michael Jordan Lainnya: Horace Grant Sebut Michael Jordan Berbohong di Film The Last Dance
Barulah pada 2010 Michael Jordan menjadi pemilik mayoritas setelah dirinya mengakuisisi tim melalui MJ Basketball Holdings.
Karier Jordan sebagai petinggi klub ternyata benar-benar gagal total. Sejak MJ memegang wewenang penuh, Charlotte Hornets hanya tiga kali mencapai play-off.
Rekor menang-kalah mereka di bawah kendali MJ sangat buruk, 464-651. Ia pun tak mampu meyakinkan bintang Hornets, Kemba Walker, untuk bertahan pada musim panas 2019.
Salah satu faktornya karena Kemba Walker tidak percaya dengan arah pengembangan Charlotte Hornets yang dilakukan MJ.
Di samping itu, tim yang punya urat juara, Boston Celtics, ingin merekrutnya. Walker pun akhirnya menyeberang ke kolektor 17 kali juara NBA tersebut.
The Charlotte Observer menyatakan, Michael Jordan terbukti tidak jeli saat NBA Draft maupun di kala membuat keputusan trade (pertukaran) pemain.
Contohnya terjadi pada NBA Draft 2006. Mendapatkan jatah ambil nomor empat, MJ memilih pemain yang akhirnya gagal bersinar, Adam Morrison.
Padahal, Hornets bisa saja mengambil Brandon Roy. Pebasket ini memang mengakhiri karier NBA-nya dengan cepat karena cedera lutut parah.
Tetapi setidaknya, Brandon Roy telah membuktikan kalau dirinya mampu jadi pilar penting Portland Trail Blazers dan berlaga dalam tiga gelaran NBA All-Star Game.
Kesalahan fatal lain terjadi di NBA Draft 2015, di mana Jordana hanya mengambil Cody Zeller meskipun punya jatah ambil nomor empat.
Padahal, dalam daftar pemain ada bigman lain yang saat ini menjelma menjadi bintang besar NBA, Giannis Antetokounmpo.
Pemain Yunani ini akhirnya dipilih Milwaukee Bucks di urutan 15 dan menjadi bintang utama dalam tim tersebut. Musim lalu, Giannis Antetokounmpo menyabet gelar MVP.
Berita Michael Jordan Lainnya: Terungkap, Michael Jordan Diduga Kuat Diracuni Sebelum Gim 5 Final NBA 1997
Blunder juga pernah dilakukan MJ saat menjabat President of Basketball Operations di Washington Wizards pada 2001 lalu.
Memiliki jatah ambil teratas dalam NBA Draft 2001, ia hanya mengambil Kwame Brown yang akhirnya hanya menjadi pemain medioker.
Sedangkan dalam hal pertukaran pemain, kekeliruan terparah MJ adalah mengirim Emeka Okafor ke New Orleans Hornets (sekarang Pelicans) demi mendapatkan Tyson Chandler.
Padahal saat itu Emeka Okafor merupakan pemain pilar di Charlotte Hornets. Dan Tyson Chandler akhirnya gagal memberi kontribusi untuk tim.
Jadi, MJ tampaknya harus malu kepada mendiang Jerry Krause. Saat jadi General Manager Chicago Bulls, Krause salah satu orang yang tak disukai MJ karena kebijakan-kebijakannya.
Namun ia mampu memberikan rekan-rekan hebat untuk Jordan. Sedangkan, MJ tak bisa menghadirkan partner mumpuni bagi Kemba Walker yang membuat sang bintang minggat ke Celtics.